Chapter 13

3.8K 279 11
                                    

Galang meregangkan otot-ototnya yang berteriak tak karuan setelah dua jam duduk tak bergerak mengerjakan soal UTS.

Otaknya seakan sudah dalam kapasitas maksimum sehingga siap meledak kapan saja. Denyutan tak nyaman menghampirinya semenjak ia membuka soal fisika dasar yang pertama.

Pijatan ringan tiba-tiba didapatkannya dari belakang.

"Otak lo papa gak tadi? Susah tuh." Dira, si tukang pijat sukarela langganannya berucap.

"Ck! Lo aja bilang susah apalagi gue. Ngulang nih kayaknya."

"Belom UAS udah prediksi ngulang aja lo. Justru kalo UTS udah kerasa gak bisa, ya di UAS lo harus perbaiki."

Pandu berujar di sampingnya, badannya bersandar ke pintu kelas sambil melipat tangannya di depan dada.

Galang hanya memutar matanya malas. Gampang saja mengatakan hal itu dari mantan seorang murid teladan di SMA.

"Ikutan tutor aja gih. Daftar di akademik, yang nutor katanya dijamin enak dan gampang dimengerti." Pandu menambahkan.

Helaan nafas berat terdengar dari Galang. Inilah susahnya ketika berteman dengan orang-orang yang murni jenius dari lahir. Sedangkan dirinya? Hanya jago di bidang non akademis.

Masih sebuah misteri juga bagi dirinya yang diterima masuk di jurusan tersulit nomor 3 ini.

"Yaudah, temenin gue lah."

Dira dan Pandu mengerutkan alisnya bingung.

"Kemane?" Tanya Dira yang masih memijit pundak sahabatnya.

"Akademik. Katanya disuru daftar tutor?"

Secara otomatis, kedua sahabatnya memasang tampang datar, menatapnya penuh hujatan.

Alis Galang menggantung sebelah.

"Apa sih?"

Dorongan pelan di kepalanya didapat dari Dira. Sedangkan si empunya kepala menatap Dira kesal bercampur bingung.

"Ya gak sekarang, Zaenab! Belom buka juga, daftarnya pas mau deket-deket UAS. Tolol ih!"

Mata tajam Galang menghujani Dira dengan tatapan paling membunuh.

"BANGS-"

"Eh, Galang?"

Sebuah sapaan lembut menghentikan sesi mengumpatnya.

Wajah garang miliknya tiba-tiba melembut seperti kucing baru lahir serta senyuman manisnya terpasang secara otomatis.

"Eh... Kak Maya hehe."

Maya, gadis yang berhasil menginterupsi perang tiga sahabat itu tersenyum geli.

"Mau ngapain jauh-jauh ke teknik, Kak? Jangan-jangan....."

Wajah Galang berubah tengil dan genit.

"Bukan ketemu kamu. PD bener."

Jawaban Maya seketika memancing tawa ledek Pandu dan Dira di sampingnya.

Galang pun hanya cemberut sebentar dibuatnya. Lalu melanjutkan lagi kesempatan PDKT-nya.

"Terus mau kemana, Kak?"

"Mau ke kantor TU kamu. Mau pinjem ruangan buat meeting klub bola."

Galang pun hanya mangut-mangut mengerti.

"Yaudah, aku anterin aja, Kak. Ntar nyasar lagi. Bahaya loh kalo cewek cantik nyasar di teknik mesin. Nanti diterkam buaya."

Pandu dan Dira yang di masih disana pun memasang muka seakan ingin muntah mendengar Galang.

Engine Batska ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang