[ Boyfriend Series : Proposal ]

66 8 5
                                    

Aku buru-buru mengambil cuti setengah hari saat Yoon mengabarkan kalau dirinya sudah berada di rumah karena sakit. Anak itu benar-benar, pasti dia kelelahan. Sudah dua minggu terakhir ini ia lembur. Aku sebal karena lemburannya mengganggu waktu kami berdua dan juga khawatir kesehatan Yoon terganggu seperti ini.

Dengan segera aku memesan taksi sementara membereskan barang-barangku. Salah satu juniorku membawakanku makan siang, aku buru-buru berucap terima kasih dan turun lewat tangga. Untungnya aku hanya di lantai 3, coba bayangkan kalau kantorku ada di lantai 17!

Lima belas menit kemudian aku sudah sampai di rumah Seungyoon. Beruntungnya, kunci duplikat rumah Yoon dititipkan padaku dan aku menggabungkannya dengan kunci kosan.

Segera kucuci tangan dan kakiku, setelah itu menuju kamar Yoon. Mendapatinya bergelung di bawah selimut dengan jaket tebal membuatku kasihan. Aku mengecek apakah dia menggigil atau tidak dan syukurnya tidak. Ku cek paperbag berlogo salah satu apotek ternama, pasti tadi dia sudah periksa sebelum pulang. Oke, tidak ada yang aneh, sepertinya maag-nya kumat. Mungkin Yoon lupa makan lagi akibat stress. Dua minggu terakhir ini, Yoon memang sangat sibuk dengan bisnis barunya.

"Sayang, lepas dulu jaketnya,"

Yoon susah payah membuka mata, wajahnya memerah. Aku kasihan melihatnya, akhirnya aku membantu membuka jaketnya dan wah, dia mengenakan sweater juga di dalamnya?

"Lepas semua, Yoon. Yuk, pakai kaos ini dulu," aku membantunya bangun. Yoon hanya menurut sesekali memegang kepalanya.

"Pusing, yang..." keluhnya dengan suara parau. Aku mengangguk seraya membantunya ganti baju.

"Udah minum obat tadi?"

"Udah,"

Aku menempelkan plester demam, Yoon tidak menolak. Hanya wajahnya yang memerah menunjukkan protes dengan bibirnya yang manyun-manyun karena aku mengganti jaket dan sweaternya dengan kaos tipis.

"Biar panasnya cepet turun, sayang. Udah bobo lagi, aku masakin sup ya?"

"Gamau makan,"

"Iya buat nanti kok,"

"Jangan!!" Yoon menarik tanganku, "temenin tidur,"

Aku tersenyum mengelus rambut hitamnya, "aku mandi dulu, boleh?"

Yoon menggeleng. Tidak ada pilihan lain selain menemani bayi besar ini tidur.

**

Demam Yoon sudah turun. Sekarang, laki-laki itu sudah mengecek emailnya untuk memantau keadaan kantor sebagai reward karena tadi sudah mau makan banyak. Iya, kadang merawat Yoon yang sedang sakit tidak jauh berbeda dengan merawat anak sepupuku yang berumur 5 tahun.

"Sayang, udah 15 menit. Taruh laptopnya," tegurku membawakan refill air putih hangat untuk Yoon.

"Bentar, Yang. Dua detik,"

Aku menyodorkan tumbler yang buru-buru diambil dan diteguk hingga separuh habis. Dia tersenyum lebar kepadaku--supaya aku luluh memberikan tambahan waktu dan aku menggeleng tegas.

"Beneran dua detik, Yang. Tinggal klik send doang,"

"Yaudah mana aku yang klik sekalian kusimpen,"

"NGGAKKK!!! Wait, ini harus kurevisi sedikit,"

"NGGAKKK!!! Wait, ini harus kurevisi sedikit,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
EVERYDAY with SEUNGYOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang