Suara tetesan air menjadi satu-satunya suara yang terdengar di dalam sebuah gua gelap minim cahaya. Di dekat sebuah tumpukan batu kecil, Baam tengah mengambil sebuah ranting dan menulis beberapa huruf di atas tanah.
Selain huruf, Baam juga belajar untuk menggambar benda-benda yang sudah dilihatnya di dunia mimpi.
Menurut penjelasan Khun, dunia cerah indah dan ajaib yang sering dia kunjungi disebut 'mimpi'. Baam tidak bisa datang kesana setiap waktu. Harus menunggu malam hari dan ia harus tidur.
Meski ia tak begitu mengerti konsep mimpi. Baam tidak terlalu mempedulikannya. Dia hanya senang karena bisa melihat dunia luar tanpa terus terkurung di sini.
Baam beberapa kali berandai, jika saja dia bisa tinggal selamanya di dunia mimpi bersama Khun pasti akan sangat menyenangkan. Tapi dia tahu kalau dirinya tak bisa terus bersama dengan sahabatnya.
Berbeda dengan dirinya yang selalu diam sendirian. Khun memiliki keluarga atau orang lain yang tinggal dengannya. Meski bocah biru itu selalu berkomplain bahwa keluarganya tidak masuk hitungan 'keluarga' baginya. Tetap saja Khun memiliki sesuatu yang harus dilakukan selain di dunia mimpi.
Seharusnya Baam sudah cukup dengan menghabiskan waktu semalaman bersama Khun. Ia bisa mengetahui banyak hal, memakan makanan enak dan mencoba semua permainan yang Khun ajarkan.
Seandainya saja dia bisa membawa benda dari mimpi ke dunia nyata. Mungkin dia tidak akan begitu kesepian.
Baam melihat jika waktu sudah malam. Ia buru-buru berbaring dan menutup matanya. Tak sabar untuk segera tertidur dan bertemu dengan Khun.
Saat matanya terbuka, ia berdiri di ruangan putih familiar. Berkedip lucu, Baam mengubah ruangan menjadi taman yang sering mereka kunjungi. Khun telah memperkenalkan beberapa ruangan seperti pasar, taman kota, pantai, hutan dan tempat-tempat lain.
Namun bagi Baam, taman ini sangat membekas di hatinya. Karena disinilah ia pertama kali bertemu dengan Khun.
Sang brunette duduk di bawah pohon sambil menikmati angin sejuk. Mata emasnya tak lepas memandang arah di depannya.
Aneh, biasanya Khun tidak pernah terlambat datang kemari. Baam sudah menunggu sekitar 2 jam. Namun, bocah biru itu belum menunjukan batang hidungnya.
Hati Baam berdenyut dengan perasaan tak nyaman. Ia meremas ujung pakaiannya sambil menggigit bibirnya gugup. Dia terus mengingatkan dirinya jika Khun hanya terlambat karena ada urusan penting.
Sampai Baam kembali terbangun di dunia nyata. Khun sama sekali tidak muncul.
Awalnya Baam tidak begitu khawatir, lagipula Khun mungkin sibuk dengan orang yang disebut Maria. Belakangan ini Khun sering menggerutu karena dia harus menyiapkan rencana ekstra untuk seseorang bernama Maria.
Khun tidak berkata lebih jauh, dia hanya terlihat menyesali keputusannya. Saat Baam bertanya alasannya. Khun menjawab jika Maria tidak semanis Baam. Bocah biru itu lebih suka untuk mencubit pipi atau memeluknya (Baam) seharian daripada mendengar celotehan Maria.
Sayangnya dia terlanjur membuat janji dengan Maria. Jadi Khun terpaksa melakukan trik menyebalkan itu.
Kalau diingat-ingat semenjak dia pertama kali meminta maaf pada Khun. Baam sering melakukan apa yang disebut dengan pelukan. Ia tak begitu mempermasalahkan hobi barunya. Karena Baam sangat menyukai posisinya jika memeluk Khun.
Setiap Khun datang ia akan berlari memeluknya. Sebagai ganti, Khun akan mengelus kepalanya dengan senyuman lembut yang sangat Baam sukai. Jadi dia tidak keberatan melakukan itu berkali-kali hingga keduanya terbiasa.
Memikirkan hal itu selalu membuat Baam senang dan cekikikan.
Sayang di malam selanjutnya Khun juga tidak muncul.
Malam ke-3 masih diam sendiri...
Malam ke-7 Baam meringkuk di sudut gua yang gelap.
Sudah satu minggu Khun tidak muncul. Badannya gemetaran karena rasa takut. Takut jika ia tak akan pernah bisa bertemu dengan sang bluenette. Bila itu terjadi, Baam tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan. Mungkin dia akan mencari Khun sampai ujung dunia. Ia tidak ingin kehilangan sahabatnya!
"Baam?" Panggilan dengan nada ragu terdengar di dalam gua. "Bisakah kau menyalakan cahaya? Aku tak bisa melihat begitu jelas--"
--bruk!
Baam menerkam Khun sehingga keduanya jatuh. Ruangan gelap pun berubah menjadi terang. Khun berbaring di atas rumput lembut dengan Baam yang menjeratnya.
Merasakan tubuh Baam yang bergetar. Khun menutup matanya dengan raut bersalah. Ia terus mengelus kepala Baam seraya menyisir helaian cokelat panjangnya dengan lembut selama setengah jam.
Merasa jika Baam sudah tenang, Khun memeluk Baam dan mengangkatnya untuk duduk di pangkuannya. Ia mendengus saat Baam melingkarkan tangan di lehernya dan tak berniat untuk melepasnya.
"Maaf Baam, kemarin ibuku mengajak ke pertemuan beberapa keluarga Khun lain untuk liburan. Aku tak bisa datang kepadamu karena aku harus berjaga-jaga jika seseorang datang di malam hari." Khun mencoba menjelaskan ketidakhadirannya.
"Aku pikir liburan itu sebentar, aku tak menyangka bahwa akan terjadi seminggu." Lanjutnya setengah menggerutu.
"Aku ingin segera bertemu denganmu, melihat saudara-saudara lain di sekelilingku terasa sangat menyebalkan."
"Baam?" Khun memanggil pelan.
Khun menatap Baam yang masih setia memeluknya. "Hei, ayolah! Aku sudah meminta maaf!"
"Aku janji jika aku sibuk aku akan memberitahumu sebelumnya."
Baam yang sedari diam, bergumam. "Aku tahu...,"
"Aku hanya takut jika kau tak akan pernah kembali." Bisik sang brunette lemah. Tangan kecilnya mencengkram pakaian Khun dengan erat.
"..."
Khun tersenyum lembut seraya mengusap kepala Baam (lagi). "Aku tak akan meninggalkanmu, aku lebih suka berada disini dibanding di dunia nyata, kau tahu?"
"Kau harus berjanji untuk memberitahuku jika kau tak akan datang kesini." Baam berkata sambil menatap Khun dengan pandangan lekat.
Khun merasa tatapan Baam terlihat menggelap dengan sesuatu. Tapi dia menyingkirkan pemikiran itu dan segera mengangguk. "Oke, aku janji."
Keduanya pun kembali bercakap dengan Khun yang menceritakan segala kebosanannya saat menghadapi beberapa keluarga saudaranya.
TBC
Penulis : Double update? Yes, karena aku gak tahu kapan bisa apdet lagi :"))
04 Juli 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
String of Fate
Fanfiction[BL] Baam x Khun Fanfiction Khun selalu berpikir bahwa Baam hanyalah teman imajinasi di dalam mimpi ajaibnya. Baam yang polos dan tak mengenal dunia. Baam yang selalu tersenyum dan memeluknya ketika ia datang. Baam yang sangat dia sayangi. Dan Baam...