Epilog ini 4500 kata gaes, siap-siap capek baca :)
Galang melepas kacamata hitam kesayangannya dan menyematkannya di saku korsa almamater tercinta. Diselipkannya tali ransel hitam di pundak. Mata elangnya melirik sekilas kaca jendela mobilnya, memastikan penampilannya sudah eyes pleasing seperti biasa.
Hari ini adalah hari kelima ospek untuk angkatan bawahnya dan menjadi tahun dimana angkatannya lah yang menjadi panitia. Bisa tebak siapakah yang menjadi ketua panitia ospek tahun ini? Tentu saja bukan Galang.
"Lang!" Suara Dira langsung menyapanya ketika Galang melangkah memasuki lobi kampus yang telah dipenuhi para mahasiswa baru berpakaian hitam putih konyol. Mereka sibuk mengikuti beberapa senior dengan buku tanda tangan.
Dira datang menghampiri dengan beberapa junior cewek yang tersenyum malu-malu mengikutinya di belakang. Galang mengernyit bingung ketika bertambah lagi beberapa junior cewek yang tadinya tak berbaris di belakang Dira menjadi berbaris di sampingnya.
"Apaan, nih?" Tanyanya setengah ngegas di pagi hari.
"Et dah! Hampir setaun di Australi nggak berkurang itu nada ngegas." Reaksi Dira.
Hari ini juga adalah hari keduanya masuk kembali ke kampus setelah mengambil cuti hampir satu tahun lamanya. Berita kepulangannya pun sudah menyebar ke seluruh jagad kampus H-dua minggu sebelum ia terbang ke Indonesia.
"Kak, boleh minta TTD-nya?" Ujar seorang junior perempuan di sampingnya.
Galang melirik sekilas junior itu lalu menoleh ke arah Dira yang tengah sibuk menandatangani buku junior yang berbaris sedari tadi di belakangnya dan mengikutinya seolah ia adalah induk ayam.
"Gue bukan panitia. Nggak pake cocard, nih. Nggak bisa liat?" Balasnya semi dingin ke junior itu.
Para junior itu pun bukannya menciut malah makin merona setelah mendapat perlakuan dingin dari Galang. Pemuda yang baru saja menolak permintaan itu melangkah menjauh dari kerumunan.
Dira pun menarik nafas panjang melihatnya. Kembali lagi bersama Galang dan sifat nyolotnya. Ia pun memasang senyum terpaksa lalu menghadap ke anak-anak yang masih mengerumuninya.
"Aku kasih ttd kalo kalian udah dapet ttd dari kakak tadi."
Semua yang ada disana mengerut.
"Loh, bukannya kakak tadi katanya bukan panitia, Kak?" Tanya seorang gadis berkuncir dengan liptint yang merona.
"Ngibul dia. Itu panitia cuma males dikerubunin."
Setelah itu, Dira langsung kabur meninggalkan para junior dan menelusuri langkah yang tadi ditempuh Galang.
"Heh! Disuruh Pandu ngurus ruang sidang pojok." Ujar Dira.
Galang mengerut bingung sambil membenarkan tas di pundaknya.
"Nggak diilangin itu tradisi?" Tanya Galang.
"Nggak dibolehin sama kating. Buat nemuin bibit unggul juga katanya. Kepentingan penerus selanjutnya gitu dah nggak ngerti juga gue."
"Terus gue ngapain disana?" Jawab Galang sambil mengangkat sebelah alisnya, meminta konfirmasi.
"Ya menurut lo?" Tanya Dira balik sambil mengukir senyum jahil, serupa dengan senyum miring yang sudah tercetak di wajah sahabatnya.
Dua orang junior, satu perempuan dan satunya lagi laki-laki berdiri dengan cemas di depan lorong yang ujungnya terdapat satu pintu.
Ruangan itu disebut ruang sidang. Tempat para mahasiswa baru yang membuat ulah dicerca dan didadar oleh para senior yang katanya terkeji di antara sekian jurusan fakultas teknik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Engine Batska ✔
FanficPrinsip Kalandra simpel aja: Mata dibayar mata Tangan dibayar tangan Kaki dibayar kaki Hati juga dibayar hati Tak ada yang menyangka prinsipnya itu membawa Kala menemukan miliknya yang bahkan tak disadari pernah ia miliki. WARNING: CONTAIN MANY HARS...