chapter 2

3.2K 126 0
                                    

Vote nya jangan lupa
.
.
.

Sudah lebih seminggu gadis cantik itu bekerja sebagai waitress disebuah restoran.
Ia menghela nafas panjang, sesekali ia melihat arloji ditangan nya.
Pembeli hari ini cukup ramai sehingga pekerjaan nya lebih lama dari biasanya.Bulir-bulir keringat bahkan terlihat membasahi keningnya.

"Wendy pekerjaanmu sudah selesai,kau boleh pulang"

"Eh? Tapi masih ada beberapa pengunjung"

Pemilik restoran itu tersenyum kecil,merasa sedikit bangga dengan pekerja nya yang memiliki sifat kerja keras.

"Tidak perlu,pengunjung nya tinggal sedikit, bukan kah kau harus menjemput putra mu di penitipan anak?ini sudah sangat terlambat"

"Gomawo eonni ji-un"

"Lain kali bawa anak manis mu itu kesini" Wendy tersenyum kecil menanggapi ucapan wanita dihadapannya.

Dengan langkah besar Wendy pergi ketempat penitipan anak dimana ia menitipkan anaknya setiap kali ia bekerja.
Ini sudah jam lima sore, benar-benar terlambat.
Biasanya ia menjemput anaknya saat jam menunjukkan pukul empat sore.

Wendy menghela nafas panjang saat ia melihat seorang anak berdiri sendirian di depan rumah penitipan anak.

"Hobi,kenapa menunggu eomma diluar?"

Anak laki-laki berusia tiga tahun itu langsung memeluk eomma nya erat.
Sudah lebih satu jam ia berdiri sendiri menunggu ibu nya menjemput nya.

"Maaf eomma lama menjemput mu"

Anak itu mengangguk, meski ia merasa kesal kepada ibunya setiap kali datang terlambat, tapi ia tidak bisa marah saat melihat ibunya mengkhawatirkannya.

"Eomma hobi lapar"

Wendy tersenyum kecil mendengar rengekan putranya yang begitu menggemaskan.

"Nee,ayo pulang,eomma membawakan hobi makanan dari tempat eomma bekerja"

"Jinjja?" Mata hobi tampak berbinar.

Makanan yang selalu ibunya bawa dari tempat kerja pasti selalu enak, meski sangat jarang ibunya membawanya tapi hobi sangat menantikan makanan enak.

"Nee"  Wendy mengusap lembut rambut hobi, putranya sangat menggemaskan.

Wendy menggendong putra nya,hobi semakin berat saja.
Meski tubuh Wendy mungil namun Wendy adalah sosok yang sangat kuat,ia mampu bertahan dari kelam hidupnya selama tiga tahun terakhir.
Hobi adalah sumber kekuatan nya,anak nya harta paling berharga yang Wendy miliki saat ini.

Membesarkan anaknya seorang diri dengan kehidupannya yang tidak berkecukupan merupakan cobaan paling berat yang Wendy alami.
Wendy harus bekerja keras siang dan malam demi kebutuhan hobi.

"Jja kita masuk"

Dengan girang Wendy masuk kedalam rumah reot nya.
Meski tubuh nya terasa sangat lelah tapi semua itu langsung lenyap setelah melihat senyum manis hobi.

"Eomma tadi Lex mengganggu ku lagi. Katanya robot ku sangat jelek dan aku tidak pantas berada didekat mereka" cerita hobi dengan mulut nya yang penuh dengan makanan.

Sudah sering sekali putranya bercerita tentang teman-teman nya yang tidak ingin berteman dengan hobi karena hobi berasal dari keluarga kurang mampu.
Berkali-kali pula hati Wendy berdenyut sakit saat hobi dengan kesalnya bercerita.
Wendy merasa tidak mampu membahagiakan hobi, terkadang air mata Wendy tiba-tiba meluncur begitu saja dari matanya.

"Eomma janji akan membelikan hobi robot baru setelah eomma gajian"

"Jinjja?"

Wendy mengangguk dengan senyum nya seperti biasa.

"Terima kasih eomma.tapi eomma jangan terlalu banyak kerja,hobi takut eomma sakit"

Senyum bahagia terpancar dibibir Wendy, anaknya memang sangat pengertian.
Dengan sayang hobi memeluk ibunya erat, tanpa sadar air mata Wendy menetes begitu saja.
Pemberian Tuhan yang paling berharga untuk nya adalah hobi.

"Setelah makan hobi mandi,eomma sebentar lagi akan berangkat kerja, eomma sudah siap kan susu hobi di atas meja,hobi jangan tidur terlalu malam Mengerti?"

Hobi mengangguk patuh,ia sudah biasa ditinggal ibunya sendiri jika sudah jam delapan malam.
Ibunya lagi-lagi pergi bekerja sampai jam dua belas malam baru pulang.

"Ingat pesan eomma ya, eomma pergi dulu"

Setelah mengecup pipi chubby milik hobi, Wendy pergi menuju tempat kerja malam nya.
Sesekali Wendy melihat kebelakang memastikan rumah nya sudah ia kunci dan hobi aman berada di dalam nya.
Meski rasanya sangat berat meninggalkan anaknya tapi Wendy harus tetap pergi bekerja demi kebutuhan nya dan anaknya.

"Maaf aku sedikit terlambat"

Wendy membungkukkan badannya sembilan puluh derajat pada seorang pria berkulit putih pucat yang diketahui pemilik perusahaan tempat ia bekerja.
Pria itu tersenyum kecil lalu mengangguk.

"Malam ini bagian mu membersihkan lantai atas, tadi pagi beberapa OB sudah membersihkan lantai bawah dan kamar mandi"

Wendy mengangguk mengerti,ia hanya membersihkan lantai atas itu berarti Wendy akan pulang cepat malam ini.

"Nee Yoongi-ssi"

"Cara bicara mu seakan-akan kita tidak akrab saja" keluh Yoongi tersenyum kecut.

"Kita berada dilingkungan kerja Yoongi-ssi,kau bos ku, meski kau sahabat oppa ku tapi rasanya itu tidak baik." Ucap Wendy tersenyum kecil.

Yoongi tersenyum kecut untuk yang kedua kalinya, selalu jawaban seperti ini.

"Baiklah..."

"Yoongi-ssi." Wendy menatap tajam Yoongi yang ingin menyentuh kepalanya, Yoongi menarik tangan nya saat ia menerima peringatan dari Wendy agar tidak menyentuh kepalanya.

"Ah mian Wendy" Yoongi tersenyum kikuk mendapat penolakan untuk yang kesekian kalinya dari wanita yang sama, wanita yang berhasil mencuri hati nya.

"Permisi"

Wendy bergegas pergi meninggalkan bos nya dilantai bawah, meski terkesan tidak sopan tapi Wendy ingin sekali menghindari Yoongi.
Wendy disini bekerja sebagai OB, sudah dua tahun lebih Wendy bekerja di perusahaan Yoongi.
Wendy juga tahu perasaan Yoongi kepada nya,bukan wendy sok jual mahal pada bosnya, Wendy hanya merasa tidak pantas. Wendy wanita yang buruk jika berpasangan dengan pria sempurna seperti Yoongi.

Waktu terus berjalan.
Wendy mulai membersihkan lantai atas dan beberapa ruangan disana.
Kantor Yoongi tidak pernah sepi bahkan sampai pagi lagi.
Pekerja disini orang-orang yang pekerja keras, tidak heran perusahaan Yoongi yang dulunya tidak ada apa-apanya sekarang malah termasuk perusahaan tersukses.

"Permisi bisa buatkan aku kopi?"

Seorang pekerja melambaikan tangannya kepada Wendy yang sedang mengepel lantai, dengan sigap Wendy mengangguk dan bergegas pergi ke dapur.
Ini merupakan termasuk kedalam pekerjaan nya, membuat kopi untuk para karyawan disini.

Setelah membuat secangkir kopi buru-buru Wendy bergegas kembali ke lantai atas,saat berada di belokan Wendy terkejut tanpa sengaja ia menubruk seseorang, sehingga kopi yang berada di tangan nya jatuh tumpah ke sepatu kulit orang dihadapannya.

"Yaa!sialan!"

Wendy berjangkit kaget mendengar gertakan pria dihadapannya, sesaat ia membeku.
Wendy menundukkan kepalanya dalam.

"Kau! Apa yang kau lakukan! Aishh! Sepatu ku jadi kotor! Kau tahu harga sepatu ku sangat mahal! Bahkan gajimu selama dua tahun tidak cukup untuk membelinya! dasar wanita tidak tahu diri!"

Wendy mengepalkan tangannya erat saat mendengar setiap kata hinaan yang terlontar untuk nya. Rasanya Wendy seperti mengenal suara ini.

"Angkat kepala mu!"

Wendy tidak berkutik, bahkan ia semakin menundukkan kepalanya,Membuat Pria dihadapannya menggeram marah.

"Kubilang angkat kepala mu sialan!"

Dengan patah-patah Wendy mengangkat wajahnya.

'Deg'

Dapat Wendy lihat wajah terkejut dari pria dihadapannya.

"Maaf tuan"

CEO Kejam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang