Special Chapter (Truth Untold)

3.3K 236 20
                                    

Dentuman musik menguasai seluruh indra pendengar Dira. Pandangannya berbayang, namun masih bisa melihat jelas teman-temannya yang juga menggila malam itu. Netranya mengeliling, mencari keberadaan duo sahabatnya, Pandu dan Galang, yang entah sejak kapan menghilang.

Tak pikir panjang, ia melanjutkan keseruannya bersama Aurel, Gavin dan Jey yang menggoyangkan badannya dengan heboh hingga menarik perhatian meja sebelah yang iri dengan kesenangan tingkat tinggi mereka. 

"Nambah, Dir!" Aurel harus berteriak karena suaranya kalah dengan musik.

Dira ingin menggeleng, namun gelas kosongnya langsung dituangi cairan entah apa dari botol yang digenggam Aurel. Jujur, kepalanya mungkin sudah melayang saking tingginya ia saat ini. 

"Cheers!" Jey mengangkat gelasnya tinggi, diikuti dengan beberapa cewek dari meja sebelah yang datang bergabung entak sejak kapan. Ia pun hanya mengikuti sulangan gelas dan langsung menegak habis cairan di benda kaca tersebut.

Belum sampai dua menit ia kembali menikmati musik, perutnya bergejolak. Dengan langkah gontai dan sempoyongan, ia berusaha membelah kerumunan menuju ke toilet terdekat untuk mengeluarkan isi perutnya. 

Senyumnya merekah lega ketika akhirnya matanya yang kabur melihat sign toilet. Tanpa pikir panjang, ia asal berjalan memasuki salah satu lorong, namun ketika ia berjalan masuk, serangkaian teriakan khas perempuan menyapa gendang telinganya.

"Anjir! Dira! Ngapain lo di toilet cewek?!" Suara familiar seseorang menyapanya. Dira mengernyit bingung.

"Lo yang ngapain di toilet cowok?" Tanyanya balik dengan nada menyeret khas orang teler.

"Eh, lo kenal? Bisa tolong bawa keluar gak? Gak nyaman nih." Ucap seorang perempuan lainnya. 

Kyra, si perempuan yang menyapa Dira tadi mengangguk lalu menarik cowok itu keluar. Dira hanya bisa mengerutkan alisnya bingung bercampur sudah tak tahan ingin muntah.

"Toilet cowok di sebelah, tuh!" Kyra menoleh dan sudah mendapati Dira berjongkok di taman depan toilet sambil mengeluarkan isi perutnya yang sudah tak bisa lagi ia tahan.

"Huekk..hah.. Ew!" Cowok itu sempat mengumpat, tak menyukai sensasi tak enak saat ia memuntahkan makanan dan alkohol keluar.

Kyra yang melihat itu menghela nafas. Ia lalu mencoba memijat lembut tengkuk Dira untuk mempermudah anak itu memuntahkan isi perutnya. 

"Udah?" Tanya gadis itu ketika Dira tak lagi mengeluarkan suara.

Yang ditanya hanya mengangguk. Ia lalu menerima uluran tangan Kyra yang membantunya berdiri. Tanpa pikir panjang, ditariknya tangan itu menuju ke toilet cowok. Kyra yang melihatnya langsung mengerem.

"Mau kemana?!" Paniknya.

"Kencing." Ujar Dira santai yang ternyata masih setengah sadar.

"Masuk sendirilah! Gue kan cewek, Adirajada." Jawabnya. Dira pun hanya menghela nafas lalu berjalan masuk ke dalam toilet dibantu dengan tangannya yang meraba dinding sekitar untuk membantu tubuhnya yang masih tak stabil.

Seusai dengan urusannya, Dira dan Kyra berjalan kembali masuk ke klub. Rasa-rasanya jiwa haus party mereka masih belum terpuaskan. Kyra pun baru mencapai tahap tipsi, kurang rasanya jika ia tak sampai menumpahkan isi perutnya seperti Dira.

Namun, ketika masuk, bukannya suasana party seru yang mereka lihat di meja mereka sebelumnya, melainkan kekacauan yang terjadi dengan Jey dan Aurel serta Gavin berada di tengahnya.

Dira langsung menghampiri mereka dengan jalan belok-beloknya karena kepalanya masih melayang diikuti dengan Kyra yang was-was tak tau harus berbuat apa. Keributan di klub bukanlah hal yang bisa diatasi seorang perempuan.

Engine Batska ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang