8 : Sunrises

17.7K 1.8K 118
                                    

How do you spell love?

.

.

.


"Bright hentikan, ayo kita pulang"

Mew sudah tidak tahan melihat kelakuan putranya yang menimbulkan keributan, bahkan sekarang mereka harus dibawa ke kantor imigrasi. Istri dan anaknya benar-benar membuat kepalanya serasa mau pecah, kelakuan mereka sama-sama keras kepala dan tidak mau mengalah. Lihat saja sekarang korbannya, Mike dan Gun. Keduanya babak belur kena bogeman mentah anaknya.

"Dad, aku harus kembali ke Thailand. Daddy tidak lihat tadi Win seperti itu? Apa maksudnya sih?"

Bright mencak-mencak tak percaya, ia masih mondar mandir kalut sementara petugas imigrasi hanya memperhatikan mereka memeriksa dokumen pribadi keluarga itu karena telah membuat keributan.

"Mr Jongcheveevat, silahkan. Kami sudah selesai"

Seorang petugas menyerahkan passportnya dan id pribadi lainnya pada Mew.

"Lain kali jangan diulangi ya"

Mew mengangguk, berjabat tangan lalu menyeret anak-anaknya keluar.

"Dengar itu son, jangan membuat masalah lagi. Daddy sudah janji pada ibumu..."

Bright tak menjawab, hatinya masih marah luar biasa. Ia tak bisa tenang sekarang, ponsel Win bahkan sudah tak aktif sebelumnya pesan-pesannya hanya dibaca saja.

"Win sedang di pesawat, tak boleh mengangkat telpon"

Gun tiba-tiba menghampiri Bright yang sedang mengotak atik ponselnya, matanya mendelik marah. Ia masih kesal dengan kedua temannya tadi. Jadilah wajah mereka sasaran pukulannya, terlihat Gun masih meringis memegangi sudut bibirnya.

"Sudah tau"

"Ayolah Bright, aku minta maaf. Itu perintah ibumu"

"..."

Bright tak menjawab, ia akhirnya beranjak pergi dari sana menghiraukan teriakan ayah dan teman-temannya. Ia ingin menyendiri.

"Bright..."

"..."

"Bright...tungguuu.."

Bright menolehkan wajahnya yang dingin. Pam mengejarnya terengah.

"Aku ikut, kamu mau kemana Bright aku temani ya"

"..."

"Bright...?"

Pam menyentuh pipi Bright yang tak kunjung menjawabnya, Bright agak tersentak dan spontan menepiskan tangannya kasar.

"Pergilah!"

Bright berbalik setengah berlari meninggalkan Pam, mencari mobilnya di parkiran bandara lalu melajukannya dengan kecepatan tinggi.

Sungguh, bayang-bayang Win yang memandang benci padanya menyiksa pikirannya. Ia ingin melupakannya secepatnya, tapi tak bisa. Ingin lari mengejarnyapun percuma, Daddynya menahan passportnya dan pasti semua bawahannya mengawasinya dengan ketat.

Baiklah mungkin seperti ini yang Mommy inginkan.




***

Malam semakin larut bahkan kini pagi kian menjelang ketika Amy asisten rumah tangganya menghampiri Mew di ruang keluarga. Mike, Gun, dan Mew masih terjaga menanti kedatangan Bright. Sampai jam 2 pagi ini Bright tak mengabari, ponselnya tak aktif sama sekali. Pam sudah kembali ke apartemennya di New York sore itu juga berpamitan ingin menyiapkan kepindahannya.

The Queen BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang