part 8

3K 136 6
                                    


Kei langsung bergegas keluar kamar berjalan menuju dapur, mengambil mangkuk diisi dengan air dingin dan mengambil handuk yang berada di laci lemari dan kembali ke kamar.

Meletakkan semua barang yang di bawa nya ke atas meja ia langsung menyibak selimut yang di pakai Afkar dan mematikan AC karena tampaknya Afkar mulai mengigil.

Meremas kain handuk yang sudah di celupkan ke dalam air kemudian diletakkan di dahi Afkar dan Kei mengambil handuk kering untuk mengelap keringat di leher Afkar.

Setelah menunggu 15 menit, demam Afkar mulai mereda walau masih panas. Kali ini Kei membangunkan Afkar untuk minum obat karena demam Afkar masih berada di 38,5° C setelah Kei periksa.

"Mas bangun,minum obat dulu" beberapa kali Kei menepuk pelan bahu Afkar dan dengan mudah afkar duduk dan meminum obatnya. Mungkin karena demam nya masih tinggi Afkar kembali tidur.

Kei menggeser kursi hias nya dan diletakkan di samping ranjang ia masih harus menganti-ganti handuk yang ada di dahi afkar karena demamnya masih tinggi handuknya cepat sekali kering.

hingga Kei sudah tidak bisa menahan kantuk yang sedari tadi sudah ia tahan-tahan sebab ia sangat lelah karena seharian ini ia tidak ada istirahat dan lagi tadi ia yang menyetir dari Bandung ke Jakarta sampai sekarang pukul 23.45 ia baru memejamkan kedua matanya walau hanya dengan posisi terduduk seperti ini.

🌄🌄🌄

Allahuakbar Allahuakbar

Terdengar suara adzan subuh yang berkumandang dari masjid yang tidak berapa jauh dari komplek perumahan, Kei langsung mengerjepkan kedua matanya, ia merasa sangat lelah seperti mengerjakan sesuatu yang sangat berat dan ia baru sadar kalau semalam ia sedang mengurus Afkar yang sedang sakit.

Kei langsung terduduk dan melihat Afkar yang sudah bangun dari tidurnya, sudah tidak ada handuk di atas dahinya dan hanya menatap lurus ke depan.

"Maaf mas aku ketiduran" Kei bergegas berdiri karena tidak ada sahutan dari Afkar dan berjalan menuju kamar mandi untuk mandi dan berwudhu tetapi sebelum tangan Kei memutar handle pintu jantungnya seketika berdegub saat mendengar suara seseorang dari ranjang sana.

"Terimakasih"

💐💐💐

Setelah sholat subuh dan membereskan kamar Kei sudah tidak melihat keberadaan Afkar di kamar itu dan sepertinya Afkar sudah berada di ruang kerjanya setelah ia melaksanakan sholat subuh tadi.

Kei segera turun ke bawah menuju dapur, mbok Mun sudah di sana sesak mengaduk nasi goreng sepertinya.

Mbok Mun memang datang sepagi ini sebab kata mbok Mun sudah 2 bulan ia harus pulang ke rumahnya setelah semua pekerjaan nya selesai karena sudah 2 bulan ini anak mbok Mun sedang sakit dan tak mungkin di tinggal sendiri di rumah.

"Eh non sarapan dulu" melihat Kei sedang mengisi air putih ke dalam gelas.

"Iya mbok, Kei laper nih dari semalam belum makan"

Nasi goreng mbok Mun pun sudah matang, sudah di pindahkan ke dalam mangkuk dan mbok Mun menyajikannya di atas meja makan disusul Kei dari belakang dan langsung menarik kursi.

"Astaghfirullah, non bisa sakit kalau makan di tunda-tunda"

Kei memang belum ada makan sejak semalam terakhir yang kali ia makan saat mereka sampai di hotel dan Kei melewatkan makan siang karena terlalu serius berbincang dengan teman sewaktu masih kuliah S1 dan baru bertemu kemarin, Kei dan Manda juga melewatkan makan malam karena mereka terjebak macat.

"Tuan juga kemarin tidak sarapan non, terburu-buru berangkat ke kantor" beritahu mbok Mun yang sedang berdiri di hadapan Kei yang sedang menata alat makan untuk Afkar.

KesempurnaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang