Ephiphany (II)

3.4K 226 19
                                    

Gavin melompat turun dari motor Kala ketika bahkan kendaraan bermesin itu belum berhenti sepenuhnya. Ia melemparkan helmnya asal ke arah Kala yang sudah menurunkan standard motor.

"Kal! Duluan gue, ya. Gugus gue udah pada kumpul. Bye!"

Setelah pamit dengan terburu-buru, Kala mengikuti punggung Gavin yang kian menjauh dari parkiran. Anak itu bahkan terlihat berlari terbirit-birit bak dikejar seekor singa buas. Ia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan temannya.

Pagi itu mereka berangkat bersama karena hari pertama ospek sudah dimulai dan para peserta ospek tidak diperbolehkan membawa kendaraan selain sepeda dan motor. Jadilah Gavin yang memang hanya memiliki mobil sebagai kendaraan pun menebeng sahabatnya selama seminggu penuh.

Kala merapikan rambutnya yang mendadak tak karuan setelah tak lagi mengenakan helm. Kemudian ia mengunci helm di jok motor untuk mencegah kehilangan yang tak diinginkan.

Brmm!

Suara bising langsung menguasai parkiran kampus. Hal itu juga berhasil menyita perhatian seorang Kalandra. Alisnya mengerut tak suka ketika mobil penuh modifikasi itu mengganggu suasana indahnya pagi.

Maniknya makin tak berminat ketika melihat Grizelle keluar dari kursi penumpang setelah seorang pemuda berperawakan gagah turun dari kursi kemudi untuk membukakakn pintu mobil bagian Grizelle.

Kala juga tak melewatkan momen bibir dua sejoli itu saling bersentuhan, entahlah, mungkin memang cara berpamitan mereka seperti itu? Kala sendiri tak peduli. Ia menyematkan ranselnya di pundak dan berjalan menuju ke bangunan kampus.

Bruk.

Kepalanya menoleh ketika merasa pundaknya ditubruk oleh seseorang dari belakang. Lagi-lagi, Kala merotasikan matanya malas.

"Ups. Sorry, nggak keliatan sih lo tadi."

Grizelle, si tersangka, langsung berbalik menghadap Kala dengan kedua tangan terlipat angkuh di depan dadanya. Ia berucap dengan nada menyebalkan sambil menatap Kala dengan rendahnya.

"Oh. Makanya mata jangan diganti sama kelereng. Warnanya ijo gitu, mubazir, jadi nggak bisa liat." Timpal Kala lalu kembali melanjutkan langkahnya dan melewati Grizelle dengan santai.

Namun belum berhasil langkah kedua dipijak, badannya kembali ditahan ketika gadis itu melangkah cepat dan lagi-lagi menghalangi jalannya. Kala membuang nafas kasar. Sungguh, pagi ini ia tidak sedang dalam mood meladeni orang menyebalkan.

"Lo nih cakep-cakep tapi nggak bisa ngebedain ya mana yang pake soflens mahal dan mana yang kelereng?" Mulai Grizelle tak terima.

Kala menaikkan sebelah alisnya, "Oh. Soflens. Oke, lo pake soflens. Terus?"

Kali ini Grizelle yang membuang nafasnya kasar, lebih ke arah dengusan kesal, "Terus? Ya kenapa kalo gue pake soflens? Lo nggak terima? Makanya tadi ngejek soflens gue kayak kelereng gitu. Ini soflens mahal tau nggak? Bahkan sama sepatu lo aja bisa dapet lima pasang."

Kala makin mengerutkan keningnya bingung. Apa masalah gadis di depannya ini? Tiba-tiba datang tak diundang, membuat masalah sendiri, lalu merasa terhina sendiri? Padahal dari tadi Kala juga barumembalas sekali, itu pun karena Grizelle yang memulai. Ia hanya bisa diam dan menatap Grizelle dengan tatapan herannya.

"Iya! Emang semahal itu. Kaget kan, lo? Makanya nggak usah komentarin fisik, apalagi cewek, dan lebih masalah lagi kalo itu gue!"

"Masalah lo apa sih? Bagian mana dari gue tadi yang ngomentarin fisik lo?"

"Ya tadi lo bilang mata gue mirip kelereng, itu bukan komentarin fisik gue?!"

"Ya emang kayak kelereng. War-na-nya. Dan itu ternyata warna soflens lo, kan? Sekarang gue tanya, soflens lo juga bagian dari badan lo?"

Engine Batska ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang