Jam menunjukkan pukul 7:30 pagi saat Bright dan Ayahnya tengah sarapan dimeja makan. Bright memang terbiasa untuk bangun pagi, walaupun ia tidur larut malam sebelumnya. Bunyi dentingan alat makan memenuhi ruang makan yang tidak terlalu besar itu sampai akhirnya Ayah Bright memecah keheningan, "Kamu hari ini mau ikut ke kantor Dad? sepertinya disana banyak pegawai Thai yang nge-fans sama kamu." kata sang Ayah sambil memotong setangkup roti.
Bright seketika tertunduk dan pundaknya merosot mendengar pernyataan Ayahnya barusan, "I'd love to, Dad. Tapi apa Daddy yakin disana tidak ada yang yaa...Dad pasti tau," tukas Bright ragu.
Sang ayah tampak berpikir sebentar, lalu "Ah i see. Maksud mu mengambil gambarmu kan?"
Bright mengangguk pelan.
"Tapi aku janji akan ke kantor Dad sehari sebelum aku pulang ke Bangkok, bagaimana?" sahut Bright cepat-cepat.
Raut wajah pria paruh baya itu langsung merenggang mendengar perkataan anaknya barusan. Ditaruhnya alat makan diatas piringnya yang telah kosong, "Nak, Daddy paham dengan maksud kedatanganmu. Kalau itu tidak membuatmu nyaman, kamu tidak perlu mampir ke kantor Dad. Tidak usah dipikirkan. Nikmati saja liburanmu." kata Ayahnya.
Bright seketika menghela napas mendengar perkataan bijak dari ayahnya. "Terimakasih atas pengertiannya, Dad." jawab Bright, senyum lega terpancar dari wajahnya yang tampan.
"Kamu berhak istirahat, Nak. Kamu sudah bekerja dengan sangat keras. Lalu, apa rencanamu hari ini?" tanya sang Ayah pada Bright yang sudah selesai menyantap sarapannya.
"Belum tau, aku belum sempat browsing dengan serius. Nanti aku akan kabari Daddy kalau aku sudah memutuskan akan pergi kemana hari ini." jawab Bright sambil menyesap kopi hitam kegemarannya.
"Baiklah, Daddy sudah minta tolong pak Antoni agar stand by dirumah saja untuk antar kamu. Please, jangan ditolak ya, okay? Daddy berangkat ke kantor dulu."
Bright tersenyum tanda setuju lalu ikut mengantar sang Ayah sampai ke depan pintu rumah. Disana sudah siap sebuah mobil hitam berplat CD yang akan dinaiki ayahnya menuju ke kantor.
Setelah mobil tersebut hilang dari luar pagar, Bright memutuskan untuk kembali masuk ke dalam rumah. Namun baru saja ia akan melangkahkan kakinya, pandangannya tiba-tiba tertuju pada salah satu pekerja dirumah itu yang sedang duduk dilantai diujung teras memangku seekor kucing.
Bi Yanti, seorang asisten rumah tangga dirumah itu tampaknya tidak melihat kehadiran Bright didekatnya karena ia duduk menghadap ke taman. Dipangkuannya ada seekor kucing berwarna kuning kecoklatan yang tergolek lemah.
"Halo, selamat pagi.." Tegur Bright seraya berjongkok disamping Bi Yanti. Tentu kehadirannya di pagi yang tenang itu membuat Bi Yanti terkejut karena didatangi sosok lelaki tampan.
"Astaghfirullah!" teriaknya, "Eh g-good morning, Mister Bright. Sorry i..." Bi Yanti yang terkejut langsung berdiri melihat Bright yang sudah duduk dekat dengannya.
Bright juga ikut terkejut dengan reaksi tiba-tiba dari Bi Yanti. Ia memergoki sang Bibi matanya sembab seperti sedang menangis. "It's okay, but wait, Bibi? are you crying?" wajah Bright seketika berubah bingung begitu melihat Bi Yanti berlinangan air mata.
Sambil terus menggendong kucingnya, Bi Yanti mengusap sisa-sisa air matanya dengan penuh haru. "Iya, Mister. I cried because Kitty is sick. Aduh..kalau gak doyan makan bahasa Inggrisnya apaan yak?" sahut Bi Yanti canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PRETTY MELODY
Fanfic(BUKAN CERITA BL) Obat dari segala penyakit adalah hati yang gembira :) Note: Cuma mau mengingatkan kalau cerita ini hanya fiktif dan untuk hiburan semata. Aku tidak bermaksud menyinggung siapapun dan pihak manapun 🤍 Jangan lupa untuk Vote dan Kom...