19. Hubungan

815 134 3
                                    

Tim Baam memenangkan pertandingan. Khun menghela napas lega, sayangnya sang brunette sedang dalam keadaan yang buruk. Salah satu rekannya yang berambut pirang panjang, Hoh. Tengah koma karena berusaha menyerang Rachel.

Sudah dipastikan pemuda itu akan didiskualifikasi, tapi Baam mendapatkan dampak buruk karena masih tak percaya bahwa pemuda murah senyum yang selalu berbicara padanya memiliki sifat seperti itu.

Perlu waktu lama bagi Khun untuk membuat Baam lebih baik. Ia sampai harus menggelitik pinggang sang brunette agar kembali tertawa. Setelah itu dia dengan jahil menggigit telinga Baam hingga sahabatnya itu memekik dan balas menggigitnya.

"Merasa baikan?" Khun memerhatikan Baam yang baru saja berhenti tertawa, bola mata emasnya masih redup dengan suasana suram.

"Tidak." Baam menundukkan wajahnya. Nada bicaranya tak secerah biasanya, membuat Khun enggan dan merutuk beberapa kali dalam hati.

"Katakan, apa yang bisa membuatmu senang, hm?" Goda Khun santai--berusaha mengalihkan perhatian Baam--tangannya merayap ke punggung Baam dan sedikit mencubitnya gemas.

Baam sedikit melenguh, ia kemudian menatap Khun yang menyeringai khas.

Terpukau akan ekspresi Khun yang membuat hatinya meletup. Tanpa pikir panjang, Baam menarik tengkuk Khun dan menyatukan bibir mereka. Keduanya menutup mata, menyalurkan rasa hangat ke dalam hati masing-masing.

"Aguero," Baam bergumam disela-sela ciumannya.

"Hm~" balas Khun mengeratkan pelukannya. Bibirnya tak henti bergerak untuk menyentuh perpotongan leher Baam dengan lembut.

"Giliranku!" Baam berkata seraya mendorong Khun ke atas kasur. Ia menyesap kulit putih Khun dan menciuminya riang.

Khun tertawa, ia membiarkan Baam menikmati leher dan bahunya sambil menahan mulutnya yang mulai mengeluarkan suara memalukan. Sentuhan Baam padanya terasa nikmat hingga ia sedikit lupa waktu.

"Baam, kita bisa terlambat." Khun berkata dengan nada sengau, ia senang karena Baam kembali riang tapi kesal waktunya berduaan terpotong.

"Hmm, oke." Baam melepaskan mulutnya dari leher Khun dan membantu sang bluenette bangkit dari tempat tidur. Ia sedikit memperhatikan Khun yang merapikan pakaiannya. Sorot matanya dalam seolah memikirkan sesuatu.

Saat mereka berkumpul di salah satu aula. Yu Hansung berkata siapa saja yang lulus ujian. Dia juga memberi pengumuman jika ada sebuah ujian khusus.

Jika mereka lulus ujian khusus itu, semua orang akan langsung dikirim ke lantai 3. Mendengarnya beberapa orang langsung bersorak, mereka senang karena mendapat kesempatan lain untuk lulus ujian.

Berbeda dengan Khun yang menatap Yu Hansung dengan tajam. Pria pirang itu pasti merencanakan sesuatu, pandangannya yang dia tunjukan pada Baam sedikit aneh. Ia juga menemukan beberapa bukti kuat jika pria itu telah menyabotase ujian kali ini.

Khun tidak ingin mengikuti ujian khusus karena ia sudah lolos. Namun saat Baam melihat teman-temannya tak bisa ikut dengannya, manik emas itu kembali meredup.

Yah, Baam dengan sifatnya yang terlalu baik hati. Tentu saja dia tidak rela berpisah dengan teman-temannya. Mengingat dia selalu sendirian dan menginginkan kehangatan lain yang disalurkan orang lain selain dirinya.

Perasaan memiliki banyak teman, yang (mungkin) Baam anggap keluarga.

Dengan berat hati Khun pun menghela napas lesu. Ia kemudian menyeringai licik dan memanggil Shibisu dan yang lainnya untuk menjalankan rencananya demi lulus ujian khusus.

Sebagai ganti, Khun mendapatkan banyak ciuman dari Baam di depan semua orang. Ia memerah malu akan tindakan sang bluenette, namun ia tidak keberatan karena Baam akan menjadi satu-satunya orang yang dia toleransi dan bebas melakukan apapun padanya.

.

.

.

Khun memperhatikan suasana ujian dengan gelisah. Ia tahu jika Yu Hansung memang menyabotase semua ujian. Namun dia tidak menyangka jika Baam akan berpasangan dengan wanita pirang itu.

Inginnya ia protes, sayangnya dia tak bisa melawan keputusan Yu Hansung. Akhirnya ia hanya bisa berulang kali memikirkan semua rencananya agar bisa berjalan 100% sesuai keinginannya.

Melihat jika rencananya berjalan mulus dengan Baam yang berhasil mengalahkan ikan raksasa. Khun akhirnya menghela napas lega, meski ia sedikit kesal karena lighthouse miliknya tiba-tiba diinvasi oleh sepupunya, Khun Hachuling.

Hachuling dengan arogan berkata bahwa ia akan membantunya memanjat menara untuk menemui Maria.

Khun tertawa keras mendengarnya, ia melirik Hachuling dengan cibiran. Mengatakan jika Maria sudah bukan tujuan hidupnya.

Bahwa ia--

Deg!

Khun tiba-tiba merasakan tusukan lain di jantungnya. Rasa sakit berkelanjutan membuatnya sesak napas. Ia membungkuk seraya meremas bagian jantung. Pikirannya melayang pada Baam. Jika dia merasa sakit dan sesak nafas, pasti Baam sedang berada dalam bahaya.

Rasa sakit di hati dan tubuhnya makin menggila, Khun terpaksa jatuh di atas tanah dengan keringat dingin. Hatsu langsung menghampirinya dan mengatakan sesuatu.

Namun karena ia terlalu sakit, Khun tak bisa menjawab bahkan mendengar apa yang dikatakan sepupunya itu.

"Baam," mulutnya bergumam kesakitan. Dia berusaha berjalan ke tempat Baam. Sayang kesadarannya lenyap begitu saja sampai semuanya berubah gelap.

"Baam...,"

Hatsu yang kebetulan mendengar gumaman Khun segera menghubungi Shibisu dengan Pocket.

/"Ada apa?"/

"Mimizakari pingsan dan menyebut nama Baam. Sepertinya Baam dalam bahaya." Hatsu mengerutkan kening tanda khawatir.

/"Apa? Bukankah Baam berhasil mengalahkan ikan itu? Tunggu aku akan segera kesana!"/

Hachuling yang tadinya bermain game, berjongkok seraya menyentuh dahi Khun yang sangat dingin. Ia mengernyit heran sambil menatap Hatsu yang tidak biasanya terlihat khawatir.

"Jangan tanya, aku juga tidak tahu hal yang pasti. Hanya saja Baam dan dia memiliki link tertentu. Saat Baam terluka dulu, dia juga entah kenapa jatuh pingsan."

Hachuling memasang pose berpikir, ia merasa jika dirinya pernah membaca sesuatu yang hampir sama dengan kondisi A.A.

Meski itu hanyalah buku fantasi.

TBC

[4 Oktober 2021]

String of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang