Malam menjelang, dipimpin oleh Genaro dibarisan depan, datanglah segerombolan suster jaga UGD menghampiri pasien di ranjang paling pojok.
"Nix, bangun. Kita pindah ke ruang rawat inap yuk" Genaro menyentuh pelan bahu Phoenix yang sudah terlelap setelah meminum obat tadi sore.
"huh...." Phoenix terbangun kaget dan langsung mendengus kesal. "ga bisa pulang aja, Gen? gue udah sembuh kok beneran".
"Ga bisa burung, kata Prof lo tetap harus opname. Ga usah ngeyel kenapa sih? Gue yang jagain kalau lo takut sendirian" Genaro bisa sweet juga ternyata ya.
"Bukan masalah takut atau enggak Gen. Tapi....." belum selesai Phoenix berbicara, Genaro yang sudah lelah dan kesal memaksa suster untuk memindahkan Phoenix ke ruang rawat inap saat itu juga.
"Udahlah, sus. Angkut aja langsung. Banyak omong" Genaro seakan mengeluarkan taringnya. Ingin sekali Phoenix membantah seperti biasa, namun apa daya sekarang dia membuka kelopak mata saja sulit karena efek obat.
-----
"Gen, lo pulang aja gak papa. Istirahat. Besok ngantor kan?" Phoenix yang sudah berada diruang rawat inap kelas 1 membangunkan Genaro yang tertidur dikursi disamping ranjangnya.
"Beneran?" Genaro menjawab lirih, sambil mengejapkan matanya. "Lo tuh yang harusnya istirahat. Besok pagi gue mampir kesini deh sebelum ngantor, gimana?" Genaro menghampiri ranjang Phoenix.
"Iya iya boleh. Bilang sama ibu sama bapak juga, gue baik-baik aja. Gue belum sempet bales chat ibu lo tadi".
"Hmmmm.." Genaro mengangguk pelan sambil memasukkan laptop kedalam tas ranselnya dan kemudian pamit.
Tidak disangka setelah Genaro pulang, Phoenix malah tidak bisa tidur. Sebelumnya dia memang sudah menderita insomnia sejak masih kuliah, namun tidak bisa tidur saat sedang terbaring opname itu lain cerita.
Ruangan tersebut sebenarnya berisi 2 ranjang pasien, namun malam itu hanya ranjang Phoenix yang terisi. Otomatis dia hanya seorang diri sekarang. Sebenarnya tidak masalah, dia lebih senang tidur dalam keadaan hening. Jadi ini adalah butiran surga baginya apalagi disaat dia memang banyak butuh istirahat.
"Kangen ibu..." bisiknya lirih.
Phoenix meraih ponsel yang sedari tadi belum ia tengok. Jam menunjukkan pukul 22.00. Banyak pesan dari teman-teman kantor yang dikenalnya menanyakan kabar. Tapi ia belum siap menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Jadi ia memilih mendiamkan pesan-pesan tersebut.
Lalu dibukanya Twitter, yang hanya ia gunakan untuk mengetahui berita-berita terkini dan juga kabar dari para idolanya terutama Harry Potter. Bagi teman dekatnya seperti Sabilla dan Alesha, mungkin sudah hafal jika Phoenix marathon film Harry Potter berarti tandanya ia sedang butuh pengalihan dari pikiran atau bebannya yang lain. Selain berdoa kepada Tuhan, tentu saja.
"Kayanya gue doang deh yang udah umur segini masih suka Potter" sambil terus scrolling timeline, "ah tapi Nessie Judge juga Potterhead santai aja"
Jari Phoenix tiba-tiba terhenti melihat sesosok wajah tampan pada salah satu postingan dari fanbase Harry potter Indonesia yang diikutinya.
"Hm? siapa nih?"
Melihat komentar pada postingan tersebut cukup ramai, jiwa detektifnya mulai meronta.
"Mas Terang? hah? apaan maksudnya? Lampu?" Ia terheran setelah membaca salah satu komentar dari netizen.
Tanpa perlu waktu lama, Phoenix akhirnya menemukan jawaban siapa lelaki dengan kostum ala Slytherin tersebut. Selain Harry, dia juga menyukai karakter Draco Malfoy dari asrama Slytherin yang diperankan dengan sangat baik oleh aktor asal Inggris, Tom Felton. Entah kenapa cowok bad boy selalu punya sisi menarik sepertinya.
"Bright? namanya Bright? Terang? Hoooooo pantes, Mas Terang, i see"
Phoenix tersenyum sendiri karena berhasil mengetahui nama asli lelaki tersebut. "ah good netizen Indonesia, tanpa gue cari udah ada yang nyebut instagramnya nih hahaha" tawa Phoenix puas. Ia lalu membuka akun Instagramnya untuk kemudian mencari username lelaki tersebut.
"Anjir, ini gue gabut tingkat provinsi apa ya sampe kepoin orang gajelas malem-malem gini. Inget Nix, lo kan lagi sakit" Kesal atas kelakuannya sendiri, ia lantas membanting ponselnya ke lantai. Becanda, ke kasur kok.
Tak lama berselang, suster jaga malam masuk memberikan obat malam. "Permisi, mba Phoenix ya? ini obat malamnya diminum dulu biar bisa istirahat" Mbak Suster bernama Maryam tersebut kemudian melihat ponsel Phoenix yang masih tergeletak dikasur.
"Duh ganteng amat pacarnya mba" sambil terkekeh.
Phoenix yang sedang menenggak segelas air dalam proses minum obatnya langsung tersedak. Air tersembur dari mulutnya "uhuk..hoekk... aduh sus maaf maaf ga sengaja", kasurnya kini basah oleh air.
"Iya mba gak papa, gugup ya ketauan lagi kangenin pacar. Sudah ya, saya keluar dulu mau muter. Malam Mba" Suster Maryam pamit sambil masih tersenyum malu.
Kenapa jadi dia yang malu?
Phoenix meraih ponselnya dan menunjuk kesal wajah yang terpampang pada layarnya "Huh gara-gara lo nih kasur gue jadi basah. Udah ah gue mau tidur dulu. Bye"
Mas Terang 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PRETTY MELODY
Fanfiction(BUKAN CERITA BL) Obat dari segala penyakit adalah hati yang gembira :) Note: Cuma mau mengingatkan kalau cerita ini hanya fiktif dan untuk hiburan semata. Aku tidak bermaksud menyinggung siapapun dan pihak manapun 🤍 Jangan lupa untuk Vote dan Kom...