Asal muasal kenapa Shaka sama Kiya punya cincin yang sama di chapter 34
"Teh, kamu sama Shaka selama ini baik-baik aja, kan?" tanya mamanya saat sore hari ini entah ada angin apa, Kiya ikut membantu mamanya juga Lembayung—yang tengah memasak makan malam. "Shaka jarang ke rumah, mama jadi khawatir. Bisa aja kan, kamu sama dia ada masalah, makannya dia nggak mau ke rumah lagi."
Kiya yang tengah mengaduk supnya tertawa pelan karena tuduhan dari sang mama yang menurutnya tak berdasar. "Aku sama Kak Shaka baik-baik aja kok. Kita malah baru siang tadi telponan. Alasan kenapa dia gak ke rumah soalnya kan, sibuk. Maklum, Mah. Kak Shaka dosen baru dan sibuk juga bikin bahan materi ajar gitu."
Lembayung tersenyum melihat adik iparnya. "Cie, pacaran sama dosen nie. Waktu di kelas gimana? Kakak jadi penasaran kalian kalau di kelas jadi gimana."
Mengingat hari pertama Arshaka mengajar, juga minggu berikutnya dimana ternyata Shaka tipikal dosen killer yang tegas, membuat Kiya mendecih. "Dia galak banget kalau di kelas. Pernah sekali ditegur gara-gara memang sempat main hape."
"Ya, bagus," tandas mamanya, Lembayung ikut terkekeh. "Salahnya kenapa kamu malah main hape udah tau dosen lagi ngajar. Nggak salah memang kamu bisa ditegur sama dosen sekaligus pacar kamu sendiri. Mama seneng malahan sama itu."
Mamanya pasti akan senang juga berkomplot dengan Arshaka kalau urusan-urusan yang begini. "Mama bayangin aja tiga SKS durasi maktul Kak Shaka tuh..."
"Harusnya matanya ngejreng dong, soalnya pacar sendiri kan yang ngajarin. Kamu fokusnya liatin pacar kamu aja kalau mumet," goda Lembayung. "Nyegerin."
Sontak Kiya tertawa karena guyonan kakak iparnya itu. "Sprite kali ah teh." Atensi ketiga perempuan beda generasi itu, mengarah ke pintu dapur saat di sana ada presensi seseorang yang tidak mereka bertiga sangka-sangka pun termasuk Kiya yang hampir menjatuhkan centong sayur yang tengah dipakainya. "Kak Shaka kapan ke sininya?!" tanya Kiya sedikit berteriak, lantaran tidak menyangka sendiri.
Shaka yang sore itu pakai kemeja flanel kotak-kotak berwarna abu-abu serta celana jeans warna hitam, masuk ke dapur untuk menyalami Lusiana dan kakak ipar pacarnya, Lembayung. "Baru aja nyampe, terus karena di depan gak ada siapa-siapa makanya Shaka masuk aja. Eh ternyata... lagi pada ada di belakang semuanya, ya."
"Papa, Lintang sama Leo lagi di halaman belakang main catur." Lembayung menyahuti seraya menumis oseng buncis teri, buatannya. "Ikutan main gih, Ka. Leo jadi gantian terus mainnya sama yang kalah mentang-mentang mereka bertiga aja."
Shaka tersenyum seraya mengangguk. "Kalau gitu, Shaka ke sana dulu, ya."
Sepeninggal Shaka yang ke halaman belakang, karena tidak lama kemudian, terdengar seruan sapaan dari papa, Lintang dan Leo, ketiga perempuan itu terkekeh, sambil seraya melanjutkan kegiatan memasaknya. "Teh, mama nggak keberatan lho kalau kamu nikah semester tiga sekarang asal sama Shaka," ujar Lusiana tiba-tiba.
Spontan Kiya mendelik, melihat mamanya tak habis pikir. "Nikah apaan sih orang aku masih semester tiga juga, masih piyik, kepala dua aja aku belum lho mah. Nikah tuh nanti, ada waktunya sendiri." Sial, kenapa dia jadi mendadak gemetaran.
"Kalau udah ada cowoknya, udah punya KTP sama lulus SMA kenapa gak? Toh, Shakanya juga udah mapan, tanggung jawab dan bisa jaga kamu juga lho, dek. Kalau Teteh jadi mama juga bakalan nggak keberatan," ceplos Lembayung setuju.
Lusiana menjentikkan jarinya setuju. "Nah kecuali ya pacar kamu seumuran sama Leo, barulah mama nggak ngizinin nikah. Dibadingkan mantan-mantan kamu, Shaka doang pacar kamu yang bikin mama, papa, abang, teteh sama adekmu klik."
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Keep This Secret? [KDY-END]
General FictionNotes : Ceritanya beneran udah tamat, lagi direvisi aja Arshaka Dirgantara Arundani. Seantereo mahasiswa di jurusan Psikologi tahu kalau ditanya soal bapak yang satu ini, bakalan auto tegang. Tegang di sini itu karena langsung keinget auto sadis dan...