14. A lot of kisses

1.8K 252 50
                                    

Dorongan pelan adalah hal yang Baam rasakan ketika dia membuka mata, kelopak matanya mengerjap kebingungan. Sebelum ia memproses keadaan lebih lanjut, mulutnya telah dibungkam dengan benda lembut nan basah.

Napasnya segera tertahan, saat ia mengetahui jika orang yang tengah membungkamnya itu adalah Khun. Baam perlahan rileks, ia membiarkan Khun yang tengah menekan kedua mulut mereka sambil sedikit menggigitnya gemas.

Tangan yang melingkar di punggungnya mengerat, sampai sang brunette hampir kehabisan napas. Namun Baam tidak begitu peduli, ia juga sangat merindukan kehangatan yang Khun berikan.

Ia lalu memeluk bahu Khun sembari menutup mata, menikmati bibir mereka yang terlepas kemudian saling menyatu lagi dalam kecupan-kecupan manis.

Bibir Khun bergerak dari dahi, pipi, hidung dan berhenti di bibirnya. Sang blunette mendesah panjang, kemudian mengistirahatkan kepalanya di bahu Baam.

Baam mengelus rambut Khun lembut, tanpa mengatakan apapun. Sang brunette sudah mengerti betapa khawatir dan gelisahnya Khun saat dia tak ada. Barusan dia bisa merasakan betapa senangnya Khun melihatnya dia bangun.

"Khun?" Tanya Baam setelah sepuluh menit sahabatnya itu tak kunjung bergerak.

"Aguero." Koreksi sang bluenette pelan.

Wajah Baam sedikit mengerut kebingungan. "Hm?"

"Panggil aku Aguero. Baam." Khun mengecup leher Baam, tangannya meremas pakaian khas rumah sakit yang dipakai Baam.

Baam tersenyum lembut, ia membawa Khun ke dalam pelukannya. "Maaf membuatmu khawatir."

"..." Khun terdiam, ia masih merasa bersalah atas luka Baam.

"Aguero? Katakanlah, aku disini bersamamu." Bisik sang brunette lembut.

Khun menghela napas panjang sambil mengubur kepalanya di dada Baam. "Saat kau terluka, aku benar-benar ketakutan. Rasanya jika kau mati. Aku juga akan mengakhiri nyawaku."

Mendengarnya Baam menunjukan raut tidak suka. Sahabatnya satu ini memang selalu menyalahkan dirinya jika ada sesuatu yang salah padanya, padahal itu bukan salah Khun sama sekali. "Aguero--"

"Aku tahu Baam." Khun mendecak lidahnya kesal. Kesal karena tak bisa menjaga Baam dengan baik, kesal karena ia tak bisa apa-apa, kesal karena dia begitu lemah. "Aku tahu itu."

Baam menangkup kedua pipi Khun dan mengangkatnya. Kedua mata mereka bertemu dan saling memandang lekat. Melakukan apa yang Khun lakukan, Baam mendekatkan wajahnya untuk mencium bibir Khun dengan lembut.

"Baam?" Khun langsung terlonjak kaget, ia menutup mulutnya dengan punggung tangan. Manik azure-nya menatap Baam yang tengah memiringkan kepalanya polos.

"Ya?"

"Tadi, kenapa..." Khun tak melanjutkan perkataannya, pipinya tengah merona disertai hatinya yang berdesir.

"Ah? Tapi bukankah Aguero yang melakukan itu tadi? Rasanya sangat menyenangkan jadi kupikir kau akan menyukainya jika aku melakukannya." Baam menjawab dengan wajah polos nan manis, iris amber-nya nampak berkilau dengan cerah. Menatapnya penuh rasa sayang.

Jantung Khun kembali tertusuk panah keimutan Baam yang terlalu melebihi kapasitas.

Benaknya makin menggila saat ia teringat akan apa yang dilakukannya tadi, Khun kembali merona sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan. Tadi dia begitu senang ketika Baam bangun, jadi tanpa sadar tubuhnya bergerak sendiri. Setidaknya dengan beberapa ciuman manis itu, suasana hatinya berubah kembali menjadi hangat dan tenang.

"Kau tidak menyukainya?" Baam bertanya dengan wajah sedih. Jemarinya mengait ujung baju Khun disertai bola mata emasnya yang terlihat berkaca-kaca.

Jleb ❣️

Jantung Khun kedua kalinya tertusuk lagi. Kali ini ia tak bisa menahan rasa malunya sehingga sedikit tergagap.

"Ti-tidak Baam! Bukan begitu! Aku menyukainya kok!" Khun berusaha menunjukan wajah netral, meski gagal karena pipi dan lehernya yang sudah memerah sepenuhnya.

"Hei!" Khun mengerjap saat Baam tiba-tiba mendorongnya ke tempat tidur sambil mencium bibirnya singkat. Ia hendak protes namun sedari tadi Baam malah tertawa seraya mengecup bibirnya hingga ia kehilangan kata-kata.

Karena Baam yang terus mengecupnya tanpa henti, Khun pun menarik kepala Baam untuk mempersatukan bibir mereka. Kali ini dia mengubah posisi kepalanya untuk mencari tekanan yang pas.

Baam menyipitkan matanya lalu sedikit menekan bibir mereka sampai gigi keduanya bertubrukan. Ia langsung melepas pagutannya dengan tawa.

"Aku benar-benar tidak bisa menolakmu, Baam." Komentar Khun seraya mendudukkan diri di atas kasur.

Sang pelaku hanya tertawa dan kembali menjatuhkan tubuhnya di pelukan Khun. Hidungnya mencium aroma sang bluenette, lalu mempererat pelukannya.

"Baam, hentikan itu aku kesulitan bernapas." Khun berkata sambil membawa sebuah tas belanjaan. Ia mengambil sesuatu di dalamnya dan memberikannya pada Baam. "Lihat, aku memberikan pakaian baru karena pakaian lamamu sudah terkena darah."

"Terima kasih!" Baam memeluk pakaian itu, ia kemudian beranjak untuk mengecup pipi Khun singkat.

"Astaga Baam, kenapa hari ini kau begitu sering mencium?" Tanya Khun seraya menyentuh pipinya yang menghangat.

"Hm~ karena itu membuat hatiku senang dan penuh kehangatan!" Baam menjawab naif, senyumannya begitu cerah dengan background cahaya blink-blink yang menyilaukan.

Khun merutuk dalam hati karena Baam yang terlalu menggemaskan dan hal itu tidak baik bagi jantungnya. Ia bahkan berpikir untuk membeli kacamata hitam karena cahaya Baam yang terlalu bersinar terang.

"Oh ya, sebenarnya aku tak ingin membicarakan hal ini sekarang karena aku tak begitu peduli. Tapi Baam, aku rasa aku bisa merasakan perasaanmu?" Khun memperhatikan Baam yang terlihat memikirkan pertanyaannya.

"Oh kau juga?" Baam lalu berbinar senang. "Dulu aku juga sering merasakan perasaan Aguero. Tapi sekarang menjadi lebih jelas."

"Uh, seperti--seperti ada yang apa itu namanya..."

"Hati kita yang terhubung."

"Ya itu dia!"

"Apa kau takut dengan hal ini? Aku mencoba mencari informasi mengenai kondisi kita berdua tapi tak berhasil menemukannya."

"Untuk apa takut? Justru aku senang! Karena dengan begini kita akan terus saling merasakan dan tak akan pernah bisa berpisah!" Baam kembali memeluk Khun erat. "Aku selalu ingin tinggal bersama dengan Aguero selamanya!"

"Ya, aku juga. Baam,"

Khun menghentikan kepala Baan yang kembali mendekati wajahnya. Ia sudah menebak apa yang diinginkan sang brunette. "Tidak Baam, kita harus segera bersiap untuk sarapan."

"Sekali saja?" Baam memasang puppy eyes tingkat tinggi.

"Tidak." Khun mengalihkan pandangannya.

"..." ゚+.(◕ฺ ω◕ฺ )゚+.

"..." (ーー゛)

"Sial! Aku tak akan pernah bisa menang melawan permintaanmu bukan?"

Baam pun dengan senang hati kembali menabrak Khun hingga sang bluenette terdorong jatuh di atas tempat tidur. Sementara Baam menyatukan bibir mereka dalam ciuman panjang nan manis.

"KUROI KAME! AOI KAME! INI MASIH PAGI BUKAN SAATNYA UNTUK MATING! AYO PERGI SARAPAN! PEMIMPIN KALIAN SATU INI SUDAH KELAPARAN!"

"..."

"Ano kuso wani!"

(That, damn crocodile)

TBC

Yoru : Seperti yang Yoru janjikan, banyak ciuman wkwkwk

Salam,
Yoru

23 Agustus 2020

String of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang