04. Licik itu bukan berarti orang jahat

1.5K 289 15
                                    

"Khun, menipu dan berbohong itu bukan perilaku yang baik." Baam menggerutu saat Khun mengajarkan perilaku yang tak begitu ia sukai.

Si pelaku kelicikan terkikik geli. "Baam, tidak semua orang itu baik. Kita tak bisa begitu saja mempercayai mereka."

"Aku tahu itu, tapi itu tetaplah hal buruk. Aku tak ingin melakukannya." Sang brunette mengembungkan pipinya tak setuju.

Mengingat sifat Baam yang begitu baik hati dan polos. Khun berusaha untuk menjejalkan beberapa trik licik agar sahabatnya itu tak mudah untuk dibodohi.

Namun, sikap Baam yang terlalu naif sangat sulit untuk diajak kompromi. Meski dia sebagian besar selalu mematuhi segala ucapan dan aturan yang Khun berikan. Baam akan tetap menolak perilaku licik, jahat atau negatif lain.

Sebenarnya ini juga kesalahannya, jika dia tidak begitu fokus memberi tahu mengenai orang jahat yang selalu bertingkah licik dan kejam. Mungkin Baam tidak akan mengambil keputusan bahwa orang licik itu sama dengan orang jahat. Apalagi dia tak bisa mengambil kata-katanya itu lagi.

"Tapi Baam, kau tahu kalau aku itu termasuk orang yang licik bukan?" Khun menundukkan kepalanya, ia berpura-pura sedih agar Baam mengubah pemikirannya. "Apakah Baam membenciku?"

Baam memalingkan wajahnya, ia tidak tahan melihat Khun. Tapi ia juga tidak bisa mengubah pemikirannya. Maka dari itu dia memilih diam dan melanjutkan membaca buku.

Gagal dengan aksinya Khun mendengus dan berjalan menjauh. Ia duduk di atas pohon yang agak jauh dari posisi Baam. Hatinya agak tidak nyaman, sebenarnya ini pertama kali Baam menjadi keras kepala. Biasanya dia selalu bertingkah manis dan menuruti semua perkataannya.

Hm, apakah ini yang disebut masa pemberontakan? Khun menyeringai kecil. Ia lalu menikmati semilir angin yang menerbangkan beberapa kelopak bunga di taman.

Waktu sangat terasa singkat, ia sendiri tidak menyangka bahwa ini sudah satu bulan berlalu semenjak dia bertemu dengan Baam.

Hari-hari monotonnya telah berubah menjadi lebih menarik. Sahabat mimpinya itu selalu saja bertindak lugu dan tak pernah membuatnya bosan. Jika saja Baam nyata, dia benar-benar ingin bertemu dengannya.

Meski dia berharap Baam ada di dunia nyata. Khun tidak ingin membuat sang brunette melihat betapa kejamnya dunia. Sosok Baam yang polos dan mudah percaya pasti akan banyak dimanfaatkan atau dikhianati.

Membayangkan Baam diperlakukan seenaknya oleh orang lain, tentu membuat Khun kesal. Keningnya mengerut dengan ketidaksukaan.

Baam yang asyik membaca buku mengalihkan pandangannya. Meski sangat kecil, dia merasa jika sahabatnya itu sedang dalam suasana buruk.

Apakah Khun marah karena ia tak suka orang licik?

Dengan rasa bersalah, Baam mencoba memanjat pohon tempat Khun berada. Sayang dirinya tidak terlalu pandai dan akhirnya terjatuh dengan suara keras.

Khun tersadar dari lamunannya, ia melihat ke arah Baam yang mengaduh kesakitan. Sudut matanya berair dengan menyedihkan. Melihatnya, sang bluenette melompat dan memeriksa keadaan Baam.

"Kau baik-baik saja?"

Baam mengelus bagian punggungnya, manik emasnya memandang Khun penuh penyesalan. "Khun pernah bilang jika kita melakukan kesalahan kita harus meminta maaf." Ujarnya sedikit terisak. "Maaf, aku memang tidak suka orang licik karena menurutku itu jahat. Tapi Khun pengecualian! Aku sangat suka Khun!" Lanjutnya tulus, tangan kecilnya meremas sudut pakaian Khun erat.

Saat ini Khun dalam mode sulit. Dia bingung antara harus menutup wajahnya karena tidak kuat akan imutnya Baam atau segera memeluknya erat. Sial! Khun sangat menyesal telah mengajarkan hal licik pada Baam. Mulai sekarang dia berjanji untuk memberitahu informasi baik saja.

"Baam kemarilah." Khun merentangkan tangannya. Dia tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya. Tapi sisi kekanakan dalam dirinya selalu berkeinginan untuk merengkuh seseorang di dalam pelukannya.

Baam berkedip sebelum berjalan mendekati Khun. Ia kemudian jatuh di pelukan Khun dengan mata melebar. Keduanya merasakan kehangatan manis yang membuat keduanya terbuai tak ingin lepas.

"Baam, kau tidak perlu meminta maaf." Khun memposisikan Baam di dalam pangkuannya, satu lengannya melilit pinggang Baam sementara yang lainnya mengusap kepala sang brunette dengan lembut. "Itu bukan salahmu. Seharusnya aku lebih teliti memberikan pembelajaran baik untukmu."

"Tidak! Khun sangat baik padaku." Baam menyela, ia memeluk Khun dengan erat sambil mengubur wajahnya di bahu sang bluenette. "Khun mengajarkan apa yang tidak aku tahu. Aku sangat senang bisa bertemu denganmu."

"Aku juga senang bertemu denganmu."

"Benarkah?" Baam mengangkat kepalanya, manik emasnya mengerling dengan penuh kebahagiaan.

Melihatnya Khun tertawa kecil. Ia mencubit pipi Baam dan berkata. "Ya, kau terlalu menarik untuk dilewatkan."

"Khun, aku berharap bahwa kita bisa bersama selamanya." Baam kembali menguburkan kepalanya di bahu Khun seraya menikmati betapa nyamannya kehangatan yang dihantarkan oleh kedua suhu tubuh mereka.

TBC

Penulis : Maaf akhir-akhir ini wabah malas melanda, jadi mungkin tak bisa sering update? #kavooor

04 Juli 2020

String of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang