09.

3K 517 51
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini hanya fiktif belaka. Segala yang ada dicerita ini murni karangan penulis. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, cerita atau apapun itu adalah sebuah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaaan.

••••

Raga menyesap americano nya, menatap langit siang yang cukup terik. Hari ini panas tapi tidak terlalu menyengat dikulit. Bisa dibilang pikirannya kalut, karena kebiasannya yang ceplas-ceplos membuatnya kini harus memutar otak dan cara mendekati seseorang.

"Masih aja bingung lu? Mulut lu sih segala nyeplos enak bener." ucap Agam sambil mendudukkan dirinya di dekat sahabatnya, meletakkan dua piring siomay mang Jajang dan menyesap es kopi susunya cepat, tenggorokkannya kering.

"Masih lah, Gam! Lu pikir sekarang deh, gue kalo ketemu doi gimana coba? Kemarin Sabtu aja gue nganterin dia canggung banget di mobil. Kayak ngga pernah kenal, padahal dua bulan lebih udah barengan." ucap Raga sambil menatap Agam dengan wajah bingung yang jelas sekali terpampang.

"Kemaren Minggu? Katanya lancar-lancar aja?" tanya Agam sambil menyendokkan siomaynya kedalam mulutnya. Raga menghela nafasnya pelan, mengunyah kol goreng yang masih berada dimulutnya dan menelannya.

"Kemarin Minggu kita cuma berusaha bersikap bodo amat dan biasa aja satu sama lain. Kayak ngga da kejadian apa-apa aja kemarin Sabtu. Padahal jarak ngga ketemu juga sebentar doang." ucap Raga sambil kembali menyesap americano nya.

"Yaudah, lakuin hal yang sama pada hari-hari lainnya jugalah, Ga! Gitu kok ribet." ucap Agam santai sambil melahap kentang terakhirnya dan menggeser piring kotornya kesamping dan menarik es kopi susunya mendekat.

"Ini nih, orang yang ngga pernah jatuh cinta kalo ngomong seenak jidat. Gue bisa dikira dia main-main sama perasaannya dia, Gam." ucap Raga sambil menggeser piring kotornya dan mendekatkan cup americanonya.

"Gagam!" intrupsi sebuah suara yang datang dari arah perpustakan, membuat kedua pemilik nama menoleh kearah sumber suara dan menemukan Jovi yang berlari cukup pelan menaiki tiap anak tangga kecil kearah kantin.

"Tumben lu?" tanya Agam saat Jovi sudah mendudukkan dirinya disebelahnya.

"Dosen gue mendadak ada rapat penting. Padahal tadi gue dari kantor udah pake ngebut, ditambah gue batal nganter Darrel kuliah." ucap Jovi sambil menopang dagunya dan menatap sendu kedua temannya.

Radio. | Johnjae✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang