17 | Aneh

12 4 0
                                    

"Ok anak-anak, kalian boleh istirahat." Ucap Pak Gani, wali kelas Malvin dan Shevera.

Para murid pun langsung berhamburan keluar ruang kelas untuk pergi menuju kantin. Malvin terlihat menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi sembari menghela nafasnya.

Shevera menoleh ke arah Malvin, "Kamu kenapa, Vin?"

"Huft, tadi kata Pak Gani kan minggu depan bakal ada ujian." Ucap Malvin.

"Aku kira kamu kenapa." Ucap Shevera membetulkan duduknya sehingga menghadap ke arah Malvin.

"Jangan dipikirin, Vin. Kamu kan biasanya dapet nilai tinggi terus." Lanjut Shevera.

"Iya aku tau, tapi tetep aja gak enak hati tiap ngomongin ujian tuh." Ucap Malvin tanpa menoleh ke arah Shevera.

"Bisa gak sih kalau lagi ngobrol tuh tatap lawan bicaranya?" Ucap Shevera dengan nada sedikit meninggi.

Malvin pun menoleh ke Shevera dan membetulkan duduknya sehingga Malvin dan Shevera saling berhadapan.

"Nih, udah nih." Ucap Malvin.

"Lagian ya, kalau ngomongin soal ujian, saingan aku tuh cuma kamu doang, Ver." Ucap Malvin seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

"Jangan gitu, Vin. Disini banyak orang-orang pinter juga loh." Ucap Shevera.

Memang benar, nilai Shevera dan Malvin saat masih duduk di bangku SMP benar-benar jauh diatas. Bahkan mereka berdua sering sekali ditunjuk untuk mengikuti Olimpiade untuk mewakili sekolahnya.

Malvin menarik sudut bibirnya, "Siapa yang bisa ngalahin nilai kita berdua sih?"

Shevera melipat kedua tangannya di dada, "Oh, udah mulai sombong ya?"

Jujur, sikap sombong Malvin akan keluar jika dirinya membicarakan soal nilai ujian.

"Bukan sombong, tapi kenyataannya gitu kan?" Ucap Malvin.

Shevera menggelengkan kepalanya seraya tersenyum, "Bisa-bisanya kamu ngomong gitu, Vin."

"Gak usah belajar juga aku udah bisa dapet nilai tertinggi kali, Ver."

Shevera memincingkan matanya. Apa yang diucapkan Malvin memang ada benarnya, dirinya tak perlu belajar jika ingin mendapatkan nilai tinggi. Kemampuan berfikir yang hebat, membuat Malvin tak perlu belajar. Berbeda dengan Shevera, dirinya perlu menghabiskan waktu semalaman penuh untuk memahami apa yang telah ia pelajari di sekolah.

"Kamu ngejek aku?" Ucap Shevera.

"Ck! Yang ngejek kamu siapa sih? Aku cuma ngomong faktanya kok." Ucap Malvin.

"Lagian, belajar itu gak salah kok, Ver. Malah bagus loh, bisa nambah pengetahuan. Gini-gini, aku juga sering baca buku loh." Lanjutnya seraya mengacak-acak rambut Shevera.

"Malvin! Jadi rusak kan rambutnya!" Ucap Shevera sembari membetulkan rambutnya.

"Yang rusak cuma rambut kok, santai aja kali, Ver." Ucap Malvin.

Shevera mencubit lengan Malvin, "Rese deh!"

-

-

"Jadi, kita disini mau ngapain?" Ucap Malvin seraya berkacak pinggang.

"Kumpul, emang mau apa lagi?" Ucap Kak Aleta.

"Gak akan ada yang mau dibahas?" Ucap Malvin.

"Aku kira kamu orangnya gak bakal banyak nanya." Ucap Kak Aleta.

"Iya udah aku diem." Ucap Malvin.

Shevera terkekeh melihat Kak Aleta dan Malvin bertengkar, sedangkan Kak Theo hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat pacarnya dan adik kelasnya bertengkar.

NiskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang