Senin pagi, terkadang menjadi momok yang paling menjengkelkan dikalangan para budak korporat, apalagi sebabnya kalau bukan karena harus berpisah dengan akhir pekan.
Namun teriknya matahari Jakarta pukul 7 pagi pada pertengahan bulan Mei, serta kemacetan jalan Ibukota tidak menyurutkan semangat gadis bernama Phoenix Shadia Schalke untuk berangkat ke kantornya di kawasan Gatot Subroto.
Posisinya sebagai staff HRD di salah satu perusahaan perbankan besar di Indonesia membuatnya harus menjadi teladan bagi karyawan lain. Salah satunya tidak boleh telat masuk kantor. Yap, satu detik pun.
"Ah lo ngapain lewat sini sih, Gen? jadi kejebak kan kita! gue udah telat tau"
Keluh Phoenix pada sahabat sekaligus anak dari ibu kostnya yang setia ia tebengi setiap hari, Genaro Kaliandra.
"Ya mana gue tau sih kalau Rasuna Said banyak belokan yang ditutup sekarang" sahut Genaro sambil terus menyetir motor bebeknya dengan kening berpeluh keringat.
"Lagian motor lo kemana si, Nix? bukannya dipake, sayang tuh masih baru, buat gue deh mending"
"Ah bawel banget lo Gen, siapa suruh kantor lo searah sama kantor gue" Phoenix bersungut sambil berteriak dibelakang punggung Genaro.
Setelah menerjang kemacetan, tak lama Phoenix sampai di Lobby kantornya. Ia berlari sangat kencang seperti The Flash melewati security check menuju lift.
"Eeeh eeh..mba tasnya dicek dulu!" seru Pak Security sambil melambaikan tangan kearah gadis yang menerobos masuk dengan ganas.
"Maaf pak, maaf" tangan gadis itu tekatup "saya udah telat, udah bel masuk" teriakan Phoenix menggema di lobby kantor yang sangat luas tersebut. Pak Security hanya menggelengkan kepala dikejauhan karena sudah tahu bahwa gadis itu bekerja disalah satu tenant gedung, dilihat dari name tag yang ia kenakan.
Berdiri dengan gelisah didepan pintu lift, tanpa dia sadari disampingnya berdiri Alesha. Marketing cantik yang juga teman satu kampusnya.
"Pagi burung Phoenix, ngapain sih lari larian gitu? belum mandi lo ya? air kostan mati lagi? mau numpang mandi dikantor nih pasti"
Penampilan Alesha yang sudah rapi, wangi, dan berambut curly, berbanding terbalik dengan penampilan Phoenix yang jauh dari kesan necis. Malah terkesan tidak mencerminkan pegawai kantoran, dengan jaket parka hijau army yang masih dipakai setelah turun dari motor tadi dan juga tas ransel.
"Udah telat gue Le, makanya gue lari-larian. Aduh mana nih lift lama banget lagi" Phoenix menghentak-hentakkan kakinya ke bumi.
"Telat?" sahut Alesha seraya melihat jam tangan "Ini baru setengah 8 kali. Dasar burung Phoenix peliharaan Dumbledore"
Pintu lift tiba-tiba terbuka, cukup penuh dengan karyawan yang ingin menuju lantainya masing masing. "Gue gamau pecahin rekor gue Le, 3 tahun gue kerja disini, satu divisi gue doang yang ga pernah telat" Phoenix sedikit berbisik tapi banyak bangganya.
"Ya iyalah ga pernah telat, kostan lo aja selemparan kolor gitu dari sini" sahut Alesha sambil memakai lipstik warna merah bata miliknya dengan tebal.
Lift berhenti dilantai 9, "eh Le, gue duluan ya. kabarin nanti mau makan siang dimana, daaah"
"Okay nanti gue chat!" sahut Alesha disertai menutupnya pintu lift.
Sesampainya diruang kerja, Phoenix menyapa ruangan yang masih kosong "Morninggggg". Tak lama setelah ia menjatuhkan pantatnya pada kursi kerjanya, datanglah Sabilla, rekannya di HRD. "Morning, Bill" sapa Phoenix sumringah.
"Morning Nix, udah mandi belum?"
"Ih enak aja, udah. Emang ga keliatan ya? sama aja ya, Bill?" kata Phoenix seraya merapihkan rambut dan berdandan ala kadarnya.
"Haha becanda sayang, udah sarapan? nih gue bawa salad agak banyak, makan berdua yuk" Phoenix langsung mengangguk penuh antusias.
-----
Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, pekerjaan Phoenix hari ini memang cukup padat. Sehabis meeting satu selesai, lanjut meeting yang lain. Belum lagi deadline pekerjaan lain yang sudah didepan mata. Saat ini saja ia sedang menghadiri meeting keduanya hari ini dengan divisi Legal dan divisi IT bersama atasannya, Bu Larasati.
"Nix, lo baik-baik aja?" tanya Xherdan berbisik disampingnya. Xherdan yang merupakan anak baru dari divisi Legal menjadi akrab dengan Phoenix karena beberapa kali kerap meeting bersama untuk sebuah project.
"Hmm?" Phoenix tersadar dari lamunannya "Gue? gue gapapa kok Xher, emang kenapa gitu?"
"Muka lo pucat gitu, terus gue perhatiin dari tadi kayanya lo agak gelisah duduknya"
"Ooh itu, biasa ini AC nya dingin banget kaya di mall hehe ga biasa gue, maklum dari kampung" Phoenix terkekeh sambil menduduki telapak tangannya yang sudah sedikit membiru.
"Okay sekian meeting kita hari ini, untuk pertemuan selanjutnya giliran dari divisi HR yang akan presentasi terkait project ini" kata moderator meeting dari divisi Legal, Pak David.
Semua peserta meeting beranjak keluar dari ruang meeting untuk makan siang, kebetulan jam sudah menunjukkan pukul 12.15. Xherdan dan Phoenix keluar paling belakangan membawa laptop mereka masing-masing dan beserta proyektor.
"Alhamdulillah kelar juga nih meeting" kata Xherdan seraya meregangkan otot sambil berjalan didepan Phoenix "Lo biasa makan siang dimana, Nix? katanya makanan di bedeng kantin sebelah enak dan murah ya? gue belum pernah nih. Kesana yuk, Nix?"
Hening.
"Nix? Astaga Phoenix!!"
Ketika Xherdan sadar tak ada jawaban dari lawan bicaranya, ia langsung menoleh ke belakang dan mendapati Phoenix sudah tergolek dilantai ruang meeting dengan darah segar mengalir dari hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PRETTY MELODY
Fanfiction(BUKAN CERITA BL) Obat dari segala penyakit adalah hati yang gembira :) Note: Cuma mau mengingatkan kalau cerita ini hanya fiktif dan untuk hiburan semata. Aku tidak bermaksud menyinggung siapapun dan pihak manapun 🤍 Jangan lupa untuk Vote dan Kom...