"Appa, Jungmin ingin makan yang ini!" Jungkook menganggukkan kepalanya, menuruti permintaan anak sulungnya yang ingin makan daging malam ini. Mingjun pun tidak mau kalah, ia langsung memesan makanan termahal yang ada di restoran ini, Jungmin mempoutkan bibirnya karena ternyata makanan yang di pesan oleh adiknya itu terlihat jauh lebih enak dari menu makanan yang ia pesan.
"Mingjun, nanti kalau makanannya jadi bagi ke Jungmin juga yah, ok?" Jungmin mengedip-ngedipkan kedua matanya, berpose menggemaskan namun sayangnya hal itu tidak mempan sama sekali bagi adiknya, Mingjun yang dengan terburu-buru langsung menggoyangkan jari telunjuknya di wajah, memberi isyarat jika ia menolak permintaan kakaknya. Jika biasanya ia akan berbagi makanan dengan kakaknya maka bisakah kali ini Jungmin membiarkannya menyantap makanannya sendiri.
"no...no...Mingjun tidak ingin belbagi. Wlee..." lidah Mingjun terulur ke depan membuat mata Jungmin seketika berkaca-kaca, pelit sekali adik perempuannya ini. Tunggu saja balasannya.
"dacal pelit, hiks. Appa Jungmin ingin memecan makanan yang cama cepelti punya Mingjun, boleh kan?" Jungkook yang pada dasarnya begitu lemah bila di hadapkan dengan yang lucu-lucu , mungil seperti kedua Anaknya dan Juga istrinya pun mau tidak mau kembali menganggukkan kepalanya, kali ini ia hanya ingin memanjakan kedua Anaknya, biarlah toh kan tidak sering-sering ia bisa menghabiskan waktu seperti ini dengan keluarga kecilnya.
"apapun itu asalkan Anak Appa senang." rambut Jungmin di elus-elus sayang, Mingjun hanya bisa memutar bola matanya karena merasa bahwa dirinyalah yang paling dewasa di antara ia dan Kakak laki-lakinya yang notabene memang memang sangat manja kepada kedua orangbtua mereka, lihatlah bahkan ia bisa sendiri membilas kedua tangannya di wastafel meskipun memang letaknya agak tinggi dan tentu saja membutuhkan bantuan orang dewasa namun tenang saja berkat otak cerdas ia miliki, Jungmin bisa melakukannya seorang diri, menggeser salah satu kursi di yang posisinya memang berdekatan dengan tempatnya berdiri
Berat? ya jelas tidaklah karena kursi yang baru saja ia geser itu terbuat dari plastik yang tentu saja sangat ringan, Mingjun hanya bisa menertawakan kakak laki-lakinya itu saat melihat sang Ibulah yang membantu Jungmin untuk membasuh kedua tangannya, bukan apa-apa namun saat ini di korea bahkan di seluruh dunia sedang gencar-gencarnya menerapkan pola hidup sehat dan bersih, banyak virus yang berkeliaran di sekitar mereka, sama halnya dengan hal yang satu ini, Mingjun bahkan sampai bingung harus menyebutnya apa tapi yang jelas benar-benar berbahaya dan mengancam kelangsungan hidup keluarganya, Mingjun tidak ingin kebahagiaan keluarganya di hancurkan maka dengan sangat terpaksa kali ini ia harus ikut turun tangan, membantu ibunya untuk mengamankan sang Ayah dari serangan "Ulat Bulu" yang kini dengan tidak tahu malunya menempel di lengan sang ayah, "wanita berwajah manis namun berhati Iblis", mungkin julukan seperti itulah yang patut ia sematkan untuk seorang wanita yang dengan kurang ajarnya menyentuh-nyentuh tubuh sang Ayah. Mirip lintah dan sungguh itu membuat Mingjun jadi Jijik.
Mingjun segera berlari dan memeluk lengan sang Ayah, agak mendorong tubuh si wanita seksi itu ke samping agar tak lagi memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Sang wanita berpakaian seksi dengan belahan dada yang menyembul itupun langsung menatap Tajam ke arah Mingjun, ia tahu jika sejak awal gadis kecil itu tidak menyukai kehadirannya dan mungkin saja berniat untuk menyingkirkannya, sama seperti Ibunya, Park Jimin.
"eits...Oh astaga, tidak perlu panik begitu sayang, Bibi tidak akan mengambil Ayahmu kok, iyakan Jungkook-ssi?" Wanita yang tak lain dan tak bukan merupakan Jieun itu pun langsung memperbaiki posisi berdirinya, hampir saja ia terjengkang kebelakang jika tidak memiliki keseimbangan yang bagus.
"iya, sayang. Bibi Jieun hanya kebetulan berada disini dan berniat menyapa Appa, itu saja" Jungkook yang sejak tadi terus memerhatikan ekspresi datar sang istri pun beralih untuk memeluk pinggangnya, membuat wajah pria mungil itu seketika memerah, mereka bahkan menjadi bahan tontonan pengunjung restoran yang lainnya.
"kenapa wajahmu cemberut begitu sayang, kau tahu bukan jika aku paling tidak tahan saat melihat kau bertingkah menggemaskan seperti ini, apa jangan-jangan kau berniat menggodaku, kau sengaja bukan?" Jieun bertolak pinggang, sia-sia saja usahanya untuk berdandan cantik malam ini, Jungkook bahkan sama sekali tidak meliriknya barang sedikitpun.
Menyebalkan."kau memang menyebalkan, dasar tidak peka. Aku ingin pulang saja. Anak-anak ayo kita pulang sekarang, biarkan Appa kalian disini jika ia masih ingin berbincang dengan Temannya ini." Jimin menekankan kata-katanya, apalagi pada saat ia mengucapkan kata " Temannya" tadi.
"Eomma kenapa kita haluc pulang, bukannya bibi ini yang haluc pelgi, kalau kita pulang cekalang lalu bagaimana dengan makanannya, Mingjun lapal Eomma" Mingjun bertolak pinggang, menatap sinis Jieun yang kini berpura-pura memasang senyum palsunya, Mingjun tidak bodoh walaupun usianya baru beberapa tahun tapi ia sudah dapat mengenali mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang bisa dilakukan dan mana yang tidak boleh ia lakukan.
"tidak boleh berbicata seperti itu Sayang, itu namanya tidak sopan. Appa dan Eomma tidak pernah mengajarkan kalian untuk berlaku tidak soan pada orang lain." Mingjun mendadak kesal, bertanya-tanya mengapa ayahnya ini lebih memilih untuk membela si siluman ulat bulu itu di bandingkan dirinya dan juga Ibunya.
Sementara itu Jungmin yang memang sejak tadi sibuk memperhatikan penampilan Jieun pun kemudian berjalan ke arah Adiknya, Mingjun. " Tidak boleh cepelti itu, kau dengal kan apa yang Appa tadi katakan." Mingjun bukannya menurut, ia justru balas menjulurkan lidahnya ke arah kakaknya itu, Jungmin dan ayahnya memang sama saja, benar-benar tidak pengertian sekali.
"Maafkan Adikku Bibi, dia memang cepelti itu tapi tidak ucah khawatil Mingjun cebenalnya baik kok, ayo cepat minta maaf pada Bibi ini." Jungmin mengatakannya sambil membungkukkan badannya, terus melirik ke arah Mingjun namun sepertinya adiknya itu tidak menghiraukan apa yang ia katakan, percuma.
"tidak, pokoknya Mingjun tidak mau minta maaf!" setelah mengatakan hal itu Mingjun pun berlari keluar pintu restoran yang
kemudian disusul oleh Jungmin dan Ibunya, Jimin."terserah jika kau masih ingin disini, aku akan pulang duluan bersama anak-anak. Selamat malam." Jungkook baru saja akan menyusul Jimin namun Jieun dengan cepat menghalangi jalannya, entah berpura-pura ataupun memang benar adanya tubuh gadis itu tiba-tiba saja terhuyung ke arahnya yang dimana pergerakan Jieun itu membuat bagian dadanya bersenggolan dengan dada bidang Jungkook.
"Jungkook-ah, Bisakah kau mengantarku pulang? kepalaku rasanya sakit sekali. Aduhh...Akhh.." Jieun melirik Jungkook, hanya sekedar memastikan saja bagaimana ekspresi pria itu saat ini, Jieun merasa senang saat melihat raut wajah Jungkook yang kentara begitu mengkhawatirkannya.
Sementara itu jungkook bingung, tidak tahu harus menolak ataupun mengiyakan permintaan gadis muda itu, harus Jungkook akui jika dirinya benar-benar tidak nyaman berada di dekat Jieun namun karena ia tidak ingin membuat Jieun tersinggung makanya ia memilih untuk tidak mengajukan protesnya itu dan mau tidak mau mengiyakan permintaan gadis itu.
"baiklah, aku akan mengantarkanmu pulang"
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADORABLE FAMILY•KOOKMIN/JIKOOK•
FanfictionHighest Rank : #7 in Kookmin (25/9/20) #6 in kookmin (26/9/20) # 4 Parkjiminbts(26/9/20) Jimin dan jungkook adalah sepasang suami istri,setelah 1 tahun menikah,akhirnya mereka dikaruniai sepasang anak kembar,yang kemudian mereka beri nama jungmin da...