16. Moral Dilemma Effects

53 13 7
                                    


Tidak ada perubahan signifikan pasca dua hari operasi pengangkatan gumpalan darah di otak dengan prosedur Kraniotomi yang mengharuskan tulang tengkorak Dohyon dibukan. Ventilator masih setia terekat erat pada mulut adik bungsu Han Sehun, alat yang paling besar perannya sebagai penunjang hidup untuk Dohyon masih harus tertanam di tenggorokannya.

Pemantauan selama dua hari di ICU tidak menunjukan banyak hal positif selain kejang yang menyerang tidak sesering sebelum Dohyon dioperasi kedua.

Rencananya besok Dohyon akan dipindahkan ke kamar rawat jika tidak terjadi penurunan kondisi.

Sehun akan menyewa ruang perawatan kelas 1 untuk membuat sang adik lebih nyaman. Uang yang dibawa Yuvin masih tersisa cukup banyak, bahkan setelah digunakan untuk membayar ICU selama dua hari. Mungkin juga bisa membayar setengah hutang mereka ke dokter Park.

Mengingat uang yang dibawa Yuvin, memunculkan kembali rasa penasaran Sehun tentang sumber uang itu. Jika memiliki timing yang tepat, Sehun akan mengajak Yuvin bicara membahas hal tersebut.

Pintu ruangan tempat Dohyon berbaring tak sadarkan diri terbuka pelan, menampakkan Junmyeon dengan senyumnya.

Sehun mengalihkan atensi ke arah si-dokter Park itu. Membalas tersenyum padanya.

"Sudah makan?" tanya Junmyeon yang saat ini sudah di sisi kiri tempat tidur Dohyon.

"Umm."
Sehun hanya menggumam sebagai respon. Ia menatap heran dokter bermarga Park yang kini sedang mengatur kecepatan cairan infus adiknya. Perawat sudah melakukan hal yang sama belasan menit yang lalu, tetapi Junmyeon lagi-lagi melakukan hal yang seharusnya tidak usah lagi.

"Kenapa sering ke sini, hyung?"

"Kau mengusirku?"

Mereka berdua sama-sama skeptis satu sama lain.

"Tidak. Bukan begitu! Dohyon bukan pasienmu, bahkan pasien seperti Dohyon bukan urusan departemenmu, tetapi kau selalu datang ke sini," jelas Sehun. Akhirnya ia bisa menyuarakan isi hatinya atas tingkah laku tidak wajar Junmyeon kepada dirinya yang sama sekali tidak memiliki kaitan khusus dengan dokter muda itu.

"Memangnya kenapa, ada yang melarang?"

Sehun merengut, ada apa dengan Park Junmyeon? cara bicaranya sangat tidak bersahabat.

Jangan-jangan...

"Ahhh... hyung pasti ingin uang yang kupinjam segera kubayar."

Tatapan Junmyeon juga ikutan tidak bersahabat, ia menatap tajam Sehun setelah anak itu melempar dugaan skeptis lainnya tentang dirinya.

"Heyy... santai hyung, aku pasti akan bayar."

Junmyeon membuang muka, mencari objek lain untuk ditatap selain wajah Sehun.

"Kau pikir aku tidak punya uang lagi setelah memberimu pinjaman? Kau tidak bayar pun, aku tidak masalah Han Sehun."
Kalimat Junmyeon mungkin terdengar angkuh, tetapi ia sungguh-sungguh dan tulus mengatakannya.

"Dokter Park, kadang-kadang kau sangat menyebalkan asal kau tahu," jujur Sehun.

Junmyeon biasa-biasa saja dengan ungkapan jujur Sehun. Bahkan ia tak melirik sama sekali pada Sehun ketika Sehun mengatakan itu, fokusnya hanya memandangi Dohyon yang tidak bergerak sedikit pun.
Park Junmyeon mengakui, dia memang menyebalkan, apalagi jika sudah mengangkuh.

"Kau pasienku, jadi aku sering berkunjung untuk memantaumu," ucap Junmyeon memberi jawaban atas pertanyaan pertama Sehun. Mengabaikan perkataan Sehun barusan yang jelas berniat menyinggungnya.

"Heii... aku tidak sedang sakit."

"Kau bandel Han Sehun, dan anemia sangat suka dengan anak bandel sepertimu. Sekarang kau mungkin baik-baik saja, tapi coba kau mengabaikan makanmu, coba tidur tidak cukup. Aku jamin kau langsung drop."

EVANESCENT : In Case They Missed | Sehun FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang