Jarum jam menunjuk angka tujuh pagi itu. Kala menuangkan kuah bubur ayam terakhir dengan hati-hati ke mangkuk Galang. Pemuda itu telah rapi dan wangi, siap untuk berangkat kuliah. Rambut legamnya juga telah mengering, tergantikan oleh olesan gel yang membuat rambut-rambut bagian depannya tertata rapi ke belakang.
Selesai dengan kegiatannya, kakinya melangkah menghampiri Galang yang masih bergulung di bawah selimut. Setelah kejadian tadi malam, Kala tak sedetik pun meninggalkan sisi anak itu, tangannya pun tak berhenti digenggam erat Galang dan mengalihkan fungsi guling semalaman.
"Lang, udah jam 7 nih. Katanya kelas pagi." Ujarnya sambil menggoyangkan bahu Galang.
"Lang.... bangun." Kala masih berusaha bersabar, tak mengeluarkan jurus terjitunya.
Galang hanya menepis tangan Kala. Pemuda itu makin bergulung di dalam selimut hingga menutupi seluruh badannya. Posisinya pun berbalik memunggungi Kala.
"Galang, lo pilih bangun sekarang atau gue buang ke bak kamar mandi langsung?"
Mendengar itu, Galang makin menjauh dari Kala. Ia menggulingkan diri ke sisi ranjang lain, menghindari tangan cekatan milik Kala yang mengancamnya menyatu dengan air.
"Gue gak kuliah!" Ujarnya dari balik selimut. Kala mengerutkan alisnya.
"Kenapa?"
"Tck! Gak mood!"
"Matkul apa?"
Galang diam, tak ingin menjawab Kala. Berharap pemuda itu cepat menyerah dan meninggalkannya untuk menikmati tidur nyenyaknya yang belum tuntas. Namun, salah besar jika dianggapnya Kala cepat menyerah. Galang mengumpat ketika tubuhnya ditarik paksa keluar dari selimut oleh kakaknya.
"Kala!!! Kan gue bilang enggak kuliah ya enggak!" Ia merebut kembali selimut yang kini sudah diambil alih seluruhnya oleh Kala.
"Ya itu terserah lo. Tapi gue tanya kuliah apaan yang diskip dijawab dong, curut!" Tangannya menjauhkan selimut yang ingin direbut Galang. Pemuda itu lalu menatapnya kesal.
"HIH! FISIKA DASAR! PUAS?! SINIIN!" Dengan kasar, direbutnya kembali selimut itu dan Galang kembali ke posisi telur gulungnya, dengan dirinya yang menjadi toping tergulung di tengah.
Kala pun hanya bisa menghela nafas lelah. Ia lalu keluar sambil menggelengkan kepalanya heran. Bahkan sempat terlintas di pikirannya bagaimana Bima bisa mengasuh anak itu hingga sebesar ini tanpa hasrat sedikitpun untuk membuangnya ke pinggir jalan.
"Terserah. Kalo dosennya Pak Nur, jangan harap lo gak ngulang. Absen sekali langsung D." Kala berucap sambil berjalan menuju ruang makan untuk makan sarapannya.
Pemuda itu duduk dengan santai walau jarum jam panjang sudah menunjuk angka 20 yang artinya ia hanya punya waktu 10 menit untuk pergi ke kampus agar tidak terlambat.
Namun baru suapan kelima, terdengar kegaduhan dari arah kamar. Seolah pintu ditutup dengan paksa dan langkah terburu-buru kian menghampirinya. Galang akhirnya muncul dengan kaos sekenanya dan celana jins yang masih terbuka resletingnya. Rambut anak itu juga masih acak-acakkan basah, begitu pula dengan wajahnya. Sungguh keadaan yang chaos.
"IDIH! Buruan! Telat nanti gue dikasih D sama Pak Nur!" Ujar Galang nyolot sambil membetulkan kancing celananya.
Sedangkan Kala hanya terkekeh geli menatap raut panik anak tingkat satu itu. Ia menyesap teh paginya. Lalu menunjuk mangkuk bubur ayam milik Galang.
"Makan dulu." Ujarnya tenang.
"Gak ada waktu, Kala! Udah setengah 8 kurang tujuh tuh, nanti kalo gue dapet D lo mau tanggung?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Engine Batska ✔
FanfictionPrinsip Kalandra simpel aja: Mata dibayar mata Tangan dibayar tangan Kaki dibayar kaki Hati juga dibayar hati Tak ada yang menyangka prinsipnya itu membawa Kala menemukan miliknya yang bahkan tak disadari pernah ia miliki. WARNING: CONTAIN MANY HARS...