Cerita ini hanya fiktif belaka. Segala yang ada dicerita ini murni karangan penulis. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, cerita atau apapun itu adalah sebuah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaaan.
Peringatan: Mengandung kata-kata kasar dan adegan kekerasan.
••••
Malam minggu Raga dan Bian beberapa bulan terakhir ini selalu seperti ini, bersenda gurau ditengah-tengah jeda siaran dan masuk kembali kedalam studio siaran mereka untuk kembali lagi membawakan acara mereka untuk menemani para pendengar yang memang masih sendiri dan lebih memilih mendengarkan duo kesayangan mereka di radio.
Saat sang waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam tepat, saat itu juga Raga dan Bian mengakhiri siaran mereka, pamit dari ruang dengar para pendengar mereka dan bergegas untuk segera pulang karena besok pagi mereka berdua masih harus kembali kesini. Sebenarnya sudah beberapa kali Randy menawarkan pada Raga dan Bian untuk menginap saja dilantai empat kantor mereka, karena jarak istirahat mereka dan perjalan pulang itu cukup lumayan. Namun dengan sopan keduanya menolak, lebih nyaman jika dirumah sendiri.
Setelah membereskan barangnya, Raga dan Bian bergegas untuk kembali pulang. Namun ada satu hal yang mengganjal pada diri Bian yang disadari Raga. Sejak segment sore mereka, Bian banyak melamun dan cukup gelisah. Beberapa kali juga Bian terlihat kurang fokus dan selalu menggumamkan maaf karena ketidak fokusannya.
"Yan, lu baik? Apa ada sesuatu yang ngeganggu pikiran lu?" tanya Raga saat keduanya sudah berada dalam lift gedung kantor mereka. Bian sedikit berjengkit kaget dan menatap Raga dengan senyum kikuknya.
"Ngga tau kak, rasanya kayak ngga enak aja hati dari tadi sore." ucap Bian pelan sambil memaikannya jari-jemarinya. Raga yang melihatnya tersenyum lembut, meraih tangan Bian dan menggengamnya, membuat korbannya membulatkan matanya terkejut dan mendongak menatap Raga.
"Biasanya kalo digenggam gini perasaan jadi makin tenang. Gue usahain salurin ketenangan buat lu." ucap Raga tenang sambil menarik Bian kelua dari lift dan berjalan beriringan, masih dengan tangan yang saling menggengam.
Bian mengikuti Raga dari belakang, kedua pipinya bersemu hebat, malu dan bahagia bercampur menjadi satu. Tangan hangat Raga sukses membuatnya merasa aman dan nyaman secara bersamaan, tapi hati masih gelisah, seperti sesuatu yang buruk akan terjadi. Terlalu asik kalut dalam pikirannya membuat Bian sedikit menabrak punggung tegap Raga, karena dirinya tak sadar jika sudah sampai didepan mobil Raga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Radio. | Johnjae✔️
FanfictionPerasaan selalu datang pada saat yang tepat. Radio hanyalah sebuah perantara untuk perasaan yang secara tepat tiba-tiba datang dan mengembang. Warn! Boyslove | Campus Life | Lokal AU Dom! Johnny Suh ; Sub! Jung Jaehyun Cover : iniobi Tittle Cover :...