Part #6

1.5K 179 2
                                    

Jisoo terdiam, pandangannya tiba-tiba meredup setelah Irene sahabatnya mengatakan tentang hal itu lagi. Tentang operasi yang harus ia segera lakukan agar penyakitnya bisa sembuh. Anemia Aplastik itulah nama penyakit yang di derita Jisoo selama ini. Setidaknya ia harus melakukan terapi transfusi darah untuk membantu mempertahankan sel darah dalam rentang yang normal.

Irene perlahan mendekat lalu duduk di tepi ranjang menghadap ke arah Jisoo. Kedua tangannya meraih bahu Jisoo dan menghadapkan wajah sahabatnya itu padanya yang sebelumnya hanya menatap nanar lurus. Irene memandangi wajah Jisoo dalam.

"Aku tidak bisa menyembunyikannya terus menerus dari mereka, Seokjin dan Ayahmu. Karena ini akan bahaya untukmu Jisoo" Ucapnya lembut dengan masih menatap lekat wajah Jisoo.

Jisoo menghela nafasnya.
"Aku tau, tapi aku tidak mau membuat mereka khawatir. Aku tidak kuasa jika nantinya mereka akan cemas dengan kesehatan ku.."

Jisoo menjeda ucapannya.

"Apa kau benar-benar yakin aku tidak bisa melakukannya tanpa sepengetahuan mereka?" Lanjutnya.

Irene menggelengkan kepalanya. "Ini memang rumah sakit milik keluargamu, tapi kau tidak bisa mengubah prosedur seenaknya dan tentu saja keluarga mu harus tau tentang operasi ini!" Irene memekikkan suaranya.

Jisoo terkekeh kecil. "Hm, baiklah. Tapi... beri aku waktu sebentar lagi ya" Ucap Jisoo dengan wajah memohonnya yang membuat Irene tidak bisa melakukan apa-apa selain menurutinya.

Wanita itu menatap sinis Jisoo.
"Astaga.. Kalau saja aku tidak punya kesepakatan dengan mu, aku tidak akan mau terjebak seperti ini"

"Hahaha.. Salahmu sendiri, kenapa kau tidak mau jujur" Ucap Jisoo seraya mengambil buah apel yang ada diatas meja disisi ranjang.

"Bukan aku, tapi kau yang harus jujur!"

"Kau juga!" Jawab Jisoo cuek yang tidak mau kalah sambil menggigit apel dengan santainya.

Irene hanya menggelengkan kepalanya saja melihat tingkah sahabatnya itu, yang memaksa dirinya untuk ikut tutup mulut soal penyakit yang di derita Jisoo karena wanita itu pun memegang satu rahasia miliknya.

Irene perlahan beranjak dan melangkahkan kaki memutari ranjang untuk mengecek cairan infus yang tergantung disisi lain ranjang Jisoo.

"Katakanlah padanya kalau kau mencintainya"

Irene seketika terdiam dan menghentikan kegiatannya saat mendengar celotehan santai dari Jisoo. Ia langsung menoleh kearah wanita itu dengan pandangan yang tidak dapat diartikan.

"Tidak!" Jawab Irene seketika.

"Mau sampai kapan?"

"Hei.. Kenapa kau malah membahas itu lagi sih? Kita disini sedang membahas tentang masalah mu"

"Tapi.. Aku ingin membahas masalah mu juga"

Jisoo tiba-tiba menarik lengan Irene sekuat tenaga sehingga membuat wanita itu ssedikit tertarik paksa yang otomatis membuatnya duduk kembali di tepi ranjang.

"Cepatlah beritahu Seokjin, kalau tidak... Cepat atau lambat justru ia akan mengenalkan wanitanya pada kita" Ucap Jisoo dengan memandang Irene intens.

Irene mengerjapkan matanya berkali-kali setelah mendengarkan ucapan Jisoo, yang adalah sahabatnya dan juga adik dari pria yang dicintainya.

Itulah rahasia miliknya yang hanya diketahui oleh Jisoo dan itu juga yang membuat ia dan Jisoo bersepakat untuk tidak saling memberitahu masalahnya masing-masing kepada orang lain.

Sial bukan?

"Ta-tapi bagaimana kalau dia tidak mempunyai perasaan yang sama padaku. Aku belum siap untuk ditolaknya dan aku tidak mau ia jadi berubah padaku setelah tau bagaimana perasaan ku padanya" Jawab Irene lirih.

My Jisoo [KTH-KJS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang