Chapter 11

3.6K 308 24
                                    

Galang masih duduk malas di bangkunya seusai kelas terakhirnya hari ini selesai. Jemarinya menge-scroll  layar hpnya tak bersemangat. Netranya terarah ke ponselnya namun pikirannya berkecamuk entah kemana.

Dira yang sudah menenteng tasnya menatap teman sebangkunya itu aneh.

"Lang! Gak mau balik lo?" Tanyanya.

Galang hanya membuang nafas lemas sambil mengangguk asal namun tak sedikit pun ia beranjak dari posisinya. Dira lantas hanya mengedikkan bahu lalu berdiri.

"Yaudah, gue duluan ya, ada janji." 

Setelah itu, Dira melangkah meninggalkan ruang kelas. Merasa keadaan menyepi, Galang melirik seisi kelas dan betul saja, hanya tinggal dirinya seorang.

Ia lalu bergegas merapikan buku-bukunya lalu memasukkannya ke tas. Belum sempat ia bangkir berdiri, sebuah pesan masuk ke hpnya. Ia melirik layar hpnya sambil menenteng ranselnya di pundak.

Ayah

'Udah dapet waktu janjian sama kakak tingkatmu?'

Galang seketika berdecak malas. Sudah tiga hari ia sengaja tidak menyinggung hal itu dengan ayahnya berharap sang ayah lupa. Dan selama itu juga ia menghindar dari Kala. 

Ia meraih hpnya lalu berpikir sejenak harus membalas apa. Setelah mendapat ide, jemari lentiknya dengan cepat mengetik sesuatu.

'Anaknya lagi sibuk, Yah. Galang gak ketemu-ketemu.'

Setelah puas dengan rutinitas bohongnya, ia lalu beranjak melangkah keluar kelas. Namun baru menginjak 3 langkah denting ponsel tanda pesan masuk terdengar dari ponselnya. 

'Kamu chat aja kan bisa. Jangan ditunda ya. Ini serius.'

Membaca itu, Galang mengacak rambutnya frustasi. Sial. Kalau begini, ia mau tidak mau harus mencari Kala. Otaknya berputar sejenak, memikirkan bagaimana caranya menemui cowok itu.

Tangannya berkacak di pinggang namun terhenti ketika merasakan sebuah benda berbentuk kotak di saku depan celananya. Seakan diterangi cahaya ilahi, Galang tersenyum miring lalu beranjak ke tempat yang terlintas di pikirannya.

Setelah menginjakkan kaki di tangga terakhir, Galang menarik nafas sejenak untuk menetralkan deru nafasnya yang cukup cepat hasil dari menaiki tangga tiga lantai ke rooftop.

Ia lantas membuka pintu rooftop sore itu. Cahaya jingga mentari langsung menyapa kulitnya. Ia berjalan pelan menuju ke pembatas balkon sambil matanya mengitari dengan jeli setiap sudur rooftop.

Sial. Kala sepertinya tidak berada disini. Ia tak melihat batang hidung si seniornya itu di sudut yang biasa ia tempati untuk merokok. Alhasil, Galang hanya membakar rokoknya pasrah lalu mengisap batang tembakau itu sambil menikmati langit senja.

Namun, tubuhnya menegak ketika mendengar suara pintu rooftop terbuka dan seseorang melangkah pelan di belakangnya. Kepalanya berputar kaku, menoleh ke belakang.

Kala berdiri disana sambil menatapnya datar. Pandangan mereka terkunci canggung satu sama lain selama beberapa detik. Ini kali pertama mereka bertatap muka kembali setelah kecelakaan kecil galang di arena gokart seminggu yang lalu. 

Kala yang pertama kali memutus acara adu tatap itu. Pemuda itu berjalan ke arah balkon lalu bersandar disana, sekitar tiga meter jauhnya dari Galang yang juga tengah bersandar. Dinyalakannya rokok kesayangannya.

Mereka diam selama beberapa menit. Hanya suara hembusan angin yang terdengar dan memainkan rambut lembut keduanya. Canggung, itulah yang menyelimuti Kala dan Galang saat ini.

Engine Batska ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang