Warning!
Walaupun berpotensi bosenin, jangan di skip! Untuk lebih paham alur chapter sebelum dan selanjutnya, resapi chapter ini.
Sedari berumur empat, hidup Yuvin sepenuhnya bergantung pada Sehun yang umurnya bahkan baru enam. Dohyon lebih lagi, anak itu baru berusia dua bulan saat ibu mereka pergi.
Sehun yang melihat dan mengingat dengan jelas kematian sang ibu tepat di depan matanya tidak menangis waktu itu. Ia hanya diam, sementara Yuvin kecil menangis diikuti Dohyon yang menjadi sangat rewel di malam saat ibunya meninggal dengan cairan berbusa keluar dari mulutnya.
Dohyon 14 tahun silam sepertinya tahu kalau ibunya telah tiada meski ia hanya bayi mungil kala itu.
Hingga beberapa hari setelah ibu mereka, Han Sejin meninggal, Sehun masih tidak berbicara sepatah kata pun. Ditanya berjam-jam setiap harinya oleh detektif, Sehun tetap bungkam.
Sampai di hari ke-empat, Sehun akhirnya ingin diajak berinteraksi setelah salah satu detektif yang menangani kasus ibunya menggunakan Yuvin dan Dohyon sebagai umpan. Sehun mulai buka mulut saat membahas kedua adiknya. Tetapi saat ditanyai mengenai sang ibu, respon terbaik yang ia berikan hanya anggukan dan gelengan.
Dengan menggunakan pengakuan Sehun yang tanpa keterangan, detektif menutup kasus Han Sejin dengan putusan final ‘Meninggal disebabkan overdosis obat-obatan’, sedang Sehun tidak bereaksi apapun setelah diberitahu penyebab kematian ibunya—lebih tepatnya Sehun masih terlalu kecil untuk sekedar mengerti, masih tidak tahu bagaimana menyikapi keadaan.
Setelah penyelidikan selesai, Sehun, Yuvin dan Dohyon dikirim ke panti sosial. Mereka pasrah, tidak punya pilihan lain selain mengikuti arus kehidupan baru tanpa sang ibu.
Tiga saudara itu lama di sana, sekitar 4 tahun.
Tetapi ketika di kelas 5 Sekolah Dasar, Sehun memutuskan kabur membawa kedua adiknya.
Hidup di panti cukup baik, sekolah dan makan mereka gratis ditanggung pemerintah dan donatur. Perlakuan pengurus panti juga baik.
Namun sayang, panti tempat mereka itu ditutup dengan alasan bangunan sudah tidak layak ditinggali. Penghuni panti terpaksa ditransfer ke berbagai panti sosial yang tersebar di Seoul, bahkan ada yang sampai ditempatkan di Provinsi lain.
Sehun ditempatkan terpisah dengan kedua adiknya, dan ia tentu saja tidak mau berpisah.
Alasannya hidup adalah Dohyon dan Yuvin. Mereka tidak ada, Sehun tak berarti.
Mereka bertiga hidup terlunta-lunta setelah memutuskan kabur sehari sebelum ditransfer. Sehun berusaha menemukan jalan ke rumahnya, tetapi saat berhasil pulang, rumah itu sudah beralih kepemilikan.
Uang tabungan mereka yang didapat dari sumbangan yang masuk ke panti habis dalam seminggu. Sehun hampir pasrah jikalau mereka harus mati kelaparan.
Namun takdir mengasihani ketiga anak itu, Tuhan mengirim seseorang untuk mereka.
Seorang paman yang seusia ibu mereka menjadi penolong. Dia mengaku sebagai teman Han Sejin.
Katanya terakhir kali ia bertemu dengan ibu Sehun saat ibu Sehun hamil anak ketiga. Pria itu sangat senang saat mengenali Sehun di pinggir danau di sebuah taman bermain. Saking senangnya, ia sampai menangis terharu.
Sehun, Yuvin dan Dohyon dibawa pulang oleh paman yang ternyata bermarga sama dengan mereka.
Yuvin sampai bertanya dengan polos 'apakah paman ayah kami?'
Sehun pun sebenarnya juga menaruh curiga. Tetapi curiganya dituntaskan saat pria bernama Han Minsuk itu terkekeh sebelum memberi penjelasan kalau dirinya hanyalah teman Han Sejin yang hidupnya dan keluarga kecilnya diselamatkan ibu mereka itu dulu. Karena alasan itu, ia ingin membalas kebaikan Sejin lewat anak-anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT : In Case They Missed | Sehun FF
FanfictionHomo homini socius... Manusia adalah sahabat bagi manusia lainnya. Sebuah kalimat yang diperkenalkan oleh filsuf ternama, Adam Smith. Namun, ungkapan itu cukup bertentangan dengan istilah yang dipopulerkan oleh seorang filsuf Inggris, Thomas Hobes;...