Karena jarak rumah mereka dari pusat perbelanjaan terbilang cukup dekat, Jungkook dan Jimin pun memutuskan untuk berjalan kaki ke rumah mereka.
Mungkin ada sekitar sepuluh menit lamanya mereka berdua berjalan bersama. Dengan Jimin yang asyik bercanda tentang ini dan itu yang kemudian akan di tanggapi oleh Jungkook dengan senyuman lebar atau malah ia balik membalasnya dengan candaan yang serupa.
Udara yang dingin membuat tautan tangan mereka di bawah sana semakin mengerat. Mereka berdua tertawa bersama, terlihat begitu bahagia dan juga menikmati hidup mereka.
Namun langkah kaki mereka harus terhenti saat itu juga ketika Jungkook menolehkan wajahnya ke samping dan baru menyadari jika wajah istri cantiknya itu terlihat begitu pucat. Apa mungkin ini karena efek cuaca atau justru karena Jimin sangat kelelahan karena terlalu lama berjalan kaki?
Jimin yang merasa heran pun mengernyitkan dahinya, ia benar-benar bingung saat melihat Jungkook tiba-tiba berjongkok di depannya.
"Ada apa, mengapa kita berhenti di sini? Apakah ada sesuatu yang ingin kau beli di Toko itu? Kalau ada, aku akan menunggumu di sini saja." ucap Jimin sambil menunjuk Toko yang ada di hadapan mereka namun Jungkook tidak bersuara dan memilih untuk menggelengkan kepalanya.
"Naiklah ke punggungku?" Jungkook menolehkan kepalanya ke belakang untuk memeriksa keadaan Istrinya. Wajahnya terlihat begitu khawatir saat menyadari Jimin tak hanya pucat melainkan juga kedinginan.
"Tidak usah. Aku bahkan bisa berjalan sendiri." Jimin menolak permintaan Jungkook dan memilih untuk melanjutkan langkah kakinya. Jungkook jadi merasa bersalah, seharusnya ia tak mengizinkan Istrinya yang sedang hamil muda itu untuk keluar rumah jika ia tahu akhirnya akan begini. Jimin memang bukan tipe Pasangan yang manja saat sedang hamil jadi Jungkook sendirilah yang harus peka dan lebih memerhatikan kesehatan Jimin saat sedang mengandung seperti ini.
Jimin terus melangkahkan kakinya ke depan, sesekali ia akan tersenyum saat merasakan kram di perutnya kian bertambah setiap menitnya. Jimin pikir ia bisa mengatasi rasa sakitnya sendiri, tak perlu merepotkan Jungkook karena Pria itu sudah cukup lelah mengurusi pekerjaannya yang menumpuk di kantor. Rasa kram di perut saat sedang hamil muda memang hal yang wajar namun akan menjadi hal yang tak wajar bila durasinya bertambah setiap waktu.
Jimin merasa kakinya sudah tak kuat untuk di bawa berjalan lagi, rasa sakit di perut dan juga kepalanya kian bertambah ketika ia mencoba menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan untuk mencari di mana keberadaan Jungkook.
Tubuh Jimin hampir limbung ke samping jika saja Jungkook tidak segera datang dan menangkap tubuh mungilnya itu, mencegah agar Jimin tidak sampai jatuh ke bawah aspal jalanan.
"Sayang, ayo bangun Sayang. Kumohon buka matamu, hmm?" Jungkook panik bukan main. Ia bahkan tak tahu harus melakukan apa terlebih dahulu, menghubungi Dokter keluarga mereka atau membawa Istrinya pulang ke rumah.
Karena tak ingin membuat kondisi Istrinya semakin memburuk, Jungkook pun memutuskan untuk memanggil taksi dan membawa istrinya itu untuk pulang ke rumah mereka. Karena ia ingat, di rumah masih ada kedua Anak mereka yang mungkin saat ini masih dalam keadaan tertidur. Tidak mungkinkan Jungkook harus meninggalkan mereka berdua sendirian di rumah sementara jarak rumah mereka dengan rumah orang tua mereka sangatlah Jauh. Mereka tinggal di seoul sedangkan Kakek juga Nenek Jungmin dan Minji bertempat tinggal di Busan.
❄❄❄
Saat pintu rumah mereka terbuka, Jungmin dan Minji segera berlari ke arah Ayah dan Ibu mereka. Jika di lihat dari tampilan mereka sepertinya mereka berdua baru saja bangun tidur. Jungmin sesekali menguap sedangkan Minji sibuk menggeser posisi Adiknya itu agar ia bisa lebih mendekat ke Ayah dan juga Ibu mereka.
"Appa, kenapa Eomma menutup matanya. Apa Eomma cedang tidul?" Ucap Jungmin saat Ayahnya selesai membaringkan Ibunya di atas ranjang mereka. Minji yang pada dasarnya lebih mengerti daripada Jungmin pun memilih untuk membungkam mulut Kakaknya itu. Minji tahu jika saat ini kondisi Ibunya itu pasti sedang tidak dalam keadaan yang cukup baik untuk dapat mendengar suara mereka. Ibunya mungkin kelelahan dan butuh istirahat sejenak.
"Appa, apakah Appa cudah menelfon Doktel?" Bisik Minji pelan di telinga Ayahnya yang kemudian membuat Jungmin jadi penasaran.
"Iya, Appa sudah memanggil Dokternya kemari. Mungkin sebentar lagi Dokternya akan sampai. Terima kasih karena sudah mengkhawatirkan Eommamu, Sayang." Minji menganggukkan kepalanya, beralih membantu Kakak Laki-lakinya itu untuk naik ke atas ranjang karena sejak tadi Jungmin terlihat kesulitan untuk naik ke atas ranjang mereka.
"Telima kacih, Minji-ah" setelah memberi ucapan terima kasih pada Adiknya, Jungmin pun buru-buru mengambil posisi duduk di samping Minji. Mata bulatnya itu ia edarkan untuk menatap wajah cantik Ibunya yang saat ini sedang menutup kedua matanya.
Jungmin memang memiliki fisik yang jauh lebih besar dari Minji namun walaupun begitu ia masih belum cukup mengerti dengan situasi dan juga keadaan Ibunya saat ini. Jungmin hanya bisa mengenggam erat tangan Jimin sembari menahan tangisnya.
"Appa, cebenalnya apa yang teljadi pada Eomma. Kenapa Eomma tidak membuka matanya, apa Eomma cakit? Hiks...hiks." Jungmin baru saja akan turun dari atas ranjang Ibunya dan berlari ke Ayahnya untuk menangis jika saja Adik Perempuannya itu tidak menghentikan.
"Dacal payah. Kenapa kau menangic, oh? Eomma pacti baik-baik caja. Eomma kan kuat, bukan begitu kan Appa?" Minji sudah hampir menangis saat mengatakan hal itu pada Ayahnya, padahal tadi ia sudah sempat mewanti-wanti dirinya untuk tidak menangis di hadapan Ayahnya.
"Cudah kubilang untuk belhenti menangic, kenapa kau macih caja melakukannya?" Hiks...hiks..."
Jungkook yang melihat kedua Anaknya itu menangis pun segera menggendong keduanya. Ia membawa Putra dan Putrinya itu untuk keluar kamar saat ia melihat Dokter keluarga mereka berdiri di depan pintu.
Mungkin ada sekitar delapan menit lamanya Jungkook menenangkan kedua Anaknya itu. Minji lebih duluan menghentikan tangisannya sedangkan Jungmin masih harus di bawa ke sana kemari baru bisa diam. Jungkook jadi paham, mengapa kesehatan Istrinya itu sering down karena memang apa yang di kerjakan Jimin di rumah sangatlah banyak. Tidak hanya mengerjakan pekerjaan rumah mereka melainkan juga mengurus kedua buah hati mereka. Beruntung jika keduanya tidak sedang rewel-rewelnya. Bagi Jungkook, Jimin termasuk Ibu yang sabar dalam menghadapi kelakuaan kedua Anaknya. Jimin bahkan tidak pernah sekalipun memarahi Jungmin dan Minji ketika mereka tidak sengaja membuat kesalahan, melainkan ia memberi nasihat agar ke depannya mereka berdua bisa jadi Anak-anak yang lebih baik lagi.
"Appa, Aku akan mengajak Jungmin main di ruang tamu. Jadi Appa bisa melihat keadaan Eomma di dalam, ok?" Jungmin menganggukkan kepalanya. Namun sebelum ia menyusul Adiknya ke ruang tamu untuk bermain bersama, ia lebih dulu memeluk tubuh Ayahnya dengan erat. Memberi usapan-usapan ringan guna menenangkan hati Ayahnya yang sedang khawatir pada Ibunya.
"Gwaenchana, Plia boleh menangic kalau ia cedang cedih. Jadi Appa tidak pellu memendam kecedihan Appa cendelian, ok? Jungmin dan Minji akan celalu ada disini untuk Appa. Menenangkan Appa caat belcedih dan membeli kekuatan caat Appa cedang lelah." Setelah Jungmin mengatakan hal itu Ayahnya pun langsung menangis dan memeluk erat tubuh kecilnya. Jungkook tahu mungkin ia juga butuh menangis untuk meluapkan perasaan kecewanya pada dirinya sendiri selama ini. Ia bahkan merasa dirinya belum pantas di sebut sebagai seorang Suami dan juga Ayah karena ia sama sekali belum melakukan apa-apa untuk menjaga kebahagiaan dan keutuhan keluarganya.
"maafkan Appa, Jungmin-ah. Maafkan Appa."
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADORABLE FAMILY•KOOKMIN/JIKOOK•
Hayran KurguHighest Rank : #7 in Kookmin (25/9/20) #6 in kookmin (26/9/20) # 4 Parkjiminbts(26/9/20) Jimin dan jungkook adalah sepasang suami istri,setelah 1 tahun menikah,akhirnya mereka dikaruniai sepasang anak kembar,yang kemudian mereka beri nama jungmin da...