Secret 22 - Mencoba Memahami

1.8K 156 10
                                    

Perkataan mamanya sukses membuat Shaka tidak bisa bicara. Acarianti kini tersenyum melihat anaknya, seraya mengusap bahunya. "Kaka, kalau kamu lupa, di sini mama sama papa juga punya banyak perbedaan lho." Mengingat yang dulu ada kalanya buat siapapun bisa jadi makan hati. "Keluarga papa kamu kayak sementara keluarga mama, kamu tau kan, kakek sama nenekmu cuman petani di desa doang."

"Papa sama mama kamu juga kayak kamu sama Kiya kok. Papa sama mama beda enam tahun malah," ujar Acarianti. Terkadang, seberapa tinggi dan pintar kita, kalau sudah terkait keluarga, orang yang punya perasaan, bisa buat kalut juga. Tentu dia paham bagaimana perasaan Shaka sekarang. "Tapi liat gimana kita sekarang?" Shaka merasa gugup sekarang. "Papa sama mama masih bareng sekarang..."

"Maka kamu sama Kiya juga bisa begitu, Ka," timpal mamanya. "Dulu juga, mama takut kalau papa kamu ditaksirin temen cewek di kantornya. Mama khawatir, cemas sama takut, gimana kalau papa kamu selingkuh sama salah satunya?" Mama dari tiga anak itu tersenyum. "Tapi kenyataannya, sampai hari ini kita baik-baik."

Laki-laki itu mengusaki rambutnya. "Makasih, Mah. Kaka, beneran takut."

"Takut wajar tapi mama pikir, ada baiknya kamu lurusin ini sama Kiya." Ia jadi ingat kalau pacar anaknya itu ternyata mengirimi pesan padanya di jam delapan malam tadi. Acarianti sempat melihat ponsel dan membalasi chat Kiya sebelum ibu dari tiga anak itu ke dapur untuk mengambil minum. "Jam delapan Kiya chat, Ka."

"Ke mama?" tanya Shaka agak terkejut. "Kiya nge-chat apa ke mama tadi?"

Acarianti menarik nafas sejenak. "Mah, Kak Shaka udah pulang? Tadi sama Kiya udah di-chat, tapi Kak Shaka belum ada kabar. Kak Shaka, udah pulang, kan?" Acarianti masih mengingat apa isi chatnya Kiya. "Bisa mama simpulkan, kamu gak ngabarin dia karena tahu Kiya pulangnya sama cowok lain, katingnya itu, Shaka?"

Arshaka mengangguk membenarkan. "Kaka bahkan cuman read chatnya."

"Ya ampun," celetuk Acarianti, tidak habis pikir. "Kenapa cumah di-read?"

"Shaka kalut banget saat itu," akunya. "Kiya izin pulang sama katingnya di chat, Shaka baru baca dua jam kemudian, percuma Kiya juga udah di rumah. Shaka saat itu ngerasa, am I late? Cewek lo, udah di rumah, dianterin sama cowok lain."

Acarianti menggeleng karena pikiran anaknya itu. "Besok abis kuliah mama rasa ada bagusnya kalian jalan dan lurusin ini. Bisa-bisanya kamu cuma nge-read." Meski sebal namun tidak bisa marah, Acarianti menepuk bahu putranya. "Bales Ka. Kalau kamu di posisi Kiya, apa kamu yakin, kamu nggak bakalan misuh-misuh?"

"Iya, Ma. Shaka bakalan bales chatnya Kiya." Sedikit, Shaka merasa segala ketakutan, kekalutan dan kekhawatirannya sirna karena pertuah mamanya. "Thanks mama, Kaka udah beneran ngerasa mendingan sekarang ini. Kaka bakalan lurusin."

"Good, itu baru anak mama," pujinya, sambil memberikan kedua jempol.

***

Bahkan sampai paginya Arshaka belum membalas pesannya. Kiya mencoba berpikir positif, mungkin saja Shaka terlalu sibuk atau lelah sampai tidak ada waktu untuk sekedar membalas chat izinnya pulang dengan Aheng kemarin. Kalau dipikir-pikir lagi, perkataan Leo kemarin, ada benarnya. Mungkin, Shaka marah atau, untuk apa juga membalas chat terakhirnya yang berisi izin itu kalau Kiya sudah sampai.

Menurutnya, berangkat bersama pagi ini dengan Shaka akan membuat gadis itu canggung. Mengejutkan Abang, teteh ipar juga mamanya, Kiya meminta nebeng abangnya, minta sekalian diantar ke kampus sebelum Lintang mengantar sang isteri ke kantor stasiun televisi swasta, tempat dimana Lembayung bekerja. Karena kalau-kalau dia meminta dianter Leo, kasian adiknya itu akan putar balik lumayan jauh.

How to Keep This Secret? [KDY-END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang