Jimin sedang sibuk memakaikan mantel ke Mingjun, putrinya saat tiba-tiba suaminya, Jungkook datang lalu memeluk tubuh mungilnya dari belakang.
"aku pikir kau melupakan acara kita dan lebih memilih untuk berkencan bersama tumpukan berkasmu di kantor." Jimin berbicara dengan nada kesal, kali ini ia merajuk pada Jungkook karena terhitung hampir satu jam lebih ia bersama kedua abaknya menanti kepulangan sang suami. Jungkook terkekeh, kemudian makin mengeratkan pelukannya di pinggang Jimin, menghujani seluruh permukaan wajah istrinya itu dengan kecupan manisnya, Jimin masih betah mempoutkan bibirnya namun nampaknya hal itu hanya bersifat sementara baginya karena setelahnya Jimin pun tak kuasa menahan rasa gelinya saat suaminya itu mulai mengecup lehernya, sungguh sensasinya benar-benar membuat bulu kuduk Jimin meremang, inginnya ia menjambak rambut prianya itu namun karena disini posisinya bukan hanya mereka berdua maka sebisa mungkin Jimin meredam perasaan kesalnya pada suami kelewat mesumnya ini.
"berhenti melakukan hal mesum di depan Anak-Anak, Jungkook-ah. Akhh...Dasar mesum, sudah kubilang jangan menggigitiku." tatanan rambut Jimin yang semula rapi kini menjadi berantakan karena ulah Jungkook yang tadinya begitu gemas saat mendengar suara rengekan dari istri manisnya itu. Benar-benar menggemaskan, Jungkook jadi tidak tahan.
"yak, awhhh...Iya..Iya. Aduh berhenti menarik rambutku, Jeon Jimin!" Jimin masih sibuk menarik rambut Jungkook saat putranya Jungmin mulai mendekat kearahnya dan menarik-narik celananya, bocah tampan itu menatap aneh kedua orang tuanya, ia merasa kesal karena sejak tadi Ibu dan Ayahnya itu malah sibuk bergelut dan malah mengabaikan ia dan juga adik perempuannya, Mingjun.
"Eomma, cekalang cudah jam belapa, Jungmin lapar. Ayo cepat belangkat!"
Mingjun bertolak pinggang di tempatnya, gadis kecil itu kelewat cerdas dari anak-anak seusianya, jika bocah lainnya tidak melakukan banyak hal di usia-usia seperti ini maka lain halnya dengan dirinya, ada begitu banyak hal yang bisa ia lakukan namun karena pada dasarnya ia malas bergerak jadilah sekarang ia lebih memilih untuk diam di tempatnya dan menatap sinis ke arah kakak laki-lakinya, Jungmin."oppa, belhenti melengek cepelti itu, bagaimana jika Eomma dan Appa malah dan membatalkan acala makannya, cepat kemali atau aku akan memukul kepalamu itu!" teriak Mingjun dengan kilatan amarah yang memenuhi kedua matanya.
Jungmin menoleh ke arah Mingjun lalu menjulurkan lidahnya dan tentu saja tindakan Jungmin itu semakin membuat Mingjun emosi, ia bangkit dari posisi duduknya dan segera berlari untuk menarik kerah baju kakaknya, membuat tubuh mungil Jungmin tertarik kebelakang, rematan tangannya di celana sang ibu pun terlepas, Mingjun membawanya untuk menjauh dari kedua orang tua mereka yang masih sibuk bergelut satu sama lain.
"kenapa kau menalik Oppa, Cakit tahu" Jungmin bertolak pinggang, ia menatap kesal adik perempuan jelmaan beruang kutubnya itu, sementara Mingjun malah menertawakannya.
"kau membuatku kecal!"
teriakan Mingjun yang menggelegar sontak membuat perhatian kedua orang yang tadinya sedang rusuh sendiri kini beralih kepadanya."oh.. astaga maafkan Eomma sayang, ini semua gara-gara Appa kalian. Dasar pria menyebalkan." ucap Jimin sambil memalingkan wajahnya kesamping, jangan lupakan kedua tangan mungilnya kini bertengger di pinggangnya, bibirnya menonjol kedepan, membuat Jungkook yang sedari tadi memperhatikannya menjadi tidak fokus, mulai dari membayangkan bibir tipisnya melumat habis bibir tebal milik sang istri hingga membayangkan bibir tebal nan empuk itu beralih memanjakan kejantanannya, baru membayangkannya saja membuat Jungkook hampir horny di tempat namun sekuat tenaga ia mencoba menahan hasratnya, tidak terhitung sudah berapa kali ia menelan air liurnya, Jungkook yakin jika saat ini pasti tenggorokannya sudah mengering karena pasokan air liur di tenggorokan sudah menipis, Jungkook benci pikirannya. Kotor sekali.
"k-kenapa kau malah menyalahkan aku sayang, memangnya kesalahan apa yang telah aku perbuat padamu." Jungkook menatap Jimin dengan mata yang berkaca-kaca, hanya sekedar akting saja dan Jimin tahu itu.
"berhenti memasang wajah bodohmu itu, apa kau pikir kau bisa membodohi anak-anak, begitu?" Jungmin dan Mingjun menatap bergantian kedua orang tua mereka, benar-benar tidak mengerti dengan pembahasan orang tua mereka.
Jungmin mengkode adik perempuannya, namun sikutan di perutnyalah yang ia dapatkan , Jungmin kembali melayangkan tatapan memelasnya yang justru di balas Mingjun dengan cubitan kecil di pinggangnya, adik perempuannya ini benar-benar galak sekali.
"belhenti mengajakku belbicala Oppa, bialkan caja orang dewaca menyelecaikan masalahnya cendili, anak-anak cepelti kita tidak boleh ikut campul. Lagipula kita beldua tidak tahu apa yang Eomma dan Appa katakan jadi cebaiknya diam di tempatmu dan tutup mulutmu, ok?"
tubuh Jungmin hampir terjengkang ke belakang jika saja tidak ada lemari kecil yag menahan bobot tubuh mungilnya itu."kenapa kau malah belteliak di depan wajahku!" Jungmin mengusap kasar permukaan wajahnya yang tadinya sempat
terkena liur Adiknya."itu kalena Oppa membuatku Jengkel"
"hei..Hei, Anak Eomma jangan bertengkar lagi , ok? ayo sekarang siapa yang mau makan makanan enak!" dengan secepat kilat kedua bocah itu langsung melompat-lompat di tempatnya, mereka kemudian berlari dan menerjang tubuh kekar sang Ayah membuat Jungkook mau tidak mau harus terjengkan ke belakang mengingat bukan hanya satu orang yang menyerangnya melainkan dua, walaupun tubuh kedua anaknya masih kecil namun harus Jungkook akui jika kekuatan keduanya tidak bisa di anggap remeh.
"Appa, ayo cekalang kita pelgi, Jungmin ingin makan ec klim!' Jungmin duduk di atas perut ayahnya, ia menaik turunkan badannya membuat tubuh sang Ayah terlonjak.
"Mingjun ingin makan daging Appa!" teriak Mingjun dengan semangat, ia bersuara dengan nada yang lantang tepat di samping telinga sang ayah membuat Jungkook yang awalnya sedang berusaha menyingkirkan tubuh Jungmin dari atas perutnya kini beralih menutup kedua telinganya, berdengung-dengung dan jujur itu membuat Jungkook merasa tuli mendadak.
"iya..Iya, akan Appa belikan tapi sekarang biarkan Appa berdiri, ok?"
Jungmin buru-buru turun dari atas tubuh sang Ayah, membiarkan pria itu bangkit dari posisi berbaringnya.
"ah, akhirnya aku berdiri juga. Aduh belakangku, sepertinya tulangku hampir patah" Jungkook meringis sambil memegangi kedua pinggangnya, sesekali ia akan mengelus-ngelus punggungnya, rasanya benar-benar sakit.
Namun tarikan kedua bocah itu di celananya membuat konsentrasi Jungkook hancur, dengan terpaksa ia kembali menundukkan wajahnya, melihat anaknya satu persatu.
"ada ap...."
Yak, berhenti menarik tangan Appa seperti itu, bagaimana jika Appa jatuh?""maca bodoh. Itu ulucan Appa, yang telpenting dicini adalah pelut kami, kami lapal Appa."
Jungkook memaksakan senyumnya, tega sekali kedua Anaknya ini padanya, berarti jika saat ini ia terluka maka tidak akan ada seorang pun yang akan memedulikannya, begitu? ah, tega sekali mereka berdua, ah tidak maksud Jungkook tiga karena Jimin, istrinya sama saja, Ia adalah rajanya tega. hiks.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADORABLE FAMILY•KOOKMIN/JIKOOK•
FanfictionHighest Rank : #7 in Kookmin (25/9/20) #6 in kookmin (26/9/20) # 4 Parkjiminbts(26/9/20) Jimin dan jungkook adalah sepasang suami istri,setelah 1 tahun menikah,akhirnya mereka dikaruniai sepasang anak kembar,yang kemudian mereka beri nama jungmin da...