Dengan gerutuan pelan, Khun bangkit dari kasurnya seraya menatap kesal pintu ruangan. Sosok buaya jelek itu seenaknya masuk dan teriak tak jelas, membuat telinganya berdengung sehingga rasa manis saat Baam menciumnya hilang dengan rasa sebal.
Menggertakkan giginya kesal, Khun turun dari tempat tidur sampai sepasang lengan memeluk bahunya dari belakang.
"Aguero, Rak-san tidak sengaja. Jangan terlalu kesal." Baam berbisik di telinganya. Membuat si biru menghela napas dan tenang. Tangannya menyentuh lengan Baam di lehernya, kepalanya menoleh sehingga ia bisa melihat wajah sang brunette yang tersenyum lembut.
Melihat kepala Baam yang masih diperban, Khun berbalik dan segera menyentuh perban tersebut untuk membukanya. Setelah itu dia menarik pakaian Baam dan menggantinya dengan yang dia beli.
Baam yang diperlakukan dengan lembut oleh Khun, hanya tersenyum senang. Ia dengan patuh membiarkan Khun menata pakaian dan penampilannya. Sebelum keduanya pergi ke kafetaria.
Mereka berdua kini telah berdiri untuk memesan makanan. Khun memperhatikan Baam yang tengah memilih menu, ia tersenyum kecil dan memesan makanan keduanya.
Di meja makan, Khun juga melihat banyak peserta yang saling melirik atau berbincang. Tentunya sosok buaya menyebalkan yang sibuk memakan pisang dan cokelat dengan rakus. Mendengus jijik, Khun membawa Baam berjalan ke tempat kosong sambil menikmati sarapan.
Azure-nya memperhatikan beberapa peserta dan mencibir ketika mendapati wanita pirang yang menanyakan keadaan Baam. Telah berjalan mendekati mereka. Rasa tak nyaman langsung terlintas dihatinya, pegangan tangannya pada garpu tanpa sadar mengerat.
Hal itu tentunya disadari oleh Baam yang menghentikan acara makannya. Dengan raut khawatir Baam memperhatikan Khun yang tengah menatap makanannya dengan kerutan.
"Aku senang kau baik-baik saja." Si pirang yang baru datang berdiri di samping Baam. Wajahnya menunjukan senyum ramah dengan nada lembut.
Sayangnya Baam yang masih khawatir dengan Khun, tak begitu sadar akan kedatangan seseorang di sampingnya. Hatinya saat ini terasa tak nyaman dan membuatnya sedikit kesal.
"...saja?"
"Huh?" Baam akhirnya tersadar saat bahunya ditepuk oleh seseorang. Mata emasnya teralih dan mendapati sosok perempuan berbintik yang memandangnya.
"Apa kau baik-baik saja?"
Mendengarnya Baam mengangguk. Entah kenapa dia tidak begitu ingin berbicara dengan orang lain saat ini. Otak dan hatinya terus memerintahkannya untuk segera membuat Khun nyaman. Karena rasa negatif ini pasti yang sedang dirasakan oleh sang bluenette.
"Terima kasih karena kau telah membantuku waktu itu." Baam berkata canggung, matanya sedari tadi terus mencuri pandang pada Khun yang terdiam.
"Iya, aku senang kau baik-baik saja. Namaku Rachel. Bagaimana denganmu?"
"Baam." Jawabnya singkat, ia merasa tusukan lain di hatinya dan menatap Khun yang tengah menundukkan wajahnya tanpa suara.
"Aoi Kame!! Berikan aku chocobar lagi!" Rak yang tiba-tiba datang berteriak, membuat Khun mengangkat kepalanya dengan decihan.
"Beli saja sendiri, jika kau bersedia menjadi peliharaan baru aku membelikanmu!" Khun sedikit menaikan nada suaranya. Mata birunya berkilat, menatap tajam Rak lalu mendengus kasar.
"Apa?! Kau mau pemimpin satumu ini menjadi peliharaan? Mana rasa hormatmu dasar kura-kura biru!" Rak menggebrak meja hingga makanan Baam dan Khun terlempar berantakan.
"Kuso!" Khun kembali mengumpat dan segera bangkit dari duduknya.
Baam pikir Khun akan menyerang Rak, tapi sang bluenette hanya berjalan menjauh dan menghilang di balik pintu.
Rasa di hatinya tambah buruk, Baam pun langsung berlari mengejar Khun meninggalkan Rak yang berteriak memanggil kura-kura kurang ajar dan Rachel yang memandang skeptis.
.
.
.
Khun tidak tahu apa yang terjadi padanya, namun dirinya saat ini sangat amat jengkel dengan wanita pirang itu. Sejak pertama kali dia melihatnya tersenyum menjijikan dan menanyakan Baam. Hatinya sudah berdering, mengingatkannya untuk tidak membiarkan wanita pirang itu untuk mendekati Baam.
Seperti yang dia analisa, perempuan itu datang dan menghampiri Baam. Menanyakan keadaan dan pura-pura ramah pada sang brunette.
Khun ingin memberitahu bahwa wanita itu tidak baik. Tapi mengingat sifat Baam yang lugu, remaja cokelat itu pasti hanya akan mengangguk tapi tak akan mempertahankan nasehatnya sampai si pirang berbuat jahat.
Hatinya lebih kesal saat dirinya tak begitu memiliki bukti yang kuat jika si pirang itu memiliki niat jelek pada Baam. Jadi dia terpaksa menahan perasaan kesalnya hingga nafsu makannya rusak.
Khun sendiri tidak tahu kapan dirinya begitu sangat posesif pada Baam. Yang jelas, dia tak akan membiarkan siapapun untuk memanfaatkan Baam di depan matanya.
"Aguero!" Baam menabraknya hingga keduanya jatuh di atas lantai.
Keduanya meringis pelan lalu saling menatap dalam diam.
"Kenapa kau marah?" Baam bertanya dengan wajah sedih. "Apa aku melakukan kesalahan?"
Mendengar pertanyaan itu, Khun langsung menggenggam jemari Baam erat. "Bukan! Aku tidak akan pernah bisa marah padamu!"
"Apa karena Rachel?" Baam menatap Khun polos.
"..."
"Huh? Nande--"
"Aku tahu, hatimu jadi kesal dan resah sejak Rachel datang mendekat. Apa kau tidak suka padanya? Jika iya aku akan menjauh, aku tak suka membuatmu tak nyaman."
Baam memeluk Khun dan mencium lehernya singkat. Khun yang merasakan sapuan lembut di lehernya langsung tenang, ia segera membawa kepala Baam ke arahnya untuk menawan bibir merah muda itu dengan miliknya.
"Wanita itu tidak baik, kau harus hati-hati." Ia berkata pelan lalu mencium Baam gemas.
Terkikik akan aksi Khun, Baam membalas kecupan manis itu sampai keduanya tertawa lucu. Sepenuhnya lupa akan rasa negatif yang tadi sempat terasa. "Oke, aku percaya pada Aguero."
Mereka pun saling memeluk untuk menenangkan hati keduanya dengan beberapa ciuman manis.
OMAKE
"Damn it! Sampai kapan mereka berpelukan dan saling mencium di sana?" Shibisu menghela napas lelah.
Hatsu menyilangkan tangan di dada. "Kalau begitu kita langsung bisa berjalan lewat."
"Tunggu Hatsu bodoh! Mana bisa kita mengacaukan momen manis itu!"
"Kalau begitu kau saja yang diam kelaparan!"
"Ugh, keuwu-an mereka membunuhku." Shibisu mengerang, mengacak rambut--coretbotakcoret--frustasi.
TBC
Bad mood again, berharap tidak berkepanjangan :(
Salam,
Yoru06 September 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
String of Fate
Fanfiction[BL] Baam x Khun Fanfiction Khun selalu berpikir bahwa Baam hanyalah teman imajinasi di dalam mimpi ajaibnya. Baam yang polos dan tak mengenal dunia. Baam yang selalu tersenyum dan memeluknya ketika ia datang. Baam yang sangat dia sayangi. Dan Baam...