21.

2.5K 408 33
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini hanya fiktif belaka. Segala yang ada dicerita ini murni karangan penulis. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, cerita atau apapun itu adalah sebuah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaaan.

••••

Agam berjalan terburu disebuah lorong rumah sakit bersama dengan Jovi. Keduanya benar-benar terburu saat melihat seseorang yang Jovi buntuti sejak malam dimana Raga tergeletak tak bernyawa kehabisan darah. Keduanya meraup udara kasar sebelum masuk kedalam ruangan sang sahabat, mengetuk sopan dan pelan pintu putih itu.

"Eh, Bang Agam sama Kak Via. Ngga ngampus?" tanya Vano saat melihat kedua teman abangnya masuk kedalam ruangan abangnya. Agam hanya tersenyum dan mengelus pelan surai adik sahabatnya, sedangkan Jovi sudah memiting kepala adik sahabatnya kesal.

"Gue Jovi bukan Via ya, adek Vano." ucap Jovi kesal setelah melepaskan pitingannya pada Vano, mengundang tawa keras Vano mengalun sambil menepuk tangannya.

"Abang lu kemana?" tanya Agam saat dilihatnya kasur didepan Vano kosong tak berpenghuni. Vano menghentikkan tawanya dan meminum air putih, lelah menertawakan wajah kesal Jovi.

"Lagi dikamar mandi." jawab Vano sambil menunjuk pintu kamar mandi. Agam dan Jovi hanya menganggukkan kepalanya tanda bahwa mereka tahu dan paham. Selang beberapa detik, manusia kelebihan kalsium yang mereka cari akhirnya keluar dari kamar mandi dengan wajah terkejut yang tercetak jelas pada wajahnya.

"Ngapain? Ngga ngampus lu berdua?" tanya Raga saat dirinya sudah kembali duduk di kasurnya dan memandang kedua sahabatnya bertanya.

"Gue baru beres kelas, Via cuma ngumpulin tugas." jelas Agam sambil merangkul Jovi yang mendengus kesal karena dirinya selalu dipanggil Via oleh kedua sahabatnya.

"Tolong ya Gagam, nama gue Jovi. Berhenti panggil gue Via." kesal Jovi yang mengundang tawa keras Vano mengalun sambil bertepuk tangan, wajah kesal Jovi itu lucu dan layak ditertawakan. Raga dan Agam yang melihat wajah kesal Jovi hanya memasang wajah jijik, kelakuan temannya itu susah untuk mengakui di adalah dominan.

"Terus kenapa lu berdua kayak capek? Lari lu?" tanya Raga lagi, karena keduanya terlihat masih menetralkan nafas dan degup jantung mereka. Agam mendekat pada kasur Raga dan menarik sebuah kursi, duduk disamping kasur sang sahabat.

"Jadi tadi gue sama Jovi ke fakultas gebetan lu, mau nemuin temen kantor gue ngasihin berkas. Terus lu tau siapa yang kita lihat?" jelas dan tanya Agam pada Raga membuat Raga menaikkan satu alisnya heran dengan tatapan bertanya pada Agam.

Radio. | Johnjae✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang