7.

3.8K 287 43
                                    




"Eomma, lihat apa yang di lakukan oleh Appa"

Jimin baru saja selesai menata semua perlengkapan piknik mereka di atas karpet hingga tiba-tiba putrinya datang entah dari mana dan mengagetkannya. Jimin mengelus dadanya, ia kaget bukan main. Apalagi putrinya berteriak tepat di dekat telinganya, Jimin kemudian meraih tangan mungil sang putri lalu mengajaknya untuk duduk bersama di atas karpet.

"Ayo, cepat katakan pada Eomma ada apa sebenarnya, kenapa kau sampai berlari-lari seperti ini kalau jatuh, bagaimana?"

Mingjun hanya bisa cengengesan di tempatnya, mata sipitnya yang terlihat begitu indah persis seperti milik ibunya itu pun hanya bisa berkedip-kedip. Mingjun jadi merasa bersalah saat menyadari bahwa suara teriakannya ternyata membuat sang ibu kaget.

"Maafkan Mingjun, Eomma.
Mingjun hanya ingin  membelitahu Eomma kalau  Mingjun melihat Appa di cebelang cana cedang belbincang belcama ceolang wanita, Mingjun belum pelnah melihat bibi itu, dan lagi wajahnya cangat menyebalkan. Pokoknya Eomma haluc memalahi Appa, cekalang juga!"

Jimin memicingkan matanya, benar-benar mengikuti Kemana jari telunjuk  mungil itu mengarah  dan ternyata benar apa yang dikatakan oleh putrinya, kalau saat ini Jungkook memang sedang bersama wanita lain, lebih tepatnya wanita asing karena Jimin sama sekali belum pernah melihatnya sebelumnya.

Amarah Jimin yang semula sudah teredam kini kembali mencuat ke permukaan, benar-benar kesal dengan tingkah suaminya akhir-akhir ini. Menyebalkan.

"Eomma!!!"

Jimin baru saja akan melangkahkan kakinya menuju ke tempat suaminya berada namun tidak jadi karena dengan tiba-tiba saja Jungmin berlari kencang kearahnya dan segera menerjang tubuhnya,membuat tubuh Jimin akhirnya limbung ke belakang.

"kyaaaa...Oh astaga, ada apa lagi dengan anak Eomma yang satu ini, hmm?"

Jungmin tidak menjawab pertanyaan ibunya, ia justru lebih memilih untuk mengeraskan suara tangisannya. Kakinya kecilnya terus bergerak di bawah sana seiring dengan suara tangisannya yang semakin kencang. Sang adik yang  duduk di samping ibunya itu pun hanya bisa mengoceh di dalam hatinya, bahkan dengan terang-terangan Mingjun menjulurkan lidahnya ke arah sang kakak yang dimana hal itu semakin membuat tangisan Jungmin kian menjadi-jadi saja. Jimin berusaha bangkit dari posisi duduknya lalu mengangkat tubuh mungil sang putra, memeluknya.

"Eomma, lihat Mingjun malah mengejekku. Huwaaa...."

Mingjun yang sedang asyik menertawakan sang kakak itu pun seketika langsung diam di tempatnya begitu ibunya melihat ke arahnya, hampir saja ia kedapatan menjulur-julurkan lidahnya, sekedar info saja kalau ibunya ini pernah memarahinya karena Mingjun waktu itu kedapatan mengejek-ngejek anak tetangga mereka dan yang lebih parahnya lagi putrinya itu melakukannya sambil memeletkan lidahnya. Jimin tidak suka, karena selama ini ia tidak pernah mendidik kedua anaknya untuk berlaku tidak sopan kepada orang lain, yah kecuali jika di belakangnya suaminyalah yang mengajar mereka.


"Eomma, jangan percaya, Oppa bohong. Mingjun tidak mungkin melakukannya."

Mingjun menatap wajah ibunya dengan mata yang berkaca-kaca, jangan khawatir kali ini ia hanya akting saja. Mingjun lalu beralih menatap kakaknya, Jungmin. Saat ini kakaknya sedang merengek pada ibu mereka, Mingjun yang muak hanya bisa merotasikan kedua bola matanya, dalam hati ia berjanji akan memberi pelajaran kepada kakak laki-laki kelewat manjanya itu, benar-benar menyebalkan. Cari gara-gara sekali rupanya.

"ya sudah, Jungmin sekarang ayo beritahu pada Eomma, kenapa kau menangis?"
Jungmin melirik Mingjun sebelum menjawab pertanyaan ibunya itu, telunjuk mungilnya ia arahkan ke depan hingga Jimin bisa melihat dengan jelas hal apa yang di maksudkan oleh Jungmin, anaknya.

"tadi Jungmin pelgi jalan-jalan belcama Mingjun, tapi Mingjun tiba-tiba bellali dan meninggalkan Jungmin cendilian,  Eomma."

Jimin menatap dalam mata putrinya seolah berniat  mencari kebenaran di dalamnya, hingga tiba-tiba Mingjun pun menangis dan segera berlari untuk memeluk ibunya.


"ini cemua calah Appa. kalau Mingjun tidak melihat Appa belcama olang itu, Mingjun pasti tidak akan melakukan ini. Maafkan Mingjun, Eomma."

Jimin membungkukkan badannya, masih dengan Jungmin yang berada di dalam gendongannya, Jimin lalu merangkul bahu mungil putrinya, membawanya masuk ke dalam pelukannya.

"ya sudah, lain kali jangan di ulangi lagi yah, ok?"

Mingjun mengangguk, ia lalu berjalan ke arah sang kakak dan memeluknya dari arah belakang karena kakaknya itu masih betah bergelayut manja di pundak sang ibu.

"Oppa, maaflan Mingjun, yah?"
Lirihnya sambil mengeratkan pelukannya sementara Jungmin hanya bisa menganggukkan kepalanya, ia mengucek-ngucek matanya yang kini basah karena lelehan air mata.

"ya, Jungmin maafkan tapi cekalang ayo kita main lagi, ok?"
Mingjun menganggukkan kepalanya, Jungmin yang melihat itu buru-buru melepaskan pelukannya dari tubuh sang ibu. Tanpa basa- basi ia lalu menarik lengan mungil adik perempuannya itu dan membawanya berlari-lari di tengah hijaunya rerumputan taman kota.


Jimin senang melihat kedua anaknya itu bermain bersama, namun senyum manis Jimin tiba-tiba luntur saat melihat Jungkook datang, tidak sendirian melainkan bersama wanita yang tadi ia ajak berbicara.

"Hai sayang, maaf jika aku pergi terlalu lama dan membuatmu menunggu lama. Kemana anak-anak?"
Jimin tidak menjawab pertanyaan Jungkook, ia malah sibuk menyiapkan susu untuk kedua  anaknya. Jungkook yang merasa di abaikan pun segera memeluk tubuh mungil milik sang istri, benar-benar tidak menghiraukan jika ada satu orang lagi yang kini berdiri tepat di belakang Jungkook.

Sang wanita nampak kesal karena merasa jika keberadaannya ini sama sekali tidak di anggap oleh Jungkook dan juga istrinya.

"kau marah, yah? ah aku tahu kau pasti marah karena aku datang bersama temanku kan?" Jungkook membalikkan tubuh Jimin hingga kini  mereka berdua saling berhadapan. Jimin langsung menghindar begitu tangan Jungkook berusaha meraih dagunya, dan jangan lupakan bagaimana reaksi  wanita yang ada di belakang Jungkook saat ini, Jieun hanya bisa mengumpati Jimin di dalam hatinya.

"siapa dia?"
Jimin berbicara sambil melirik wanita yang kini berada di depan mereka, bisa Jimin lihat jika wanita itu begitu memaksakan senyumnya, mungkin dia hanya berusaha untuk mengalihkan atensi Jungkook dari Jimin namun sepertinya usahanya itu berakhir sia-sia karena Jungkook hanya meliriknya sekilas saja setelah itu ia kembali fokus menatap wajah manis sang istri.

Dengan wajah yang kesal Jieun kemudian  menjulurkan tangannya ke arah Jimin berniat untuk memperkenalkan dirinya, namun respon yang di tunjukkan Jimin Kepadanya membuat rahang Jieun jatuh.


Tangannya di biarkan mengambang di udara, Jimin sama sekali tidak tertarik padanya. Dalam hati Jieun kembali mengumpati pria mungil itu, tidak menyangka jika Jimin an mmperlakukannya seperti ini.



Jimin meninggalkan Jungkook dan Jieun, ia kemudian berlari menuju kedua anaknya berniat memanggilnya untuk makan siang.

"maafkan istriku yah, dia memang seperti itu. Mungkin dia bersikap seperti itu karena dia belum terlalu mengenalmu, jadi kumohon maklumilah."

Jieun memaksakan senyumnya, dalam hati sebenarnya ia kesal sekali.


"sudahlah Jungkook-ah, tidak perlu merasa bersalah seperti itu, aku tidak apa-apa kok."

" kau memang wanita yang baik, Jieun-ssi."


Jungkook tersenyum lebar kearahnya yang dimana itu semakin membuat Jieun jatuh hati padanya.

"aku akan merebutmu darinya, tidak peduli bagaimana pun caranya. Kau harus jadi milikku, Jungkook-ah!"
ucap Jieun di dalam hatinya.












Tbc.




ADORABLE FAMILY•KOOKMIN/JIKOOK•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang