Prolog

84 5 0
                                    

Malam itu, udara dingin nampaknya menguasai sebagian wilayah di bumi. Sunyi berteriak menemani Malvino kecil. Hingga kegaduhan mulai mengambil alih kesunyian bersamaan dengan benda yang berjatuhan.

Pintu kamar Malvino kecil terbuka, menampakkan Sang Ibu yang kemudian menghampirinya. 

"Malvin, kita pergi ke toko kue, yuk?" Ibunya berucap tenang, namun Malvin masih bisa melihat sorot cemas dari manik Sang Ibu.

Malvin menyetujui ajakan Ibunya, meski ia sendiri keheranan. Banyak benda berjatuhan tadi, namun kenapa Ibu malah mengajaknya pergi?

"Pakai jaket, ya? Kita berangkat sekarang."

"Kita akan pergi dengan ayah?" Tanya Malvin yang tengah dipakaikan jaket oleh Sang Ibu.

"Tidak, sayang. Ayah sedang sibuk sekarang." Dengan tergesa, Sang Ibu menarik Malvin keluar dari kamar, di saat yang bersamaan terdengar suara tembakan.

"Cepat bawa Malvin pergi dari sini!" Teriak seorang lelaki dari arah ruang tamu.

Malvin melihat ayahnya yang nampak sibuk dengan lelaki asing. Kemudian bertanya kepada Ibunya, "Ibu, Ayah kenapa? Ayah baik-baik saja kan, bu?"

"Ayah akan baik-baik saja, Malvin." Ucap Ibunya seraya menarik dirinya keluar rumah melalui pintu belakang disusul dengan suara tembakan yang memekikkan telinga. Malvin tidak tahu bahwa itu adalah saat terakhirnya bisa melihat ayah yang sangat dicintainya.

NiskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang