15.

2.5K 473 32
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini hanya fiktif belaka. Segala yang ada dicerita ini murni karangan penulis. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, cerita atau apapun itu adalah sebuah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaaan.

••••

"KAKAK!" teriak Dafa sambil mengetuk pintu kamar kakaknya brutal, seperti tidak paham jika sang kakak baru saja pulang jam satu malam.

"Apa sih dek?" tanya Bian setelah keluar dari kamarnya dengan wajah yang segar sehabis mandi dan baju yang sudah rapi siap untuk kembali berangkat ke radio. Semalam dirinya cukup tidak tenang untuk tidur, namun kantuknya mengalahkan semuanya. Bahkan saat bangun dirinya tidak menerima kabar apapun dari Raga.

"Kak Raga berantem! Kata kak Vano tadi subuh pulang udah babak belur." ucap Dafa heboh saat mendapat pemberitahuan dari kakak kelasnya. Kedua mata Bian membulat sempuran, pantas kemarin hatinya benar-benar gelisah. Apakah ini artinya dirinya sudah mulai menaruh hati pada Raga?

"Kakak? Kak?!" panggil Dafa sambil menggoyangkan tubuh Bian, membuat Bian kembali kedunia nyata. Dengan cepat Bian masuk kembali kekamarnya dan menghubungi yang bersangkutan. Tepat dinada tunggu ketiga telfon itu tersambung, suara orang serak khas bangun tidur yang menyapa telinga Bian.

"Halo? Ngapa Yan?"

"Kak Raga jujur sama gue. Kak Raga berantem sama siapa semalem?"

Hening.

Suara diseberang sana tak bersuara, hanya helaan nafas yang dapat Bian dengar. Bian menghela nafasnya lelah dan jengah. Hatinya masih gelisah dan tak tenang jika tidak melihat keadaan Raga.

"Udah ngga usah khawatir. Cuma luka kecil aja."

"Gue udah minta tolong Arka sama Darrel buat gantiin siaran kita. Gue mau kerumah lu."

"Ngga usah, gue ngga--"

"Gue ngga nerima penolakan kak Raga." 

Pip.

Panggilan diputus sepihak oleh Bian. Dengan cepat dan langkah tergesa Bian merapikan dirinya, membawa tas dan beberapa barang pentingnya, tergesa melewati kedua orang tuanya yang menatapnya heran dan langsung pamit, mengambil kunci mobilnya, bergegas kegarasi dan meluncur kerumah Raga.

Empat puluh lima menit Bian sampai didepan rumah Raga, melalui alamat yang Dafa berikan padanya setelah menanyakannya pada adik Raga. Dengan helaan nafas ringan Bian melangkahkan kakinya kedepan pintu utama rumah Raga dan mengetuk pintu karamel gelap itu pelan. Tepat diketukan ketiga, pintu karamel gelap itu terbuka dan menampilkan seorang pemuda tampan yang lebih muda dari Raga.

Radio. | Johnjae✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang