Part #19

861 107 1
                                    

Jisoo, wanita itu terus berlari tanpa arah
dengan berurai airmata di pipinya setelah keluar dari rumah sakit itu. Tangisannya pecah sejak pertama ia mendengar dan melihat sendiri kalau Taehyung benar-benar kehilangan ingatannya.

Sejak saat itu juga ia memutuskan untuk
pergi dari tempat itu, di depan pintu
masuk ruang rawat Taehyung dimana
selama ini ia selalu berada di sana tanpa
sepengetahuan siapapun.

Sungguh, ia tidak bisa tetap berada di sana lebih lama lagi. Ia tidak bisa mehanan dirinya sendiri untuk tetap melihat keadaan kekasihnya itu. Hatinya hancur lebur bagai gelas kaca yang di lempar secara keras dan jatuh ke lantai sampai menyisakan sebuah serpihan-serpihan kecil.

Dadanya sesak bagai terhimpit
berpuluh-puluh ton batu yang tajam
dan besar. Sesak bagaikan tidak ada lagi
oksigen yang tersisa untuknya bernapas.

Jika ia tetap berada disana, mungkin ia
tidak akan bisa menahan dirinya lagi untuk tidak berlari masuk dan memeluk pria itu. Sungguh, ia sangat ingin mendekap erat tubuh lemah kekasihnya itu. Bahkan jika bisa, ia rela mengganti posisinya dengan Taehyung. Ia rela bertukar tempat dengan Taehyung asalkan pria itu tidak terluka, tidak merasakan sakit dan kembali seperti sedia kala.

Jisoo berlari menyusuri jalanan kota yang dingin itu. Ia sendiri pun tidak tau akan kemana tujuannya sekarang. Ia hanya terus berlari sekencang mungkin sambil sesekali menyeka airmatanya yang terus mengalir di pipinya.

Bahkan ia tidak peduli bagaimana
orang-orang yang melihat kearahnya. Ia
sungguh tidak peduli. Ia hanya ingin pergi dan berlari menjauh dari semua kenyataan ini.

Ia tidak sanggup.

Taehyung, maafkan aku..maafkan aku - Jisoo

Rasa bersalah itu kembali muncul pada
dirinya. Bayangan bagaimana tubuh
Taehyung tertabrak mobil yang ia lihat
sangat jelas dengan mata kepalanya sendiri kembali berputar di memorinya bagai reka ulang.

la seakan merasakan sendiri bagaimana
sakitnya tubuh Taehyung yang terhantam badan mobil.

Brukk.

Jisoo menjatuhkan dirinya di salah satu
bangku yang ia lihat di depannya. Jisoo
duduk disana, terdiam, sambil mengatur
napas dan juga airmatanya. Napas tersenggal karena lelah berlari dan juga banyak menangis.

la baru sadar, ia sudah berlari sangat jauh. Jauh dari rumah sakit itu.

Wanita itu kemudian mengedarkan
pandangannya ke sekitar, yang ternyata
baru ia sadari juga, kalau ia sudah berada di sebuah taman yang cukup sepi. Hanya ada dirinya dan pohon-pohon besar di sana saat ini.

Jisoo menundukan kepalanya, bahunya
berguncang, dan kedua tangannya kini
mengepal di atas pahanya sendiri.

Kenangan itu, membuat dirinya kembali
teringat hal manis di antara mereka. Di sini, di taman inilah ia dan Taehyung pernah menghabiskan waktu bersama. Bahkan taman ini pula menjadi saksi bisu ciuman itu, ciuman pertama mereka.

Dan sekarang, tanpa di sadari, ia kembali
ke tempat ini. Seorang diri.

Tangisan Jisoo akhrinya kembali pecah.
Bahkan kini dirinya sampai berteriak
kencang merasakan kesedihan dan
kesakitan secara bersamaan. Tangannya
bahkan mencengkram dan memukul pelan bagian dadanya.

Di dalam sana, sakit itu sangat terasa.

"Ahh.. kenapa terasa begitu sakit Taehyung..?!"

Duarr.

Suara petir menyertai jatuhnya rintik-rintik air dari atas langit. Hujan tiba-tiba saja turun. Padahal sebelumnya langit begitu cerah. Meskipun tetap udaranya dingin tapi langit tidak menunjukan tanda-tanda bahwa akan turun hujan.

My Jisoo [KTH-KJS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang