23-🐰

122 18 11
                                    

23. Yang selalu ada

"Minjuuu..." Taeil melambaikan tangan kepada Minju saat gadis itu tak sengaja lewat di depan kelas Taeil untuk ke kanjur—kantin kejujuran—yang ada di sebelah kelas Taeil persis.

"Eh, hai Kak Taeil..." Sapa Minju mendekat.

"Sendirian aja lo?"

"Iya nih, niatnya cuma mau beli bulpen doang. Jadi nggak ngajak temen," kata Minju sambil menyelipkan anak rambutnya yang keluar agar terlihat lebih rapi dimata Taeil. Walaupun sepertinya lelaki itu nampak tak sadar dengan hal kecil seperti itu.

"Ntar pulsek lo ada acara atau apa nggak?" Tanya Taeil.

"Hmmm cuma ekskul doang sih. Tapi habis itu kayaknya free deh. Kenapa kak?"

"Oh iya nanti ada padus," gumam Taeil sembari menepuk jidatnya karena lupa akan hal itu. "Nanti pulang bareng mau nggak?"

"Boleh..."

"Oke deh. Nanti anterin gue belanja dulu ya. Lo bisa masak kan?" Tanya Taeil lagi dan Minju mengangguk. "Bisa sih beberapa doang tapi. Nggak semua masakan gue bisa."

"Yaudah nggak papa deh. Nanti sekalian ajarin gue masak, boleh? Yang menurut lo gampang aja deh biar gue juga bisa ngikutin," kata Taeil memohon.

"Owh oke oke. Nanti gue pikirin makanan apa yang cocok. Kak Taeil mau ngasih ke seseorang ya?" Taeil hanya bisa terkekeh malu membuat Minju semakin jahil buat menggodanya.

"Siapa hayo? Jangan jangan buat doinya Kak Taeil lagi..." Ini sumpah demi apapun cuma dusta Minju aja biar kelihatan tidak cemburu. Padahal Minju berharap bahwa Taeil mengajaknya belanja dan masak bersama hanya sekedar modus saja agar ada waktu untuk berduaan.

"Sssttt anak kecil nggak boleh tau! Yaudah sana lo beli bulpen dulu! Gue mau ngumpulin tugas ini juga soalnya," balas Taeil sambil mengangkat buku tugas biologinya.

"Yailaah, pake acara ngusir lagi. Yaudah gue pergi yaaa..."

"Iya ati-ati. Ntar siang gue tunggu di parkiran kek biasanya," jawab Taeil sambil mengusap pelan rambut Minju sehingga gadis itu tersipu malu.

Ternyata tanpa Jaemin, Minju sepertinya akan tetap berhasil untuk dekat dengan Taeil.

Apakah ini yang dinamakan takdir (?)

🐰🐰🐰

"Astaugfirullah!" pekik Minju terlonjak kaget disaat sebuah sepatu putih melayang ke arahnya. Untung saja, ia sempat menangkapnya dengan kedua tangannya. Alhasil, kepalanya aman dari pukulan maut sepatu merk adidas yang dilempar Renjun tadi.

Kelas sebelah benar-benar kacau kacau. Renjun sama Haechan tau-tau sudah bertempur sambil lempar-lemparan sepatunya anak kelas yang sengaja dilepas sama mereka buat jadi objek lemparan. Apalagi pertengkarannya itu malah didukung sama anak anak yang lain. Jaemin, Jisung, Jeno yang mendukung Renjun. Sedangkan Chenle, Mark, dan Sungchan yang mendukung Haechan. Ini juga Sungchan bukan ngerjain tugas di kelas, malah nongkrong di kelasnya anak lain.

"WAYOLOOOOHHHHH!!! GUE CEPUIN WINWIN MAMPUS LO!!" Kompor Haechan dengan senyum tengilnya membuat Renjun memanas.

"ORANG NGGAK KENA MINJU KOK SEPATUNYA!!! KOK LO YANG REPOT SIH?!" balas Renjun dengan nada tinggi.

"Nggak kena mata lo katarak! Tuh tuh kepalanya merah gara-gara sepatu lemparan lo!!!" Haechan ini memang orangnya ngada-ngada. Masalah sekecil apapun langsung dibesar-besarin. Memang hobi banget buat orang kena serangan jantung.

"Mata lo kali yang katarak! Sepatunya cuma kena tangan gue, nggak kena kemana-mana," jawab Minju sengit karena tidak mau masalahnya beleber kemana-mana.

Move On | SM SCHOOL 2 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang