🔫 - 12

16.3K 3.3K 586
                                    




Genggaman tangan ini terasa begitu dingin, hambar, seakan tak berasa jikalau tangan yang terasa begitu kekar itu tengah menggenggam tanganmu dengan eratnya.



Saling berdiri berdampingan. Mentatap kedepan dengan pandangan yang kosong. Hawa dingin bahkan kalah dengan dingin nya hatimu sekarang.



Dingin karena sebentar lagi penghuninya akan pergi. Mengeban cita - citanya yang sudah terpantri setinggi langit, didambakan nya dengan begitu hebat. Tekad yang bulat, semangat yang membara adalah mewakili Jeno untuk menggapai cita - citanya.



Ini adalah perpisahan sesungguhnya. Perpisahan dimana jarak dan waktu akan sungkar untuk sekedar bertemu.



Kamu tak sendirian disini. Ada Diandra yang menemani dan tentu saja Erick yang akan ikut mengantarkan kepergian Jeno ke tempat pelatihan nya.



Menyakinkan diri sendiri, menghipnotis pikiran sendiri. Seakan ingin bilang, tak perlu bersedih semua akan baik - baik saja. Selalu itu yang kamu tanamkan dalam hati sebelum mengantar kepergian Jeno seperti sekarang ini.



Tuhan, jika memang ini begitu berat tak apa. Kamu percaya kebahagiaan akan datang setelahnya.



Tapi kebahagiaan itu datangnya kapan ?



Ketika semua barang milik Jeno sudah masuk kedalam mobil. Hatimu menjerit menangis, terkoyak hancur tak berbentuk lagi. Tak masalah jika di anggap terlalu lebay, memang seberat itu sekarang.



Tadinya Erick bilang Jeno enggan untuk diantar seperti ini. Seakan menambah beban berat untuk dia. Tapi sisi lain pula Jeno ingin melihat kamu untuk terakhir kalinya sebelum dia masuk ke pelatihan.



Kepala keluarga Lee se-akan memberikan isyarat kepada anaknya untuk segera masuk kedalam mobil. Ingin kamu menangis menyadari isyarat itu. Kenapa pula kamu paham akan perintahnya.



Air matamu turun tak kala merasakan genggaman tangan Jeno mulai melonggar tak se-erat barusan.



Diandra bahkan tak mampu untuk melihat perpisahan kamu dengan Jeno. Hanya bisa membalikan badan seraya ditenangkan oleh Erick.



Kedua tangan Jeno menepuk bahumu pelan, seakan menguatkan. Padahal dirinya sendiri sedang goyah sekarang.



" Jangan nangis ya, pelatihan aku sebentar kok " ucap Jeno seakan menenangkan.



Kamu hanya mengangguk tak sanggup untuk berucap sepatah - katapun. 



" Aku mau kasih kamu ini, nanti jangan lupa baca ya " kata Jeno sambil memberikan sebuah hadiah.



" Surat ? " tanyamu sambil menerima sebuah kertas yang terlihat begitu rapih tapi jika dibaca akan sangat begitu perih. 



" Semalem aku tulis itu, bingung mau kasih kamu apa. Tiba - tiba kepikiran buat bikin surat perpisahan. "



" Ahh ... Surat perpisahan ya. "



" Nanti kamu baca ya. Di dalam surat itu ada janji yang aku tulis buat kamu. "



Setelahnya kalian sama - sama terdiam. Bingung harus melakukan apa.



" Boleh aku peluk kamu ? "



Kamu mengangguk setuju.



Dan pelukan itu adalah pelukan terakhir yang begitu hangat kamu terima dari Jeno. Air matamu pecah, menangis hebat dalam pelukanya.



" Aku pergi ya, jaga diri kamu baik - baik. Jangan lupa sholat lima waktunya. Jangan lupa untuk selalu semangat kuliah. Semangat untuk jalanin semua rencana kamu untuk menuju cita - citamu. Aku pamit. "



" Kamu juga jangan lupa pesan aku ya Jen. Jaga kesehatan selama disana. Jangan lupa kasih kabar kalau kamu sempat. Semangat berjuang, Lee Jeno. "



Untuk terakhir kalinya sebelum Jeno masuk ke dalam mobil, dia masih sempat memberikan sebuah hormat yang begitu sempurna untukmu.



Setelah kamu membalas hormatnya baru dia masuk kedalam mobil itu.



Mobil berjalan keluar pekarangan rumahnya, sampai tak terlihat lagi kamu dimata Jeno. Barulah saat itu Jeno membalikan tubuhnya menghadap kedepan, tak seperti barusan yang menghadap kebelakang.



Benar - benar melihat kamu untuk terakhir kalinya.



Diandra memberikan semangatnya agar kamu tidak terlalu lama terpuruk dalam kesedihan. Agar tak terlalu mengingat kesedihan atas perpisahan kali ini.



Tapi nyatanya kamu gagal. Air matamu malah semakin turun ketika membaca surat dari Jeno di dalam mobil Diandra saat perjalanan pulang.



Membukanya saja membuat kedua tanganmu bergetar. Membaca bait pertama bahkan sudah tak karuan.



Dan Lee Jeno benar - benar membuatmu menangis akan penuhnya kenangan yang suatu saat sangat di rindukan.





Kita bertemu dengan mimpi yang berbeda,
Dengan sebuah cita - cita,
Sebuah angan yang tak sama.



Kita masing - masing punya sebuah tujuan,
Sebuah hal dimasa depan yang ingin kita lakukan,
Kita terikat tekad yang kuat untuk mewujudkan.



Aku dan kamu, kita saling bertemu.
Dan sejak saat itu,
Kamu adalah salah satu dari banyaknya tujuanku.



Membahagiakanmu adalah misiku,
Menyayangimu adalah tugasku,
Mencintaimu adalah kesenanganku,
Jika bumi mempunyai matahari, ya matahariku itu kamu.



Tapi karena kita masing - masing punya cita - cita,
Jarak dan waktu akan sungkar untuk membuat kita sekedar bertemu,
Hasil sebuah pertemuan itu,
Kini hadirlah perpisahan yang datang sebagai benalu,
Kita berpisah sekarang, dan akan bertemu di lain waktu.



Maaf, sepenuhnya aku belum bisa membahagiakanmu.



Menjagamu seperti apa yang aku mau,
Malah membuatmu menangis tersedu - sedu.
Aku minta maaf atas segala semua kesalahanku.



Ketika dunia ber-iringan dengan waktu,
Ketika bumi masih setia mengelilingi matahari selalu,
Hingga saatnya tiba, aku akan pulang untuk menemuimu.



Ijinkan aku pergi kali ini,
Suatu saat kelak nanti, kita akan bertemu kembali.



(Y/n), aku pamit undur diri untuk pergi,
Menjadi salah satu kebanggaan untuk negeri ini,
Terutama menjadi kebanggaan kamu, si pemilik hati.



Aku pamit.



Hormat,

Lee Jeno.























































TBC

Saatnya memutar lagu,

Anji - Menunggu kamu

😭😭😭

NCT Husband Series 💚 Lee Jeno 💚 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang