MENGULANG DERITA

429 94 0
                                    

Tidurku sangat nyenyak dua malam terakhir ini. Sejak kepulanganku dari Bandung, hatiku terus-terusan berbunga. Aku menghabiskan banyak bahan obrolan bersama Rama malam itu di puncak. Apa mungkin aku mulai berharap padanya? Aku juga tak ingin memikirkan lebih lanjut.

"Pagi, bu," sapa Nadia, salah satu karyawanku yang sedang membersihkan ruang depan toko. Aku membalas senyumnya ramah.

"Yang lain sudah datang, Nad?"

"Iya, bu, sudah. Sedang sibuk dengan deadline pesanan," aku mengangguk mantap dan memasuki ruang kerja. Suasana terlihat jelas berbeda. Para karyawan sibuk dengan bermeter-meter kain dan manik-manik serta permata. Mereka menyapaku sekilas, kemudian melanjutkan kesibukan masing-masing. Aku duduk di kursi kerja dan mulai mengerjakan beberapa model desain yang rencananya akan kuterbitkan ke dalam katalog tahunan.

Mina, salah satu karyawanku datang menghampiri, "Bu, kemarin ada telfon dari salah satu klien, sepertinya dia hendak melihat-lihat katalog baju pengantin," ujarnya.

"Oh ya? Jam berapa?"

"Mungkin sebentar lagi datang, bu. Dia hanya bilang akan datang setelah jam makan siang." Aku mengangguk dan membiarkannya melanjutkan pekerjaan.

'Semakin banyak saja yang akan menikah,' batinku tersenyum geli.

***

Seorang wanita yang cukup tinggi memasuki tokoku. Ia mengenakan outfit dengan style yang cukup bagus. Dengan kaos putih polos yang ditutupi jaket jeans, ia mengenakan ripped jeans sebagai bawahan yang dipadukan dengan sneakers putih. Rambutnya dikuncir satu, simpel dan trendy. Hanya saja, wajahnya terlihat tidak asing.

"Permisi, apa saya bisa berjumpa dengan desainer disini?" ujarnya sopan. Aku membalas senyumnya ramah.

"Ya, saya sendiri."

"Anda Karina Putri? Ah, sebentar, sepertinya kita pernah bertemu," keningnya mulai mengerut. Aku juga berusaha mengingat siapa wanita ini.

Seketika wajahnya menyadari sesuatu, "Karina?! Ah, Karina, teman Rama bukan? Aku Maria! Kita pernah bertemu di London Fashion Week sekitar satu bulan yang lalu, apa kau masih ingat?" Aku berpikir keras, lalu memasang wajah terkejut. Pikiranku kembali ketika pertama kali aku berjumpa Rama di Saatchi Art Gallery, saat itu acara baru saja selesai dan ia muncul. Gadis ini adalah model catwalk pada saat acara berlangsung.

"Oh iya! Maria, kita hanya satu kali bertemu. Maaf aku tidak terlalu ingat wajahmu. Kenapa kamu di Indonesia? Bukankah kamu tinggal di London?" tanyaku bersemangat, suasana yang tadinya sedikit kaku berubah menjadi lebih rileks. Ia tersenyum senang.

"Aku akan menikah empat bulan lagi, Karina! Aku sedang mencari fashion designer disini yang bisa membuatkan pakaian pengantin sesuai keinginanku. Setelah aku lihat beberapa gaun pengantin yang dikeluarkan desainer Indonesia, aku memutuskan untuk memakai jasa desainer yang bernama Karina Putri. Sungguh ini kebetulan!" jelasnya.

"Benarkah? Aku ikut senang, kalau begitu. Kamu akan menikah di Jakarta?"

"Tidak, aku akan menikah di Bali. Keluargaku ingin aku merayakan pernikahan ini di Indonesia, dan kami sepakat untuk menjadikan Bali sebagai lokasi pernikahan."

"Baiklah, apa kamu pergi bersama calon suamimu?" tanyaku penasaran.

"Iya, aku pergi dengan calon suamiku. Sebentar lagi ia akan ikut masuk ke dalam. Kamu kenal, kok!" jawabnya sambil melirik ke luar, membuatku mengernyitkan dahi bingung. Tak lama kemudian, muncul sosok laki-laki tinggi tegap memasuki toko. Ia terlihat sibuk dengan ponselnya.

Renjana Semesta [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang