18. Ujian

1.3K 205 18
                                    

Hari ini kafetaria terlihat ramai oleh peserta ujian seperti biasanya. Mereka nampak berbincang atau berdebat mengenai pencapaian diri di kelasnya masing-masing, seolah percaya jika mereka akan lulus ujian.

Meski sebagian peserta lain, lebih memilih untuk memakan makanannya dengan santai; tidur; duduk menyendiri atau memperhatikan gerakan semua orang dengan waspada seperti yang dilakukan Khun.

Pemuda biru itu menyentuh garpu seraya menyipitkan matanya. Dia memang memfokuskan diri pada Baam yang terlihat senang karena bisa makan bersama semua orang. Lagipula siapa sih yang menolak senyum manis sang brunette ketika dia mengajak semua orang yang ditemuinya untuk makan bersama?

Bahkan putri Zahard angkuh sekelas Androssi pun jatuh akan pesonanya dan duduk bersama mereka.

Menekan hatinya yang bergemuruh, Khun memainkan makanannya di piring dengan tatapan bosan. Kemarin saat si kadal hendak menyerang Baam karena menginginkan Black March, sang brunette dengan mudah berlari ke arah Lero Ro yang kebetulan lewat sehingga tak terjadi pertengkaran.

Khun mendengus lucu mengingatnya, meski Baam terlihat manis dan naif. Ia bisa memakai otaknya dengan lancar jika diperlukan. Ajarannya selama bertahun-tahun ternyata tidak sia-sia.

Hal yang ia waspadai saat ini hanyalah tatapan Hoh yang sepertinya iri pada kemampuan Baam, serta wanita pirang licik yang dengan senyum menyebalkan berada di sekitar Baam untuk mengajaknya berbicara.

Baam yang sudah berjanji pada Khun untuk menjauh, kala itu hanya tersenyum canggung dan segera berlari padanya. Lebih tepatnya bersembunyi di balik punggungnya seraya memeluknya erat. Hal itu membuatnya tertawa sekaligus menghangat dengan kebahagiaan.

Ketika ia melihat Rachel yang masih tersenyum, ia bisa melihat kilatan kesal dari manik kuning gelapnya.

Khun tahu jika wanita itu merencanakan sesuatu yang buruk pada Baam. Tapi dia tak bisa bertindak gegabah karena sedang menjalani ujian. Mungkin jika ada kesempatan, ia akan memanfaatnya untuk menyingkirkan wanita itu.

Sayangnya kesempatannya tak kunjung datang. Dalam ujian terkahir berupa permainan kejar tangkap dengan seorang Ranker bernama Quant. Dia dan Baam tidak satu tim, meremas daftar timnya kesal. Khun seharian bad mood.

Baam pun berusaha mengalihkan perhatiannya dengan ciuman dan pelukan. Namun rasa khawatir dan frustasinya karena tidak satu tim dengan sang brunette membuatnya tak bisa menikmati sentuhan yang Baam berikan.

Sampai esok paginya, ia menemukan Baam bergelung di sudut tempat tidur sambil menyelimuti dirinya. Kelopak matanya basah dan sedikit memerah disertai keningnya yang mengerut tak nyaman.

Jantung Khun berdenyut sakit, luapan rasa bersalah mulai memenuhi hati dan benaknya. Ia lalu merutuk kebodohannya karena mengabaikan Baam yang mencoba membuatnya lebih baik.

Sudah tahu jika Baam bisa merasakan perasaan yang ia rasa. Dia dengan bodoh terus bergelung dalam pikirannya sampai Baam sedih dan tersakiti. Dirinya baru sadar jika perasaan di hatinya bukan hanya miliknya, tapi Baam juga merasakan hal yang sama.

Remaja cokelat itu meski hatinya kalut dan resah, berusaha tersenyum dan menghiburnya. Mengepalkan tangannya erat, Khun mengigit bibir bawahnya sebelum menjatuhkan diri di tubuh Baam.

Terkejut akan beban yang menimpanya, Baam bergumam dan membuka matanya. Ia melihat Khun yang menguburkan wajah di bahunya.

"Aguero?" Baam bertanya dengan heran, pasalnya ia merasa jika kemarin Khun terlihat kesal saat ini hatinya dipenuhi rasa bersalah yang membuatnya sedih. "Apa yang terjadi? Apa kau menangis?"

Khun mengangkat wajahnya seraya menatap Baam. Mata birunya menggelap dengan rasa sedih. "Maaf."

Heran dengan pernyataan Khun, Baam memiringkan kepalanya. Ia yang masih mengantuk mengerjap beberapa kali sambil menyentuh pipi Khun lembut. Saat ia sadar dan merasakan rasa di hati. Baam segera bangkit dan memeluk sang bluenette erat.

"Aguero, aku juga sedih dan frustasi karena tidak bisa satu tim." Baam berkata dengan pelan.

"Hm," gumam Khun seraya menghujani wajah Baam dengan ciuman singkat. Ia berusaha melupakan keresahannya.

Kesedihan yang Baam rasakan dari Khun akhirnya sedikit terangkat. Ia mengikuti gerakan Khun dengan menyentuh bagian wajah sang bluenette dengan bibirnya.

Keduanya tertawa lalu saling berpelukan lama.

Sampai ketika waktu sarapan tiba, mereka akhirnya berpisah dan pergi ke kamar mandi dengan enggan.

Saat Baam membuka pintu, ia melihat Rak yang terlihat kecil berdiri di depan pintu. Khun yang melihatnya segera berjongkok seraya mengelus kepala buaya itu.

"Dimana ayahmu?" Tanyanya datar.

Rak dengan ganas berteriak jika semuanya itu salah kura-kura pecinta kopi yang membuat tubuhnya mengecil. Ia juga meminta tas Khun agar membuat badannya membesar, meski ditolak oleh sang bluenette karena itu mustahil.

Alhasil, Rak pun harus menyesuaikan tubuh kecilnya yang Baam pikir cukup lucu.

Setelah sarapan, ujian melawan ranker berambut merah itu pun dimulai. Khun yang berada di tim A, seperti biasa memerintah semua orang dengan rencananya. Menghasilkan gerutuan tak senang dari beberapa orang namun tak bisa protes karena rencana Khun adalah yang terbaik.

Tim Khun kalah, ia sengaja melakukannya untuk rencana berikutnya. Dia tidak menyesalinya. Satu-satunya hal yang dia resahkan hanyalah tim Baam yang akan bertanding nanti.

Entah kenapa dia merasakan firasat buruk.

TBC

Yoru : Aku gak tahu kapan bisa update lagi...

17 Oktober 2020

String of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang