Karena tidak ingin membuat Jimin kelelahan akhirnya Jungkook pun menggantikan posisi istrinya , mengerjakan semua pekerjaan rumah yang biasanya akan di kerjakan oleh Jimin. Mulai dari memasak, membersihkan rumah dan mengurus kedua buah hati mereka, Jungkook benar-benar beruntung karena hari ini Jungmin dan Mingjun tidak rewel, jika biasanya kedua anaknya itu akan sangat pemilih dalam hal makanan maka untuk hari ini mereka berdua tidak melakukannya. Tentu saja ini semua berkat Jimin, karena sebelumnya Jungkook telah memberitahu Jungmin dan Mingjun bahwa saat ini Ibu mereka telah mengandung yang artinya sebentar lagi mereka berdua akan memiliki seorang Adik Bayi.
Jungmin yang penasaran segera menghampiri Ibunya, rencananya ia akan mengajak calon Adiknya untuk berbicara. Jungmin benar-benar polos, menggemaskan sekali hingga membuat Jimin jadi tidak tahan untuk mencubiti pipi tembamnya.
"Eomma, belapa lama lagi Jungmin haluc menunggu sampai Adik Bayinya kelual. Jungmin cudah tidak cabal mengajak Adik Bayi belmain bola, Eomma." Jimin tertawa mendengar apa yang baru saja Jungmin katakan padanya, Putra sulungnya itu benar-benar lucu sekali. Sementara Jungkook yang sejak tadi sibuk menyuapi Jimin hanya bisa menggelengkan kepalanya, pemikiran anaknya yang begitu luas dan terkadang melewati batas usianya sedikit banyaknya membuat Jungkook kaget namun karena ia sudah terbiasa menghadapi tingkah aneh bin ajaib dari kedua anaknya itu maka kali ini Jungkook lebih memilih untuk diam, membiarkan kedua anak itu berbicara dengan Ibu mereka.
"Masih lama sayang karena Adik Bayinya masih sangat kecil di dalam perut Eomma. 8 bulan, Jungmin harus menunggu 8 bulan lagi, ok?" Jungmin mengangguk, dahinya mengerut tanda bahwa saat ini ia sedang kebingungan namun nampaknya hal itu sama sekali tidak menyurutkan niatnya untuk mulai berhitung menggunakan jari-jari mungilnya.
"catu, dua, tiga , empat...Hmmm belapa lagi yah, Jungmin lupa." Mingjun yang sedang berkonsentrasi menghabiskan makanannya sampai harus menjeda kegiatannya itu, ia turun dari atas kursi setelah sebelumnya meminum air putihnya terlebih dahulu. Jangan salah, walaupun disini posisi Mingjun adalah seorang adik namun tetap saja soal daya ingat dirinyalah yang akan Jadi pemenangnya. Daya ingat dan juga kemampuan berhitung Mingjun memang pantas untuk di acungi jempol.
"cudah...cudah, bialkan Mingjun caja yang menyelesaikan hitungannya. Jungmin Oppa memang payah." tubuh mungil Jungmin di geser ke samping, Jungmin cemberut, ia merasa tidak terima saat melihat Ayah dan Ibunya malah memuji-muji adik perempuannya itu. Karena saking kesalnya ia pun meninggalkan meja
makan dan memilih untuk berlari keluar rumahnya. Jungmin duduk di kursi depan halaman rumahnya, mulai menangis saat menengok kearah belakangnya. Jungmin sedih, bahkan tidak ada orang yang menyadari kepergiannya. Dalam hati kecilnya ia bertanya-tanya, apakah mungkin Ayah dan Ibunya itu tidak akan mencarinya bila ia menghilang dari rumah sekalipun?"menyebalkan, Eomma dan Appa tidak cayang pada Jungmin. Mereka celalu memuji Mingjun dan membialkan Jungmin kecewa. Hiks...Hiks... tidak ada yang menyayangi Jungmin. Huwaaaaa..." Jungmin menangis sejadi-jadinya hingga membuat perhatian semua pejalan kaki yang melintas di depan halaman rumahnya tertuju padanya. Jungmin sadar, ia tahu jika saat ini ia menjadi pusat perhatian orang banyak namun hal itu sama sekali tidak menghentikannya ia justru semakin mengeraskan tangisannya.
Sementara itu Jieun yang memang sudah mengawasi situasi rumah Jimin dari kejauhan pun menyeringai, ia pikir inilah kesempatan emas bagi dirinya untuk mendekati Putra sulung Jimin dan juga Jungkook. Oleh karena itu Jieun pun segera keluar dari mobilnya dan berlari menghampiri Jungmin, kebetulan sekali pagar rumah Jungkook tidak terkunci jadi ia bisa dengan leluasa masuk ke dalamnya.
Dengan perlahan Jieun pun mendekati Jungmin yang saat ini masih menangis, mengambil tempat di samping Jungmin hingga membuat perhatian Jungmin teralihkan padanya.Jungmin mengerutkan dahinya, bertanya- tanya bagaimana bisa teman wanita dari Ayahnya itu tiba-tiba ada di sini.
" Jungmin masih ingat dengan Bibi kan?" Jungmin segera menganggukkan kepalanya, tentu saja ia masih mengingat wajah Bibi cantik di depannya ini. Wajah Jieun memang gampang untuk ia ingat.
"iya, tentu caja Jungmin ingat. Bibi yang waktu itu ada di lestolan, kan?" Jieun tersenyum, dalam hati ia merasa lega sekali karena bocah di depannya ini menyambut kehadirannya dengan baik.
"Iya benar. Bibi pikir, Jungmin sudah melupakan Bibi tapi ternyata tidak yah." mata Jungmin berbinar, ia senang mendengar perkataan Jieun yang secara tidak langsung telah memujinya.
"tentu caja Jungmin ingat, Bibi kan cantik." Jieun memegang pipinya, tidak mungkinkan ia merona hanya karena mendengar pujian dari anak kecil seusia Jungmin. Konyol sekali dirinya ini.
"hahaha...benarkah? terima kasih Jungmin. Hmm...ngomong-ngomong kenapa kau bisa ada disini sayang, apakah Jungmin tidak takut di luar rumah sendirian?" Jungmin tersenyum lebar lalu kembali menggelengkan kepalanya. Tentu saja ia berani, ia kan pemberani.
"tidak, tentu caja Jungmin tidak takut. Cebenalnya tadi Jungmin kelual kalena Jungmin malah pada Eomma dan Appa. Meleka celalu memuji Mingjun sementala Jungmin tidak pelnah. Jungmin kan mau di puji juga, Bi" Jieun mengelus kepala Jungmin, mencoba merebut hati bocah tampan itu.
"oh, jadi Jungmin cemburu pada Mingjun yah?" Jungmin dengan cepat menyilangkan kedua tangannya di depan dada, membentuk huruf X pertanda bahwa ia menolak anggapan Jieun padanya.
"tidak, ciapa bilang Jungmin cembulu. Jungmin tidak cembulu tapi hanya malah caja." Jieun mengangguk-anggukkan kepalanya, merasa gemas saat melihat respon yang di tunjukkan oleh Jungmin.
"oh begitu yah. Oh iya, bagaimana keadaan Eomma dan Appamu. Apakah mereka berdua baik-baik saja?" Jungmin mengayunkan kedua kakinya di bawah sana, mengamati wajah Jieun dari arah samping dan kemudian segera menjawab pertanyaan wanita muda itu.
"cemuanya baik, Appa dan Eomma cehat. Adik Bayi juga cehat." mata Jieun membulat, apa mungkin ia salah dengar? bayi?
"Bayi? maksud Jungmin sekarang Eomma sedang hamil, begitu?"
"Iya, Eomma bilang ada Adik Bayi di dalam pelut Eomma. Cebental lagi Jungmin akan memiliki Adik. Bukankah itu kelen, Bi?"
Jieun menggelengkan kepalanya, berusaha menyangkal pernyataan Jungmin.
"tidak, itu tidak mungkin. Dia tidak boleh hamil. Pokoknya tidak boleh!"
Jungmin yang tidak mengerti dengan maksud perkataan Jieun pun hanya bisa mengedip-ngedipkan kedua matanya "
"kenapa, memangnya kenapa kalau Eomma hamil?"
Jieun kaget, ia segera beranjak dari posisi duduknya dan kemudian berdiri di hadapan Jungmin. Memegang bahu Jungmin sebentar dan kemudian melepaskannya.
"tidak, bukan apa-apa. Kalau begitu Bibi pamit dulu, yah?" tanpa menunggu jawaban dari Jungmin, Jieun pun segera berlari meninggalkan Jungmin sendirian. Bukan apa-apa tapi Jieun sempat melihat siluet wajah Jimin yang baru saja membuka pintu rumahnya. Mungkin ia sedang mencari anaknya, Jungmin.
Jimin berjalan pelan kearah Jungmin, sempat melihat seorang wanita keluar dari pagar rumahnya namun hal itu tidak menjadi fokus utamanya.
" sayang, kenapa kau bisa ada disini? Eomma mencarimu dari tadi tapi ternyata Anak Eomma ada disini rupanya."
Jimin mendudukkan dirinya tepat di samping Jungmin, memeluk tubuh mungil itu dan mengecupi pipinya dengan sayang. Jungmin mendongak ke atas, menatap wajah Ibunya."eomma, tadi Jungmin beltemu dengan Bibi cantik yang ada di lestolan loh. Kenapa Bibi itu malah caat Jungmin bilang Eomma hamil yah. Apa mungkin Bibi itu tidak cuka dengan Adik Bayinya?"
Jimin tidak merespon pertanyaan Jungmin, ia justru sedang berpikir keras saat ini. Apa jangan-jangan wanita yang di maksud oleh Putranya itu adalah Jieun?"
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADORABLE FAMILY•KOOKMIN/JIKOOK•
FanfictionHighest Rank : #7 in Kookmin (25/9/20) #6 in kookmin (26/9/20) # 4 Parkjiminbts(26/9/20) Jimin dan jungkook adalah sepasang suami istri,setelah 1 tahun menikah,akhirnya mereka dikaruniai sepasang anak kembar,yang kemudian mereka beri nama jungmin da...