[SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI GRAMEDIA]
Gimana kalau kamu itu menjadi pelabuhan terakhir untuk seorang Jeno? Menjadi suamimu serta menjadi ayah dari anak-anakmu kelak nanti.
Ini cerita tentang kamu dan suamimu Lee Jeno. Cerita dari awal bagaimana...
Selamat tengah malam, wahai ibu Persit. Apa kabar para istrinya Danton? Sehat?
Sini ibu, sini absen dulu, udah lama kaga absen wkwkwk.
Awas hati-hati pas baca, kalau ada apa-apa, gw kaga tanggung jawab 🤣
Happy reading 💚❤️
🔫🔫🔫
"Masyallah, calon istri gue cantik bener. TUNGGUIN A'A YA NENG, DUDUK AJA DIPINGGIR LAPANGAN, NANTI A'A KESITU," Teriak Marga yang langsung mendapatkan atensi dari banyak tentara yang lain.
Kamu yang mendadak merasa kaku, menjadi pusat perhatian orang lain, yang kini tengah melirik kearahmu seakan-akan, seperti sebuah lagu. Terpesona.
Tidak berselang begitu lama, satu bola berhasil mendarat dengan sempurna tepat di ..., "ASTAGFIRULLAH JENO, MASA DEPAN GUE KENA INI ANJIR, SAKIT BANGSUL!" Teriak Marga sambil mengaduh-ngaduh.
Jeno seketika berlari kearah pinggir lapangan, dan berteriak. "Pakai baju kalian, jangan fokus ke pinggir lapangan."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wow wow wow. Pemandangan macam apa ini, ya Tuhan, yang kamu lihat barusan. Para pasukan tentara terbaik kepunyaan Indonesia tengah bertanding futsal sambil melepaskan baju? Apalagi tampilan teman Jeno yang sangat-sangat, mengotori mata sekaligus menyegarkan mata. Apa ini, apaaaaaaa?
Jeno jengah ketika banyak tentara yang masih saja tidak mematuhi perintah dari dirinya. Lantas membuat lelaki itu berdecak pinggang dipinggir lapangan dengan sorot mata yang tajam.
"KODE MERAH, KODE MERAH KAWAN, DANTON UDAH MARAH, YOK LANJUTKAN PERMAINAN. DANTONYA MAU BUCIN DULUAN," Teriak Marga sambil menyuruh para tentara lainya melanjutkan kegiatan.
"JANGAN MACAM-MACAM KAWAN, IBU NEGARANYA BAPAK DANTON ITU, PULANG DARI SINI, NYAWA KALIAN MELAYANG KETEMU TUHAN MAMPUS NANTI."
Mau tidak mau kamu yang tengah duduk dipinggir lapangan langsung menutup mulut ketika mendengar penuturan Marga. Menahan tawa karena ulah receh dia. Jeno berlari kecil menghampiri wanitanya, namun baru beberapa langkah, kakinya terhenti ketika ada suara yang lain memanggil namanya.
