Kala menata bajunya satu persatu dengan telaten ke dalam lemari kamar. Ia duduk di atas karpet yang tergelar di lantai kamar luas itu sambil mengelompokkan bajunya ke beberapa rak berbeda.
Di sisi lain, pemuda yang lebih muda dua tahun darinya tengah menonton aktivitas menata bajunya tanpa minat sambil menyesap susu stroberi favoritnya di atas tempat tidur. Posisinya telungkup sambil menopang dagunya nyaman, menunggu kakaknya selesai unpacking barang ke kamar baru.
Setelah Galang diperbolehkan untuk pulang, pemuda itu langsung ngotot untuk segera meninggalkan rumah sakit karena tak ingin bertemu lagi dengan benda-benda tajam yang mengerikan di bangunan itu.
Bima pun akhirnya membujuk Kala untuk pindah ke rumahnya agar bisa menemani Galang dua puluh empat jam dan mempermudahnya mengawasi anaknya itu. Tentu saja, Bima belum bisa berada di samping Galang setiap detik karena ia juga harus bekerja seperti biasa. Jadilah Kala dengan mudahnya menyetujui untuk pindah dalam waktu tertentu, menjadi babysitter barunya Galang.
"Tck!" Galang mengocok kotak susunya yang sudah tandas lalu melempar kotak itu ke tempat sampah di pojok ruangan.
"Lama amat, laper nih." Ujarnya kemudian.
Kala menunjuk baju-bajunya yang masih tersisa di tas dan melirik Galang malas. Ia tak mengindahkan kode si adik yang sejak tadi sengaja berada di dekatnya karena ada maunya.
"Bantuin makanya." Ujar Kala yang masih sibuk.
"Gak bisa, nih. Lemes."
Galang memajukan bibirnya sambil menelungkupkan kepala di bantal. Kala pun akhirnya menoleh dan meraih dahi si bocah, memeriksa suhu tubuhnya.
"Normal kok." Ujar Kala setelah menyentuh dahi Galang yang suhunya tak aneh.
"Yaiyalah, kan lemesnya gara-gara laper."
Jika saja Kala adalah superman yang punya penglihatan laser, sudah pasti tempurung kepala Galang hancur seketika. Ditatapnya raut memelas si adik dengan malas.
"Mau makan apa emang?"
"Hm... indomie rebus soto pake telur setengah mateng dipotong cabe, BAH! Indahnya hidup!" Netra Galang sudah setengah melayang membayangkan kenikmatan makanan yang ia damba sekarang.
"Gak ada indomi. Orang baru keluar rumah sakit juga." Kala membantah lalu menutup tas yang masih tersisa beberapa helai baju dan beranjak duduk di samping Galang yang sudah cemberut.
"Darimana muncul teori makan mie instan itu gak sehat?" Galang mulai.
Kala yang baru saja membuka ponselnya meliri Galang malas, "Ya lo tanya aja Dokter Fadli kalo gak percaya."
"Loh, kok Dokter Fadli? Kenapa harus dia yang jawab sedangkan gue tanya soal ini ke elo? Kala, lo harus bisa nyelesaiin masalah lo sendiri. Jangan bergantung sama orang lain, gimana sih?" Ditegakkannya tubuhnya sambil memasang raut sok serius.
"Gue ini adek lo, kasian gue, masa kakak gue sendiri perlu bantuan orang lain buat cuma jawab teori mie instan? Lo harus belajar berdikari, dong. Gak bisa dibiarin nih." Lanjutnya.
Sedangkan yang diceramahi hanya memutar bola matanya malas. Mulai lagi sesi bacotan dengan Galang yang panjangnya akan melibihi episode tukang bubur naik haji jika tak dituruti kehendaknya.
"Terserah. Pokoknya gue bilang enggak ya enggak." Jawabnya singkat lalu menyenderkan punggu ke kepala ranjang sambil memainkan smartphone-nya.
Galang pun merangkak mendekati Kala dan duduk bersila menghadapnya.
"Ya kenapa enggak? Lo harus bisa kasih alesannya lah. Udah nulis skripsi kan? Kalo ada rumusan masalah harus ada hipotesisnya dulu dong." Galang tak menyerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Engine Batska ✔
FanfictionPrinsip Kalandra simpel aja: Mata dibayar mata Tangan dibayar tangan Kaki dibayar kaki Hati juga dibayar hati Tak ada yang menyangka prinsipnya itu membawa Kala menemukan miliknya yang bahkan tak disadari pernah ia miliki. WARNING: CONTAIN MANY HARS...