[ Boyfriend Series : Rooftop ]

39 5 0
                                    


"Tau ngga, Kang Seungyoon tuh ternyata ganteng banget. Fotonya yang kita sebar di grup kemarin tuh beneran dia orangnya!!" Mayra bercerita heboh saat kami menikmati makan siang bersama.

"Oh ya? Dia ditempatin dimana? Dimana, Fa?"

"Eh? Oh? Di...itu, bagian data. Soalnya di kantor sebelumnya bagian data juga,"

"Oh yah, gak selantai deh kita," desah Aileen kecewa.

"Udah ketemu langsung belum?"

Sofia yang dari tadi diam menyahut, "Tadi pagi kayanya gue papasan di lift,"

Hm. Mereka tidak tahu saja hari Jumat kemarin bahkan aku sudah berkenalan dengan Kang Seungyoon saat ia melaporkan diri pada atasanku. Dia memang tampan. Sangat.....tampan ehm, maksudku sopan dan ramah. Dia bahkan menanyaiku lebih dahulu saat raut wajahku kuyakin sangat menyebalkan akibat deadline yang mendadak maju.

"Tinggi yah? Cocok nggak sih masuk jajaran model kantor kita,"

"Wah iya!! Konten tokoh cowo di sosmed kantor kita nambah satu!"

Aku berdehem, "iya kalo mau, ntar kaya kokoh lagi,"

"Aduh gausah bahas si kokoh deh. Sebel banget gue, sok kegantengan meskipun emang ganteng, nyebelin banget!!" Mayra berapi-api. Sudah bukan rahasia lagi jika Mayra dan kokoh suka bertengkar di kantor kami.

"Ati ati aja Mayra besok tiba-tiba jadian sama kokoh,"

"Amit-amit, amit-amit!!"

Aku tersenyum geli. Kami berempat satu kos, aku yang paling muda diantara mereka karena aku masuk paling terakhir. Kami bekerja di salah satu instansi yang lumayan bergengsi. Aku beruntung karena berhasil masuk sekolah kedinasan kemudian ditempatkan disini, meskipun sendirian. Tiga temanku ini seniorku, umur kami berjarak 1-2 tahun dan mereka enggan kupanggil 'kakak'.

"Eh, sorry piket dulu. Duluan ya,"

"Heh gue juga piket pagi deng," Mayra mengikuti Aileen setelah menghabiskan tehnya.

Sofia masih asyik makan di hadapanku, akupun begitu. Untuk urusan makan, aku memang paling lambat diantara semuanya, makanya saat pelatihan dasar aku merasa paling sengsara karena tidak bisa makan cepat dan lemah.

"Halo, ibu?"

Aku mengerutkan kening saat Sofia mengangkat telepon. Sepertinya dari atasannya karena dia panik dan buru-buru melambaikan tangan kepadaku seraya memberi uang seratus ribu.

"Faa duluan, gue lupa ada janji sama bu Sharma," katanya saat sudah jauh. Aku menghela napas besar, makananku masih setengah, tidak mungkin aku menyusul Sofia sekarang.

Salah satu kelemahan yang tidak patut kubanggakan adalah aku tidak bisa menyebrang. Sementara letak food court ini bersebrangan dengan kantor.

"Makasih, bu," kataku setelah membayar makanan.

Bagaimana ya caranya menyebrang? Apalagi ini jamnya kembali setelah makan siang, sudah pasti sangat ramai. Kenapa sih hanya ada zebra cross dan tidak ada jembatan penyebrangan? Duh, aku malah ngomel sendiri.

"Affa?"

"Eh. Ah, halo kak Seungyoon. Baru makan?"

Laki-laki berkacamata di hadapanku ini mengangguk, "mau balik bareng?"

"Iya kak. Hehe, aku ngga bisa nyebrang,"

Kak Yoon menoleh kaget, "serius? Hahahaha,"

Aku hampir berlari saat kak Yoon melambaikan tangannya sebagai tanda supaya kendaraan yang akan melintas memperlambat laju, namun tertahan oleh kak Yoon yang dengan sigap berpindah ke sebelah kiriku sehingga tetap dia yang melambaikan tangan.

EVERYDAY with SEUNGYOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang