17. Sakiti salah satu dari kami? Neraka menunggumu~

1.4K 214 26
                                    

"Aguero, mungkin mereka butuh sesuatu." Baam berkata seraya duduk di samping sang bluenette yang menjatuhkan diri di atas tempat tidur.

Khun yang mengingat kelas yang dia ikuti beberapa waktu lalu sebelum memotong rambut Baam. Menghela napas pendek sembari memasang wajah bete. "Kelas benar-benar membosankan." Ia sengaja mengalihkan topik pembicaraan. Pasalnya dia tidak ingin Baam dipengaruhi oleh orang asing. Ia selalu memilih cermat siapa saja yang bisa dia gunakan untuk mencapai tujuan. Namun, Baam istimewa. Dia tak rela membagi waktu bersama Baam dengan orang lain.

Mendengarnya Baam berkedip, ia menggaruk pipinya dengan canggung. "Uhuh, aku juga tidak mengerti apa yang mereka ajarkan."

"Benarkan? Kenapa kita harus naik sampai kemari hanya untuk mengikuti kelas membosankan." Khun bangkit dari tidurnya. Ia segera menyandarkan kepalanya pada bahu Baam seraya mendengus.

Baam tersenyum manis seraya merengkuh sang bluenette di sampingnya. Manik emasnya menatap lekat Khun yang menutup matanya, nampak menikmati kebersamaan mereka. Teringat akan sesuatu, Baam menunjukan raut tanya. "Aguero? Apa kau tahu di mana Rak-san? Aku tidak melihatnya sejak kemarin."

Sang bluenette memberikan sapuan lembut di leher Baam sebelum bergerak untuk meniru pose Rak. "Aku tadi berpapasan dengannya dan dia berkata 'jangan halangi aku kura-kura, aku akan kembali ke alam liar'."

Melihat ekspresi Khun, Baam tertawa lucu.

"Kurasa ada yang terjadi di kelasnya, jadi dia pergi." Khun berkata acuh.

"Hahaha." Baam yang masih tertawa memutuskan untuk mendorong Khun ke atas tempat tidur dan memeluknya erat.

Ding dong!

Khun dan Baam yang sedikit lagi akan berciuman, menoleh ke arah pintu.

"Tsk, mereka belum pergi juga?" Gerutu Khun, ia menarik pinggang Baam yang hendak meninggalkan posisinya. Dia bisa menebak jika sang brunette akan membiarkan mereka masuk.

Baam menatap Khun dengan kilauan cerah di iris amber-nya.

゚+.(◕ฺ ω◕ฺ )゚+.

(ーー゛)

☆・゚:*:゚ヽ【。・ω・。】ノ*:・'゚☆

"Wakatta yo," Khun mengalah sebal, ia tak bisa menang melawan Baam yang menunjukan wajah imut dan manis.

Tersenyum cerah, Baam pun segera berlari dan membuka pintu.

"Yo! Sekarang sudah tidak menggangu kan?" Shibisu nyengir kuda.

"Nde, nande koko e kita no?" Khun bertanya skeptis.

(*terus, kenapa datang kemari?)

"Sebenarnya, maukah kalian berteman dengan kami?"

"Hah?" / "Eh?" Khun dan Baam saling melirik heran.

Shibisu tertawa canggung seraya memperlihatkan sebuah kertas dengan 10 kolom. Di sampingnya, Hatsu mengangguk formal dengan wajah datar.

"Mencari teman dalam waktu seminggu? Scout memiliki tugas yang aneh." Khun menyilangkan kedua tangan di dada. Dagunya terangkat, seolah menatap remeh Shibisu dan Hatsu yang duduk di lantai. "Jadi kau meminta berteman denganku? Aku tidak mau." Cibirnya dengan wajah enggan.

"Eh kudengar kau suka berteman?" Shibisu memasang raut kejutan.

Menaikan alisnya heran, Khun bertanya. "Siapa yang bilang?"

"Si buaya!"

"Dasar si brengsek itu." Khun menggerutu, tangannya mengibas rambut birunya dengan angkuh. "Kalian satu tim dengan si kadal yang menyerang Baam dan ingin merebut Black March. Kalian pikir aku bisa menerimanya?" Azure-nya berkilat bahaya, membuat Shibisu dan Hatsu sedikit berjengit lalu menundukkan kepala.

Hatsu mengangkat wajahnya, menatap Khun datar. "Aku juga merasa tindakan itu menentang semangat jago pedang, atas dasar itu aku mewakili dia untuk meminta maaf. Toh, setelah crown game selesai tim kami sudah bubar."

Sang bluenette mencibir. "Jadi karena dia sudah tidak satu kelompok denganmu, kau sudah tidak ada hubungan dengannya? Itukah semangat jago pedangmu? Membuang orang yang dulunya rekanmu? Jahat sekali?"

Hatsu menyipitkan matanya, ia terusik saat kepercayaan yang diajarkan ayahnya dihina. "Aku hanya mengatakan jalan yang benar bagi para jago pedang. Dan ngomong-ngomong kau berdandan seperti wanita bahkan memiliki pemikiran sempit seperti mereka."

Hatsu dan Khun kemudian saling menatap tajam hingga ada aliran listrik imajiner di background keduanya.

Shibisu yang merasa bahwa keadaan akan kacau, segera melerai. "Ahaha, hei! Hei! Jangan berkelahi bagaimana dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu!"

Memasang pose angkuhnya lagi, Khun menunjuk ke dadanya. Memperkenalkan diri dengan seringaian khas. "Ide bagus! Aku Khun, aku putra keluarga Khun salah satu keluarga agung. Nama lengkapku Khun Aguero Agnis. Singkatnya aku berasal dari bangsawan dan berbeda dari rakyat jelata seperti kalian."

"Kami bertanya tentangmu, bukan keluargamu. Berhentilah bersolek dengan anting itu dan berbicaralah tentang dirimu yang sesungguhnya."

"Dasar brengsek! Ini kan antingku bukan antingmu asal kau tahu di kotaku semua orang memakai 5 atau 6 anting bahkan hewan peliharaan sekalipun!"

"Woi! Itu terlalu berlebihan!" Shibisu memasang wajah frustasi, saat ia melihat Hatsu dan Khun yang saling memaki dirinya memijit keningnya sedih. Sepertinya dia akan kehilangan kesempatan lain.

"Ayo berteman!"

"Ah?" Ketiga orang disana akhirnya memfokuskan tatapannya pada Baam yang tersenyum cerah.

Khun yang pertama kali bereaksi langsung menghampiri sang brunette. "Baam..."

Melihat Khun yang memandangnya skeptis ia langsung berdiri dan seenaknya duduk di kaki Khun. "Hehe, ayo berteman?" Iris cokelat muda keemasan itu mengerling cerah. Membuat Khun mendengus karena tak dapat mengubah pemikiran Baam.

"Baiklah kau menang." Khun melingkarkan tangannya di pinggang sang brunette. Matanya lalu menatap Shibisu dan Hatsu dengan tajam dan penuh peringatan. "Tapi jika kalian sedikit saja memanfaatkan apalagi menyakiti Baam. Kalian pasti akan melihat neraka."

Mendengar perkataan Khun, Baam merasakan letupan hangat di hatinya, ia juga tidak ingin Khun dilukai oleh orang lain.

"Oh ya, aku juga tidak akan memaafkan kalian jika menyakiti Aguero." Baam tersenyum manis, kelewat manis malah.

Namun entah kenapa Shibisu dan Hatsu langsung sedikit gemetar melihatnya. Dalam hati keduanya mencatat untuk tidak membuat masalah pada dua orang di depannya.

Setelah Baam dan Khun menuliskan nama mereka, ia melihat sang brunette yang terkikik sambil berbisik pada Khun. Si biru ikut menyeringai dan membiarkan Baam memeluknya erat sambil mencium pipinya.

"..."

Uh, Shibisu ingin bertanya mengenai hubungan keduanya. Tapi dia urungkan karena instingnya mengatakan bahwa itu akan membuat masalah besar yang akan dia sesali.

Maka dari itu, dengan tawa canggung Shibisu dan Hatsu mengucapkan terima kasih dan buru-buru meninggalkan ruangan.

Saat keduanya menutup pintu, mereka bersumpah jika dua teman barunya itu telah menyatukan bibir mereka dengan wajah riang.

"Sial, mataku ternoda." Shibisu mengeluh lelah.

Hatsu hanya mendengus dan tidak peduli akan penderitaan Shibisu yang tengah meremas kepalanya layaknya orang gila sambil bergumam 'terlalu lucu, hatiku tidak kuat. Astaga Baam kenapa kau bisa jatuh pada iblis seperti Khun. Aaah~ anakku yang malang.'

TBC

Yoru : Sebagian kalimat di chapter ini Yoru ambil langsung dari webtoon official-nya >\\\<

Btw, aku sibuk baca novel, Yoru gak tahu kapan bisa rajin apdet lagi T^T

Salam,
Yoru

25 September 2020

String of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang