"Yuvin-ahh."
Yuvin yang dipanggil normal oleh sang kakak langsung memusatkan perhatian, sangat jarang kakaknya itu menyebut namanya dengan benar di awal percakapan. Jika seperti ini pasti ada sesuatu yang serius yang ingin didiskusikan.
"Aku tidak usah lanjut kuliah, ya?"
"Hyakk... Han Sehun, jangan omong kosong."
Yuvin menatap sebal kakaknya, ia baru pulang tapi sudah disuguhi pembicaraan yang tidak disukainya."Aku serius, HanYu. Mencari uang itu lebih menguntungkan daripada kuliah. Kuliah hanya membuang uang, sedangkan kerja kita dapat uang." Sehun berujar tidak kalah kesal, sudah lama ia memikirkan untuk membahas tentang hal yang mereka bicarakan sekarang, tapi Yuvin malah memberi tanggapan tak diinginkan.
Yuvin menarik nafas, mencoba untuk menenangkan nada bicaranya.
"Kalau bicara begitu, sama saja kau mengatakan kalau kami juga tidak usah melanjutkan kuliah nanti.""Otakku sangat payah, kau tahu itu, aku lulus SMA saja dengan nilai yang pas-pasan."
Han Yuvin terdiam beberapa detik, tidak langsung membalas Sehun seperti sebelumnya. Ia sebenarnya heran dengan Sehun. Tidak biasanya sang kakak bersikap seperti ini, Sehun yang dikenalnya mempunyai tingkat percaya diri setinggi langit.
Walau nilai Sehun tidak jauh dari nilai minimum, kakaknya itu tidak pernah mau direndahkan, apalagi merendahkan diri sendiri. Bahkan tiap diejek bodoh, Sehun selalu mengelak dengan menggunakan nilai matematika sebagai senjata.
"Otakku tidak kalah payah hyung, jika berbicara yang terpintar HanDo jelas yang menempati posisi pertama di antara kita."
Ketegangan di antara mereka sedikit meredam, Sehun terkekeh kecil mendengar Yuvin mengaku payah. Yuvin sama sepertinya, mempunyai tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Si bungsu pun demikian, mereka bertiga mungkin kurang dalam banyak hal, tapi di antara mereka tidak ada yang suka direndahkan.
"Kita bahkan tidak pantas disandingkan untuk dinilai bersama Dohyoniee. Dia pasti akan mengejekmu jika mendengar perkataanmu tadi."
Yuvin ikut terkekeh, ia bahkan menggelengkan kepala mengingat perkataannya sendiri. Benar kata Sehun, jika adiknya mendengar pengakuannya tadi, ia lebih memilih untuk hilang dari muka bumi daripada harus menanggung malu diejek oleh yang lebih muda.
"Makanya jangan membahas tentang itu lagi, kau yang mencari uang. Harusnya kau juga yang lebih menggunakannya. Aku juga akan mencari part time tambahan untuk sekolahku."
"Kau tahu kalau dirimu bodoh, tapi malah mau ambil tambahan part time?
Lebih baik gunakan waktumu untuk belajar Han Yuvin-sshi."
Sehun memukul telak Yuvin, tetapi Yuvin lebih suka jika Sehun seperti itu. Toh, ia juga sering kurang ajar pada kakaknya, bahkan sangat jarang memanggil Sehun dengan embel-embel hyung.
"Jangan berlagak sok, tahun depan kau harus kuliah, aku sekolah tidak gratis seperti HanDo. Dan kau juga tahu, walaupun Dohyon sekolah dengan beasiswa tetap saja ada biaya makan dan les yang harus ditanggung."
Mendengar ocehan Yuvin, Sehun melempar kaleng softfrink yang ada di dekatnya.
"Kau cerewet sekali HanYu, istirahat sana."
"Lalu, kau mau ke mana di HanSe-sshi?" tanya Yuvin ketika melihat Sehun mempererat ikatan tali sepatu birunya.
Sehun memutar bola matanya malas, Yuvin sudah tahu betul jika Sehun pergi untuk apa, tapi tetap saja anak itu bertanya.
"Hyakkk... hyung, aku tanya, kau mau ke mana?" Yuvin berteriak ketika Sehun beranjak mengabaikan pertanyaannya.
"Cari uang," jawab Sehun tanpa menoleh ke arah sang adik.
"Malam ini istirahatlah, aku tahu kau belum punya pekerjaan malam yang tetap."
Perkataan Yuvin barusan mampu menghentikan langkah mantap Sehun.
Sehun bahkan kini membalikkan badan.
"Jika ke-bar aku bisa langsung dapat pekerjaan tetap, bahkan sekali kerja bisa membayar satu semester sekolah-mu."
"Kau mau mati, jangan pernah berbicara seperti itu."
Ucapan Sehun kembali membuat Yuvin terpancing emosi.
Sehun mungkin bercanda, tapi sungguh, ia sangat tidak suka jika sang kakak bercanda dengan menggunakan topik yang sangat sensitive.
"Kau sangat menyebalkan, asal kau tau," kesal Sehun lalu melanjutkan langkah tertundanya. Meninggalkan sang adik yang saat ini dalam kondisi emosi tidak stabil memanglah pilihan terbaik.
"Aku sungguh akan membunuhmu jika melakukan pekerjaan kotor seperti itu."
Walau tidak dipedulikan, Yuvin tetap berujar mengancam, sedangkan yang diancam hanya menggeleng sambil tersenyum simpul karena reaksi sang adik yang berlebihan. Persis, seperti dia waktu SMA dulu. Malahan Yuvin lebih parah, sebab mulut remaja itu masih mendumel meski wujud Sehun sudah tidak terlihat dari pandangannya.
TBC???
Chapter 1 segini aja dulu ya. Next chapter janji deh lbh panjang. Utk konfliknya udh ada tersirat di chapter ini.
See u in next chap...
Papayyy!-Jpt, Republish 230219.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT : In Case They Missed | Sehun FF
FanfictionHomo homini socius... Manusia adalah sahabat bagi manusia lainnya. Sebuah kalimat yang diperkenalkan oleh filsuf ternama, Adam Smith. Namun, ungkapan itu cukup bertentangan dengan istilah yang dipopulerkan oleh seorang filsuf Inggris, Thomas Hobes;...