Chapter 20

3.8K 300 80
                                    

"Halo, Kala.... saya Marissa." Marisa tersenyum lebar dan ramah. Tangannya pun terulur ke arah Kala, mengajak pemuda itu untuk berjabat tangan.

Tak lama, Kala kembali ke alam sadarnya. Ia membalas senyum itu dengan lengkungan serupa di bibirnya.

"Kala. Semoga kita bisa kerja dengan baik beberapa waktu ke depan..." Ucapannya tergantung ketika merasa bingung harus memanggil wanita di depannya dengan julukan apa.

"Kak aja. Gak papa, kan? Soalnya kemarin si Dira gak biasa manggil saya Kak jadi dia manggil saya Tante. Yah... walaupun udah seumur ibu kalian tapi bolehlah dipanggil yang mudaan dikit." Tawa kecil keluar dari bibir ranum Marissa setelah melayangkan candaannya.

Kala hanya terkekeh singkat lalu mengangguk. "Oke, bisa mulai kapan...Kak?" 

Dalam hatinya, sangat canggung untuk memanggil wanita di hadapannya itu dengan sebutan 'Kak' padahal nyatanya 'Mama'. Namun bukan Kala namanya jika tak bisa menahan diri dan bersandiwara seakan mereka memang rekan kerja. Tak ada hubungan spesial.

"Hm...sekarang bisa sih. Setnya kebetulan di ruangan ini aja. Pandu, bisa tolong panggilin Sarah? Biar dia yang ngatur urutan anak-anak foto." Pandu lantas mengacungkan jempolnya lalu beranjak keluar untuk memanggil sekretaris Marissa yang bernama Sarah itu.

Photoshoot  berjalan dengan lancar. Karena memang tak dibutuhkan untuk ganti outfit, melainkan hanya perlu mengganti model. Kala juga melakukan job nya seperti biasa dan Marissa pun ikut membantu mengarahkan pose.

Pandangan Marissa jatuh ke meja yang bergetar akibat ponsel Kala. Wanita itu lantas mendekat dan mengambil ponsel itu. Perutnya bergejolak ketika melihat foto orang yang menelpon Kala beserta nama kontak yang tertera disana.

Papa is calling....

Maniknya teralih memperhatikan wajah Kala dari samping

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maniknya teralih memperhatikan wajah Kala dari samping. Tak heran ia merasa familiar dengan lekuk wajah pemuda itu. Marissa sendiri tak bisa mengartikan emosi yang berperang dalam batinnya saat ini. Ia hanya bisa terpaku memperhatikan gerak-gerik Kala yang masih sibuk melakukan pekerjaannya.

"Pandu.." Ujarnya sambil mengisyaratkan Pandu mendekat.

"Ini handphone Kala bunyi daritadi, kasih gih." 

Wanita itu menyerahkan ponsel Kala dan terduduk di kursi kerjanya. Matanya masih terus memperhatikan Kala yang saat ini tengah menjauh dan berbicara dengan orang yang telah lama tak ditemuinya. Sesekali anak itu tersenyum dan tertawa. Entah mengapa ada gejolak iri akan canda tawa Kala dan orang yang ia panggil Papa.

Photoshoot akhirnya selesai. Kala tengah membereskan segala peralatannya, sedangkan Pandu sudah ijin keluar untuk menemui teman. Hingga hanya menyisakan dua insan sedarah namun seakan tak saling mengenal.

"Kala, minum?" Marissa mengacungkan sebotol wine, sebagai tawaran. Kala hanya mengangguk singkat sambil tersenyum tipis.

Jemari Marissa menuangkan wine untuk dua gelas. Wanita itu sudah duduk manis di sofa ruangannya sedangkan di hadapannya Kala bergabung duduk dan memutar-mutar gelas wine itu tanpa minat.

Engine Batska ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang