22.

2.5K 443 43
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini hanya fiktif belaka. Segala yang ada dicerita ini murni karangan penulis. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, cerita atau apapun itu adalah sebuah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaaan.

Peringatan: Mengandung kata-kata kasar dan adegan kekerasan.

••••

Setelah hampir seminggu Raga menghilang tanpa kabar berita dari hadapan Bian, kini Bian dibuat terkejut saat datang ke radio tempatnya bekerja. Di studio utama sudah duduk lelaki yang selama ini dirindukannya, lelaki yang benar-benar berhasil menghapus jejak Sakti dan trauma yang ditinggalkan. Lelaki yang dengan kurang ajarnya mengambil, mencuri dan memboikot seluruh dunianya. Lelaki yang dengan sabar dan tulus menunjukkan ketulusan sebuah cinta dan rasa padanya, Dominicus Raga.

Bian menangis, tak mampu membendung air matanya bahagianya karena bisa kembali bertemu dengan Raga. Dengan kecepatan kilat, Bian masuk kedalam studio utama kantornya, berdiri diam dihadapan Raga yang memberikan senyum tampan padanya.

"Hai, Yan? Apa kab--"

Bruk.

Bian menghamburkan dirinya pada Raga, memeluk Raga erat seakan takut jika Raga kembali hilang. Dengan sigap Raga menangkap badan yang lebih muda, membalas pelukan hangat dan erat lelaki manis didekapannya. Raga tersenyum, hatinya menghangat, wangi vanila lembut kembali menyapa indra penciumannya, Bian kembali pada pelukannya.

"Jangan..hiks..pergi..hiks..lagi..hiks." lirih Bian dalam pelukan Raga, menangis sejadi-jadinya dan memeluk seerat-eratnya. Raga mengulas senyumnya, mengelus pelan surai kesukaannya.

"Kalau itu yang lu mau, gue bakal kabulin dengan senang hati." jawab Raga tenang dan dalam, seakan mengucapkan sebuah janji yang memang khusus ditujukan pada Bian. Bian makin mengeratkan pelukannya, menghirup dalam-dalam wangi mint segar yang akan menjadi candu dan wangi kesukannya.

"Jangan..hiks..menjauh..hiks." lirih Bian lagi sambil makin mengeratkan pelukannya dan makin menjadi tangisnya. Raga tersenyum, melepas pelukannya pada Bian, menangkup wajah yang lebih muda dan menatapnya dalam dan teduh.

"Gue ngga akan ngejauh, ngga akan pernah, Yan. Gue udah jatuh terlalu dalam sama lu. Lu segalanya buat gue." jawab Raga tenang namun terasa lugas, menyampaikan pada lelaki muda dihadapannya bahwa dirinya serius dan sungguh-sungguh. Dengan lembut, kedua ibu jari Raga mengahapus jejak air mata di pipi gembil Bian, mengecup pelan kening yang lebih muda lama, menyalurkan ketenangan dan juga kehangatan disana. Bian diam, tidak ingin menolak, karena jujur hatinya menginginkan perlakuan manis Raga ini.

Radio. | Johnjae✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang