2 | Teman Masa Kecil

30 6 1
                                    

"Bu, Vino berangkat." Ucap Malvin menyalami tangan sang ibu kemudian mengecupnya. 

Malvin berangkat lebih pagi dari rumahnya karena ia tak mau terlambat lagi. Setelah berjalan menuju halte bis, Malvin memperhatikan jam yang melingkar di tangannya.

06.08

Apa aku terlalu cepat ya? Pikir Malvin.

Malvin menggelengkan kepalanya. Tak lama kemudian, bis pun datang lalu Malvin menaiki bis tersebut. Di dalam bis, Malvin merasa sedang ditatap oleh seseorang dari arah samping. Malvin menoleh kearah samping dan mendapati seorang gadis yang memang sedang menatapnya lalu memalingkan wajahnya.

"Vera suasana hatinya lagi gak bagus ya?" Tanya Malvin.

Gadis itu bernama Elginia Shevera. Seorang gadis dengan kacamata bulat yang imut nan lucu yang menjadi teman masa kecilnya Malvin.

Shevera berbalik dan hanya membalas dengan senyuman.

"Hey, kamu punya mulut kan? Jawab dong."

"Kamu juga punya mulut kan buat nyapa temen sendiri?"

Sontak Malvin terkejut mendengar hal itu. Malvin pun duduk di samping  Shevera.

"Eh? nyapa gimana maksudnya?"

"Kamu gak liat aku apa gimana?" Ketus Shevera.

"Aku gak tau kalau ada kamu, beneran gak liat."

"Gak liat? Kamu simpan mata kamu dimana?"

"Terus gak pengen nanya aku di kelas apa gitu? Heran, kamu kan punya hp." Lanjut Shevera.

"Kemarin, aku sibuk mikirin tiket makan." Bela Malvin diakhiri kekehan kecil.

"Terserah, jadi temen gak peka sama sekali." Ucap Shevera sembari memalingkan wajahnya.

Karena Malvin merasa bersalah, ia mengeluarkan dua buah tiket yang ia dapat dari ibunya.

"Ya sudah, gimana kalau kita pergi bareng?" Ucap Malvin sembari menunjukkan tiketnya kepada Shevera.

"Gak, aku gak mau." Jawab Shevera sembari menggembungkan pipinya.

"Beneran? Restoran All You Can Eat loh, termasuk dessert juga. Kamu ingin ice cream, kan?" Ucap Malvin dengan nada menggoda.

Shevera pun berbalik lalu mengangguk.

"Mau ecimnya." Jawab Shevera dengan muka memelas.

"Hahaha... Iya-iya."

Bis pun berhenti tepat di depan sekolah. Mereka berdua pun turun lalu berjalan mendekati gerbang sekolah.

"Pagi kak, Nama Malvino Adsena Baskara, Kelas 10 MIPA 3, izin memasuki lingkungan sekolah."

"Oh, jadi ini yang kemarin bawa makanan sekarung?" Ucap seorang lelaki berambut hitam.

"Emangnya ada masalah apa kak?"

"Enggak ada apa-apa, gue cuma-"

Lelaki tersebut mendaratkan pukulan ke wajah Malvin. Malvin langsung jatuh tersungkur akibat pukulan tersebut.

"-kesel sama lo!" Lanjut lelaki itu yang ternyata adalah kakak kelas Malvin.

"Vino!" Teriak Shevera sembari mendekati Malvin.

"Kak, gak ada cara lain buat nyelesain masalah sama Malvin kah? Mohon maaf kak, tapi ini gak elit banget keliatannya." Lanjut Shevera sembari membantu Malvin berdiri dan meninggalkan kakak kelas itu. Sedangkan kakak kelas itu berdecih.

...

Shevera membawa Malvin ke UKS. Di UKS, Elginia langsung mendudukkan Malvin lalu mencari kompresan.

"Kenapa dibawa ke UKS sih? Lagian, aku gak apa-apa kok."

"Diem sebentar ya, Malvino Adsena. Gak apa-apa matamu! Itu lebam!"

"Jangan lebay deh, ini cuman lebam doang." Balas Malvin.

"Nurut sekali sama aku bisa gak? Udah aku bantuin juga ih."

Malvin terdiam. Ia mempersilakan Shevera untuk mengobati lebam di wajahnya. Keadaan UKS menjadi sangat hening. Mereka berdua sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Aku tau Malvin tuh ganteng, diliat lebih deket jadi lebih ganteng juga. Ih mikir apa sih aku? Pikir Shevera.

Dengan pikiran yang kacau, Shevera terus mengobati lebam di wajah Malvin.

"Udah." Ucap Shevera.

"Makasih, Ver."

"Hm, bye!"

Tanpa berkata apa-apa lagi, Shevera langsung meninggalkan Malvin di UKS.

Apa dia masih marah? Pikir Malvin.

Malvin pun keluar UKS lalu berjalan menuju lapangan sekolah. Menit demi menit, manusia dengan seragam Putih Biru mulai memenuhi lapangan sekolah. Malvin kembali melihat jam tangannya.

07.00

"Ok adik-adik, udah kumpul semua ya? Kita percepat saja ya."

Panjang umur. Pikir Malvin.

"Kalian akan diberi sebuah kertas yang berisi kalimat teka-teki. Nah, kalian harus bisa menebak, kira-kira itu benda apa, ditaruh dimana. Waktu yang akan diberikan adalah 30 menit. Jangan dibuka dulu ya kertasnya!" Ucap panitia.

Satu per satu kertas pun dibagikan.

"Siap? Permainan akan dimulai... dari... SEKARANG!"

Semua manusia yang berkerumun di lapangan mulai berpencar. Malvin masih bersikap tenang lalu mengeluarkan coklat dari dalam sakunya.

"Baiklah, ayo kita mulai permainannya." Ucap Malvin dengan seringai tipis di wajah lebamnya.

Sebuah penyimpanan telah di letakkan, berkamuflase layaknya bunglon. Cobalah cari di tempat yang hidup, sering di lewati manusia tapi sulit untuk di jangkau. Tapi jangan salahkan aku apabila kau terluka.

Malvin tersenyum sinis, "Ck! Aku kira akan sesusah apa." Ucap Malvin sembari berjalan meninggalkan lapangan.

Saat hendak melangkah, pundaknya ditepuk oleh seseorang.

"Hey! Kenapa belum nyari? Yang lain udah keliaran lho." Ucap seorang lelaki.

Malvin langsung berbalik dan melihat seorang lelaki tinggi yang ternyata seorang panitia.

"Ah, gak apa-apa kok, Kak. Ini juga mau mulai nyari. Tadi cuma lagi mikir aja, kak."

"Ya sudah sana." Ucap kakak kelasnya.

"Oh iya kak, aku mau ngasih tau satu hal,"

"Apa itu?" Tanya panitia itu penasaran.

"Kalau mau bikin teka-teki, bikin yang lebih susah lagi." Ucap Malvin seraya meninggalkan kakak kelasnya. Sedangkan panitia itu tersenyum dan bergumam, "Menarik."

Kemudian berteriak, "Hey! Siapa namamu?"

"Malvino." Jawab Malvin enteng sambil terus berjalan.

NiskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang