Leo hampir saja melepas dekapan kakaknya. "Teh, lo cuman bercanda, kan? Gue nggak akan percaya kalau lo sama Bang Shaka putus." Merasa sia-sia berbicara begitu, Leo mengusap bahu kakaknya meski dia juga masih sulit percaya. "Kenapa? Kenapa kalian harus putus? Kemarin kalian liburan masih baik-baik aja kan, teh?"
Kiya tidak menjawab, hanya menangis tergugu. "Kalau udah tenangan dikit, lo cerita sama gue, ya? Kalau sekarang lo mau nangis, gak apa-apa lo nangis aja."
"Mama ke mana?" tanya Kiya serak. "Lo juga tumben banget udah di rumah lagi memangnya lo nggak les, dek?" Bagaimana pun Kiya masih belum siap apalagi mengatakan kepada papa, mama, abang juga tetehnya kalau dia dan Shaka kini usai.
Adiknya itu terkekeh. "Gue balik lebih awal soalnya memang jadwal lesnya, ganti hari jadi besok gara-gara tutornya gak datang. Terlebih, mama bilang lo nggak bawa kunci rumah lo, khawatirnya lo nggak bisa masuk. Mama pergi ke rumah sakit Bunda dan Anak soalnya Teh Bayung hamil. Mau jadi om sama tante kita berdua."
Di sela-sela tangisnya, Kiya tersenyum. "Wah, akhirnya kita punya ponakan juga ya, dek." Perkataan Kiya disambut anggukan dari Leo. Tapi syukurnya, dibalik kesedihannya ternyata ada kebahagiannya juga. Memberi tahu orangtuanya tentang putusnya hubungannya dengan Shaka, jelas akan merusak kebahagian mereka juga. Kiya tidak mau itu terjadi di saat keluarga mereka saat ini dilimpahi kebahagiaan.
***
Arshaka masih belum sanggup, untuk pulang ke rumah. Selepas mengantari Kiya tadi, seraya merdakan tangisannya, Arshaka membawa mobilnya tanpa tujuan. Shaka sendiri tidak tahu dia harus kemana yang jelas, rumah bukan pilihannya. Kini dia saja berasa kehilangan rumahnya, bagaimana, dia harus pulang? Shit, dia merasa teringat lagi dengan kalimat penuh luka yang Kiya katakan tadi dan menyakitkan.
Hampir satu jam berkelana tanpa tujuan tanpa ia sadar pasti, mobilnya sudah terparkir di parkiran Upnormal, tempat paling bersejarah di sepanjang hubungannya dengan Kiya. Sudah kepalang parkir serta bayar parkir, Arshaka akhirnya masuk.
Lucu, dia malah datang ke sini ketika hubungannya sudah benaran selesai.
Shaka duduk dibangku tempat biasa dia dan Kiya duduk, memesan makanan dan minuman favorit mereka seperti biasa. Pertama kali dalam hidupnya, tak pernah dia bayangkan kalau ternyata dia akan ke tempat ini sendirian tanpa ada Kiya duduk di hadapannya, tanpa ada gadis itu yang tertawa di sela-sela obrolan mereka. Tanpa, melihat gadis itu yang akan mencegahnya makan sebelum makanannya difoto dulu.
"Kak, bentar aku mau tata dulu terus mau aku foto. Mumpung bagus kan."
Mengingat itu, lantas membuat Shaka tersenyum. Sekarang, tidak ada gadis yang akan melarangnya makan sebelum makanannya di foto. Sepertinya, pilihan ia ke Upnormal sekarang adalah pilihan yang super salah. Shaka bahkan, bisa kembali mengingat bagaimana dirinya dan Kiya pertama kali ke tempat ini, pengakuannya... trial and error mereka. Trial sampai menikah dan sampai tua nanti-Arshaka tengah mengatur nafasnya yang terasa semakin sesak, memejamkan matanya, terasa perih.
Ponselnya yang bergetar, membuat Arshaka mengeluarkannya dari sakunya dan terhenyak mendapati ada chat masuk dari Leo, adiknya Kiya. Meski heran, laki-laki itu tetap membukanya dan isi pesannya, semakin membuatnya semakin sesak.
Leonardo Luthfi.
Bang, Teh Kiya udah cerita seputar kalian kenapa. Teteh nitip pesen ke gua, tolong bilangin ke lo untuk hati-hati di jalan dan pulang ke rumah dengan selamat ya.
Gue paham kenapa, tapi gue harap semoga ke depannya bakal ada jalan keluar.
...
Gue juga, Leo. Gue juga berharap ada celah jalan keluar meskipun sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Keep This Secret? [KDY-END]
General FictionNotes : Ceritanya beneran udah tamat, lagi direvisi aja Arshaka Dirgantara Arundani. Seantereo mahasiswa di jurusan Psikologi tahu kalau ditanya soal bapak yang satu ini, bakalan auto tegang. Tegang di sini itu karena langsung keinget auto sadis dan...