Begitu Shaka keluar ruangan, kelas auto rame dan heboh membahas perihal Kiya yang diusir dari kelasnya Pak Shaka di pertemuan pertama. Pasalnya baru kali ini, Pak Shaka mengeluarkan mahasiswanya dari kelas, apalagi masalahnya sepele.
"Eh, anjir itu si Kiya gimana?" gosip rata-rata anak kelas. "Lagian salah dia, kenapa ceroboh banget gak bawa modul. Itu kan udah jadi benda penting pas PD."
Felix selaku kosma, menghampiri bangku belakang dimana Menteng Squad kini masih berdiam di tempatnya, sibuk dengan ponsel masing-masing-mengirimi chat spam, di personal chat atau grup, guna bertanya, dimana Kiya, terkecuali Nabil. Adiknya Shaka itu sedang mengirim chat marah dan emosi kepada kakak kejamnya.
"Lur, gue kaget tadi pas Kiya diusir Pak Shaka mana sampai nangis begitu," ujar Felix membuka percakapan. "Kiya ada di mana sekarang? Gua cowok tapi gue bisa ngerasain gimana rasanya diusir kayak gitu. Pak Shaka beneran super killer." "Iya anjir," sahut Echan seraya mengusapi wajah frustasi, Kiya ceklis satu. Lagipula, Echan kalau jadi Kiya juga pasti maunya mojok aja di kamar nangis terus teriak dibalik bantal. "Ieu urang geus nga-pc budakna ceklis satu teuing kamana."
*(Ieu urang geus nga-pc budakna ceklis satu teuing kamana. : Ini gue udah ngirim chat tapi anaknya ceklis satu, gak tau kemana)
"Gue nelpon juga gak diangkat," celetuk Jeno khawatir. "Apa si Kiya nggak ngidupin hape atau kehabisan batre makanya gak bisa on sama angkat teleponnya?"
Yangyang membuang nafas kasar. "Aing dapet japri dari Kang Dejun kalau, ceunah, si Kiya udah ngembaliin bukunya, sambil nangis. Pas tadi, Kang Dejun gak bisa nanya banyak gara-gara udah ada dosen, Bu Kinar. Terus dia gatau kemana."
*(Aing : Gue)
*(Ceunah : Katanya)
Nabil membuang nafas kasar. "Abang gue memang gelo pisan," desisnya.
*(gelo pisan : Gila banget)
Renjun melihat anak Menteng dan juga Felix. "Kita tadi tiga SKS, kan? Gue rasa, kayaknya, Kiya mutusin balik deh. Apa kita mau cari dulu, siapa tau aja, masih ada di kampus?" tanya Renjun agak ragu. Dalam keadaan nangis begitu siapa orang yang masih mau keluyuran di lingkungan kampus? Renjun juga mana mau begitu.
Nana mendadak punya ide. "Bil, lo ada kontak mamanya Kiya, gak? Jangan mamanya deng..." Nana jadi takut bikin mama orang panik kalau kenyatannya Kiya belum ada di rumah. "Atau siapa gitu, tetehnya? Eh, tetehnya tuh reporter bukan?"
"Aing, Nana sama Renjun cari Kiya aja deh, mun kitu," ujar Echan gusar.
*(Mun kitu : Kalau gitu)
"Kalem lur, bisingan bener kata Renjun, kalau Kiya, udah balik," ujar Nana. Laki-laki itu berdiri dan menyampirkan ranselnya. "Kalau memang anaknya bener-bener udah di rumah, seenggaknya lega kita. Daripada kayak gini, ngawang tau."
*(Kalem lur, bisingan... : Tenang bro, takutnya...)
*(Ngawang: Ngambang (Belum ada kepastian))
"Ini gue lagi chat ke Teh Bayung." Nabil menunjukkan sekilas hapenya. Dia ingat kalau kemarin malem Kiya sempat curhat padanya perihal kejutan yang sudah disiapakan tetehnya itu hampir gagal karena abangnya kemarin pulang malam. "On juga Teh Bayungnya, gue lebih berharap Kiya beneran udah di rumah, seriusan."
"Abis dzuhur tuh apa, sih?" tanya Yangyang. "Kontur? Berarti dia izin?"
Felix mengangguk setuju. "Tenang, gue semester kemarin Psikometrik yang ngajarnya Pak Yudha, dia beneran baik dan ngemaklumin keadaan anak-anak meski tegas sama mukanya rasa sangar. Apalagi baru pertemuan pertama juga kan, ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Keep This Secret? [KDY-END]
General FictionNotes : Ceritanya beneran udah tamat, lagi direvisi aja Arshaka Dirgantara Arundani. Seantereo mahasiswa di jurusan Psikologi tahu kalau ditanya soal bapak yang satu ini, bakalan auto tegang. Tegang di sini itu karena langsung keinget auto sadis dan...