Sudah tiga hari Phoenix terbaring di Rumah Sakit Medika Jaya, ranjang disampingnya masih sama persis kondisinya seperti saat ia datang, rapi dan kosong. Mungkin kondisi masyarakat diluar sana lagi sehat-sehat, jadi tidak banyak yang masuk rumah sakit.
Saat jam makan siang, datanglah Xherdan, Sabilla, dan Alesha menjenguk. Mereka langsung menuju kamar 301 dan mendapati kamar itu kosong.
"Loh kok kosong?" Sabilla menyibak tirai pemisah antara ranjang Phoenix dan sebelahnya.
"Biar gue tanya suster yang jaga didepan.."
Xherdan bergegas keluar mencari suster. Tidak lama berselang ia muncul kembali, "Phoenix lagi MRI katanya dilantai 1, sebentar lagi kelar sih katanya".
Setelah 10 menit berlalu, Phoenix duduk dikursi roda yang didorong oleh seorang suster muncul dari ambang pintu. Sabilla dan Alesha bergegas menghampiri kawannya tersebut dan membantunya naik ke ranjang.
"Aduh Nix, sorry banget kemarin gue ga jadi dateng. Meeting sama vendor sistem kita yang baru alot banget sampe malam, sorry banget ya" seru Sabilla.
Phoenix tersenyum, "Gak papa, Bill santai. Maaf ya, ga ada gue kalian jadi nambah kerjaannya".
"Lo ya, Nix. Gak bisa apa sehari gak mikirin kerjaan? Kerjaan aja ga mikirin lo" Alesha menyodorkan jari telunjuknya ke depan wajah Phoenix.
"Heh udah udah" Xherdan yang berdiri diantara Alesha dan Sabilla mencoba meredam, "Oh iya, Nix ada kabar apa dari Prof? Kok lo bisa MRI? ceritain dong"
Phoenix langsung terdiam mendengar pertanyaan dari Xherdan. Seakan sibuk merangkai jawaban yang akan ia keluarkan.
"Engga, itu buat screening aja. Otak gue ada yang konslet ga kabelnya didalem, namanya juga abis nyungsep hahaha" terlihat jelas tawanya dibuat-buat.
"Jangan mulai deh, Nix. Kita beneran khawatir tau sama lo" Seru Alesha.
"Hehe I'm okay guys".
-----
Menjelang sore hari rasa sepi itu semakin kuat terasa dan kepalanya terasa sangat berisik. Phoenix masih tidak menyangka kalau kantor memaksanya mengambil cuti panjang. Apakah ini pertanda awal bahwa ia akan dipecat?
Belum lagi penyakit yang dideritanya yang perlahan menjalar ke organ-organ vital. Untuk biaya rumah sakit saat ini beruntung masih ditanggung asuransi kantor, namun bagaimana kalau benar ia dikeluarkan dari perusahaan itu? Apakah ia tetap bisa membiayai pengobatan dengan biaya yang tidak sedikit? Phoenix tidak mungkin mau merepotkan Ibu nya lagi.
Perlahan cairan hangat mengalir lancar dari sudut matanya. Bahkan saat ini, marathon Harry Potter pun rasanya tidak akan banyak membantu. Setiap sholat juga ia kerap menangis sampai ia sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya ia tangisi.
"Inget, lo harus happy, Nix"
Phoenix kembali membuka ponselnya, tangannya langsung tertuju pada akun yang akhir-akhir ini rajin dia kunjungi, akun milik Bright. Terlihat disana Bright baru saja memposting sebuah konten, cover lagu.
Hati Phoenix terasa hangat, entah kenapa setiap melihat postingan idola barunya tersebut senyum langsung terukir dibibirnya yang sekarang sangat pucat.
"Mas Terang, nih udah aku pencet love postingan kamu hihi" Seketika Phoenix langsung menampar pipinya sendiri, "PHOENIX! LO FIX GA WARAS!"
Masih ingat pada ide cemerlang Phoenix waktu itu? ya, dia menjadikan akun Bright sebagai diary onlinenya. Tempat ia menumpahkan segala keluh kesah yang tidak dapat ia ceritakan pada teman atau keluarganya.
Walaupun sadar dibelahan dunia sana Bright tidak tahu bahwa ia ada, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa Phoenix merasakan lega ketika sudah curhat online dengan artis tersebut walaupun hanya satu arah. Iya, curhat sama artis. Keren kan?
Menurutnya ia tidak perlu takut dijudge, dan yang pasti Bright tidak akan bereaksi sama seperti teman-teman atau keluarganya yang pasti akan khawatir. Phoenix benci dibuat khawatir, maka ia juga tidak mau membuat orang lain khawatir.
Bright boleh saja tidak tahu kalau ada gadis bernama Phoenix didunia ini yang sedang terbaring sakit sekarang, namun ada satu orang yang sangat paham akan hal itu.
"Permisi, paket!"
Ketukan dari pintu kamarnya sontak membuat Phoenix tersadar dari lamunan tentang Bright. Sebuah kepala manusia menyembul dari luar.
"Genaro?"

KAMU SEDANG MEMBACA
MY PRETTY MELODY
Fanfiction(BUKAN CERITA BL) Obat dari segala penyakit adalah hati yang gembira :) Note: Cuma mau mengingatkan kalau cerita ini hanya fiktif dan untuk hiburan semata. Aku tidak bermaksud menyinggung siapapun dan pihak manapun 🤍 Jangan lupa untuk Vote dan Kom...